23| Perhatian dari Ibra •

5.5K 440 13
                                    

'Perhatian, kali ini kau buktikan dengan tindakan. Bukan lagi hanya berupa ucapan.'
__________

Mata dengan manik kelam milik sosok dibalik kemudi menangkap sepasang anak adam yang berjalan keluar dari sebuah butik tak jauh dari traffic light.

Pandangannya tak beralih dari pasangan berpakaian serasi itu meski lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi hijau. Mungkin tidak akan sadar dari lamunan jika Nia tak memberikan tepukan di lengannya. Kembali melajukan mobil tapi melewati jalan berbeda dari biasanya.

Nia terdiam ketika Ibra menghentikan mobilnya tepat di depan jajaran toko pakaian. Memintanya keluar mengikuti suaminya masuk ke salah satu toko.

Nia mematung sambil melamun, menatap Ibra yang berjalan dengan langkah lebar, begitu semangat mengajaknya ke jajaran toko itu. Bahkan lamunannya tersadar saat Ibra berbalik dan menuju ke arahnya yang mematung kemudian menautkan jemari mereka lalu membawanya menuju sebuah toko pakaian muslim yang ada di pojok dengan dua orang perempuan berkerudung syar'i berdiri di ambang pintu. Menyambut kedatangan setiap pembeli yang akan masuk.

Ibra begitu antusias memilih jajaran gamis yang dipajang, membuat Nia mengerutkan keningnya sambil menggeleng pelan. Sedikit keheranan.

"Mas pilih dua buat kamu. Satunya sepasang sama punya Mas yang tadi kita lewati ada di ujung sana." Ibra menunjuk kemeja yang memang sepasang dengan gamis yang dipegangnya.
Nia menghela napas, kembali melihat Ibra yang sibuk memilih gamis dengan model berbeda.

"Gamisku banyak, Mas. Dua bulan sekali Mbak Aina mengirim gamis sama hijab karena memang menjual gamis satu set dengan hijab. Bahkan kemarin Mas Haidar sempat membelikan dua tunik sama rok panjang dan udah masuk dalam kotak di bagasi mobil."

Ibra terdiam, merasa tidak nyaman ketika mendengar ucapan Nia. Secara tidak langsung Nia menolak, membuat sesuatu dalam dada Ibra tersentil. Menyadari jika selama ini kurang perhatian pada istrinya itu. Baru kali ini melakukan sesuatu yang dianggap sebagai wujud perhatian namun kurang mendapatkan sambutan baik.

Ibra menggulung lengan kemejanya hingga siku lalu mengambil satu gamis yang sepasang dengan kemeja yang tadi dipilihnya. Mengembalikan satu gamis lain yang sempat di bawanya ke tempat semula.
Berjalan meninggalkan Nia menuju kasir tanpa mengajaknya.

Nia yang melihat itu menyadari jika ucapannya tadi menyakiti hati Ibra. Hati Nia menghangat, mengerti jika Ibra ingin membuatnya merasa tidak lagi diabaikan. Suaminya itu hanya ingin membelikannya gamis dan itu jarang dilakukan. Bahkan bisa terhitung dengan jari kapan Ibra membelikannya pakaian jika pergi ke supermarket atau toko pakaian. Paling hanya Ibra yang membeli kemeja dan Nia hanya diminta memilihkan. Memang tidak peka sosok Pak Dosen itu.

Nia mengambil satu gamis yang tadi sempat Ibra pilihkan untuknya. Menyusul Ibra yang tampaknya sedikit kecewa padanya sambil memasang senyum. Perhatian, kali ini kau buktikan dengan tindakan. Bukan lagi hanya berupa ucapan.

"Semuanya enam ratus lima puluh ribu."

Ibra menyerahkan kartu debit pada penjaga kasir itu. Tersentak ketika Nia meletakkan satu gamis dan mengatakan itu juga masuk dalam belanjaan mereka. Membuat senyuman Ibra terbit, merasa senang ketika Nia tetap mau menerima apa yang dia inginkan. Meminta penjaga kasir kembali menghitung total belanjaan mereka.

"Jadi semua totalnya delapan ratus lima puluh ribu ya, kak."
Ibra tak mau melepas tautan tangannya dengan Nia ketika keluar dari toko. Mengusap puncak kepala Nia yang tertutup hijab dengan tangan yang lain sembari melangkah menuju mobil.

"Mas nggak ke kampus buat ngisi bimbingan? Bukannya hari ini biasanya jadwal mahasiswa bimbingan dari pagi?" tanya Nia setelah keduanya di dalam mobil. Mobil Ibra telah berjalan menyusuri jalan raya.

Istri Pak Dosen [End]Where stories live. Discover now