: nestapa

271 38 0
                                    


Jika ada hal yang bisa menyakiti Mark jauh lebih parah dari senyum Donghyuck ketika ia salah bicara, maka hal itu juga senyum Donghyuck yang, lagi-lagi, berbeda.


"Fucking Christ, Donghyuck!" Mark berteriak marah, namun yang belia tidak juga bergerak dari posisinya. Donghyuck bukan sosok yang dengan mudahnya mundur ketika digertak, dapat dilihat dari tindaknya yang justru membalas tatap nyalang dari yang lebih tua. "Bisakah untuk satu hari saja kau tidak membuatku marah?!"


Dilihatnya Donghyuck yang kini membeku. 


Mark yakin suara teriakkan marahnya bisa terdengar hingga ke kamar para hyung, namun ia tidak lagi peduli. Mark benar-benar merasa lelah dengan segala omong kosong yang perlu ia hadapi di hari itu. Ditambah lagi dengan antek aneh Donghyuck yang semakin menjadi, memperburuk keadaan mood yang sudah tidak baik.


Keduanya tengah berbenah di kamar asrama, baru saja kembali dari kegiatan rekaman untuk keperluan komersil. Masih lengkap dengan kaus yang kotor yang melekat pada raga, Mark akhirnya memutuskan bahwa dirinya perlu meminta Donghyuck untuk berhenti.


"Aku hanya bercanda, oke? Bisakkah sehari saja tidak bertingkah berlebihan, sensitive-Mark-Lee?" Donghyuck justru membalas teriakkan Mark kembali dengan penuh percaya diri. Melihat sorot dari lawan bicaranya yang sesaat berdalih, Mark yakin Donghyuck sesungguh tidak seberani itu. 


Sederhana: sebuah wujud dari coping mechanism, berusaha menenangkan diri agar tidak terlihat panik. Mark telah berhasil menggertak Donghyuck.


Merasa memiliki kesempatan, Mark mendekat ke arah Donghyuck. Menarik kerah pakaian yang lebih muda penuh tenaga. Wajah mereka kini begitu dekat, saling mengintimidasi. Imitatif nan buas; Mark benar-benar menahan dirinya sekeras mungkin untuk tidak menampar wajah kurang ajar Donghyuck.


"Tutup mulutmu sampahmu, Hyuck. Aku tidak ingin masalah ini berakhir menjadi panjang. We're in a middle of a fucking promotion, mengurus dirimu yang seperti ini hanya akan menambah beban."


"Oh? Jadi selama ini kau memandangku hanya sebagai sebuah beban?" dilihatnya kini Donghyuck memainkan bibir dengan congkak, masih dalam balut ekspresi yang menyebalkan,  "Setelah selama ini aku membantumu, kau hanya menganggapku sebagai beban?" lanjutnya kemudian.


Bocah ini benar-benar—


"Jika aku bilang iya, apa kau akan berhenti menjadi adik kecil yang brengsek?"


Donghyuck mengamuk mendengarnya, tidak terima dipanggil 'adik kecil' ataupun 'brengsek'. Dapat Mark rasakan jemari Donghyuck di bahu yang mencakarnya dengan ganas, merengek agar dilepaskan dari cengkaraman Mark yang justru bertambah kuat semakin Donghyuck memberontak.


"Lepaskan aku, bangsat!" Donghyuck berteriak penuh frustasi, sementara kedua matanya menyorot garang. Keduanya kini sudah terlampau panas untuk mampu berpikir rasional. Mark mampu merasakan ada sesuatu yang kini telah terlanjur rusak diantara hubungan mereka berdua.


Tanpa sengaja melangkah di atas sebuah batas yang tidak seharusnya mereka lewati. Tidak bisa diperbaiki, well, setidaknya untuk beberapa minggu kedepan.

Venus as a Boy [MH]Where stories live. Discover now