9

2.5K 133 0
                                    

Hari berganti hari. Musim berganti musim. Rumah Kilian yang di Brentwood adalah bangunan bata merah dengan jendela-jendela kaca yang lebar, dengan halaman yang sangat luas dan berumput hijau di bagian depan dan belakang dan dikelilingi kebun bunga. Kini bunga-bunga itu bermekaran sebagai penanda musim semi.

Tiga bulan berlalu sudah, sejak Adrian meninggal dunia. Mereka yang mengasihinya masih tak percaya, jika pria yang penuh kehangatan itu telah tiada.

Kilian telah menjalani kehidupannya kembali. Namun kepergian Adrian tetap saja meninggalkan kabut yang terpancar di matanya. Fernando berupaya keras untuk membangkitkan semangat hidupnya. Kilian memang hidup kembali. Namun dia hidup dengan sayap-sayap yang patah. Dan sayap-sayap patah itu tak akan lagi mampukan dia terbang tinggi menggapai impiannya. Masa depannya kini hanya seperti potret masa lalu. Kilian yang sekarang adalah Kilian yang berjalan tertatih-tatih tanpa arah, hanya mengikuti kemana kakinya melangkah.

telah pindah ke sekolah baru di kawasan Brentwood. Fernando mengatur transferannya dari sekolah lama di Atlanta ke sekolah barunya. Tidak ada kesulitan, pihak sekolah menyambutnya dengan gembira. Kilian anak yang cerdas. Dia memiliki kemampuan belajar yang cepat. Nilai-nilai terbaik selalu diperolehnya.

Kilian memiliki banyak catatan tentang perpindahan sekolah. Dan dia pernah mengkuatirkan kebiasaannya berpindah sekolah, tapi Fernando selalu memiliki cara menghentikan rasa ingin tahu pihak sekolah. Pria itu sering memberikan sumbangan pada sekolah-sekolah yang suka mempertanyakan kebiasaan Kilian berpindah dengan jumlah yang besar. Dan usahanya itu mampu menghentikan semua pergerakan isu di dalam lingkungan sekolah.

"Koko, apa kamu ingat, hari ini kita punya pertemuan dengan pengacara Simanjuntak?" tanya Fernando saat mereka sedang sarapan pagi.

"Hari ini?" tanyanya, mengulang. "Untuk apa?" tanyanya lagi.

"Pembacaan wasiat Papi," jelas Fernando.

"Aku tidak bisa. Aku punya tugas project yang harus kuselesaikan hari ini juga." Dia enggan bertemu dengan para pengacara ayahnya setelah kejadian di rumah duka waktu lalu.

"Informasikan saja padaku nanti. Aku tidak bisa meninggalkan tugasku. Papa tahu kan, aku sudah mendekati ujian akhir sekolah." Dia menyelesaikan sarapannya dan pergi membersihkan peralatan makan.

"Kamu akan makan malam di rumah?" tanya Fernando. Dia mengalihkan topik dan menerima keputusan Kilian. Setelah Kilian mengalami masa-masa sulit, Fernando berusaha bersikap lebih lunak, tidak memaksa sesuatu yang tidak ingin dikerjakan Kilian, selama semuanya masih bisa ditoleransi.

"Ya. Papa ingin kubuatkan yang spesial?"

"Tidak. Buatkan saja yang biasa kita punya," kata Fernando menyelesaikan sarapannya. Dia membiarkan Kilian mengangkat peralatan makannya dan mencucinya. Sejak kecil Fernando telah mewajibkan Kilian untuk hidup mandiri. Karena Fernando sering tak ada di rumah, pemuda itu memiliki tanggung jawab mengurus keperluan mereka di rumah, dari mencuci pakaian, memasak sampai membersihkan rumah.

"Oya, sebaiknya, kamu buatkan saja makan malam untukmu. Kemungkinan Papa tidak akan pulang malam ini," kata Fernando tiba-tiba. Dia teringat pada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, termasuk menjual rumah mereka yang di Atlanta.

"Baiklah."

Setelah Fernando berangkat kerja, Kilian bergegas ke kamarnya. Dia meraih tas punggungnya dan kemudian berpindah tempat. Dia muncul di halaman belakang sekolah yang memiliki hutan kecil. Tempatnya selalu sepi. Pilihan pendaratan yang tepat, begitu yang ada dipikiran Kilian ketika pertama kali dia menyusuri hutan itu sebulan yang lalu.

Kilian selalu memilih jalan pintas ke sekolah. Dia tidak ingin meninggalkan jejaknya diketahui para Insiders. Di sekolah barunya, Kilian lebih menutup diri. Dia tidak ingin berteman dengan siapapun. Meski demikian bukan berarti dia luput dari perhatian orang-orang. Tetap saja seacuh apapun dirinya, para siswi di sekolah barunya selalu berusaha mendapatkan perhatiannya. Hal ini membuatnya mengutuk ketampanan yang diwarisinya.

THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)Where stories live. Discover now