: hari ini

707 69 3
                                    


"Mark hyung, bangun." samar-samar mendengar bisikan suara familier, pemuda yang dibangunkan lantas bangkit dari posisi rebahan di atas sofa. Mengerjapkan matanya setengah sadar, kembali mendengar suara bisikan. "Kalau mau tidur, pulang saja ke asrama. Jangan di studio."


"Jam berapa sekarang, Hyuck?"


"Jam 1 pagi."


Mark berhasil mengangkat kepalanya yang terasa berat dihinggapi penat, masih sempat menangkap sosok Donghyuck yang sudah berjalan ke arah ruang rekaman. Menyadari pungungnya tengah diawasi, Donghyuck sempat berhenti sejenak hanya untuk kembali menengok. Lengan yang lebih muda masih menggantung di kenop pintu, memandang Mark sayu  karena kantuk.


"Kenapa?" tanya Donghyuck pelan.


Huh. Bagaimana mungkin Mark tidak mendengar sedikitpun suara langkah ketika Donghyuck datang? Jika diingat-ingat lagi, gerak tubuh Donghyuck sejak dulu memang selalu anggun; elegan nan ayu. Dengan mudahnya berpindah posisi tanpa meninggalkan sepeser sepah.


Mark mengucek matanya, sebuah alibi murahan untuk menghindari tatap yang lebih muda. "Bukan apa-apa."


Sudah genap 7 tahun sejak dirinya mengenal sosok Lee Donghyuck. 


Mark hafal betul bahwa rekannya bukanlah sosok yang mudah ditipu. Walau selalu menampakkan kelakar kekanakkan di depan kebanyakan orang, Donghyuck merupakan salah satu dari sedikit member yang selalu awas. Begitu cerdik, peka membaca suasana dalam waktu singkat, sekaligus mampu menjaga komposur diri ditengah kondisi genting.


Maka benar saja. Menyadari ada sesuatu yang kurang dari tanggapan yang didapat, Donghyuck sempat menaikkan sebelah alisnya lelah pada Mark. Menampakkan ekspresi wajah yang tenggelam dalam ragu. Tidak merasa berhasil diyakinkan oleh ucap.


Mark justru memilih untuk berdalih. Berpura-pura menguap dan mengabaikan empati dan bergulir untuknya. Bangkit dari posisi rebah, ia yang terus berniat untuk menghindari tatapan dari Donghyuck, berdalih dengan mengusap surainya yang lepek, kemudian menyelipkan topi baseball yang ia bawa pagi tadi.


Mark tahu kebiasaannya dalam menghindari Donghyuck itu bukan hal yang baik untuk hubungan mereka berdua. Di satu sisi, Mark begitu menghargai hubungan keduanya yang didasari atas rasa simpati yang mutual. Di sisi yang lainnya, ia justru merasa tidak pantas untuk mendapatkan rasa aman. Tahu bahwa Donghyuck akan selalu ada untuknya.


"Hyung," suara Donghyuck terdengar tajam, namun Mark tahu betul pemuda dihadapannya tidak akan benar-benar melimpahkan frustasinya pada siapapun.


Biasanya Donghyuck hanya akan mengerang jika merasa diabaikan, menyisakan Mark yang merasa kegirangan seorang diri karena berhasil membuat sosok bebal itu jengah. Diluar dugaan, pandang dari pemuda berpipi gembil itu justru melembut, penuh afeksi.


"Jadi bangun atau tidak? Aku tidak peduli jika kau mau tidur di sini, tapi Taeyong hyung tadi sudah berjanji akan membelikanku makan siang jika berhasil membujukmu untuk pulang."

Venus as a Boy [MH]Where stories live. Discover now