Part 3

8.7K 551 22
                                    

Happy Reading

🌱🌱🌱🌱🌱🌱

"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini sering kayak gini?" Vanilla menatap ponselnya dengan campur aduk setelah membaca pesan dari Harri.

"Kenapa sih, Nil kesel gitu keliatannya?" Tanya Agatha yang melihat temannya berdiri ditengah tangga.

"Nggak kok, cuma lagi pusing saja mikirin persiapan pernikahan. Kamu belum pulang?"

"Ini lagu nunggu jemputan. Jangan capek-capek nanti lo sakit, pernikahan ini jangan cuma lo doang mikir ajak juga si Harri." Vanilla tersenyum masam mendengarnya.

"Gue duluan ya jemputan gue sudah sampai, bye."

"Hati-hati."

Vanilla segera turun begitu melihat taksi yang dia pesan sudah datang, sebelum itu dia mengirim pesan pada Harri dan menyuruhnya untuk datang besok ke tempat WO dan tidak ada alasan apapun yang akan dia terima jika sampai tidak datang.

Makan malam yang terjadi dirumah Addison Hill sangat hening, hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

"Oh ya Mama belum tahu kamu sudah kerja, Git. Kamu kerja dimana?" Yuni menatap Gita yang duduk disampingnya.

"Aku kerja di HI groups Mah."

"HI group punya Harri, mbak?" Celetuk Vanilla menatap Gita.

"Iya. Dia nawarin mbak kemaren katanya sekretaris dia sedang cuti melahirkan, jadi dia minta mbak buat gantiin tempatnya sementara."

"Kok dia nggak cerita sama aku ya?"

"Emangnya harus ya Harri cerita semuanya sama kamu? Belum juga jadi istrinya gimana kalau sudah, mau kamu larang dia buat ngelakuin banyak hal?"

"Ma!" Addison segera menengahi sebelum perkataan istrinya itu semakin menyakitkan.

Vanilla menggenggam erat sendonya berusaha untuk tidak terpancing.

"Mungkin Harri lupa ngasih tahu kamu, Dek. Soalnya mbak lihat jadwal dia sangat padat, kemaren juga dia sempet ke Bandung buat meeting."

"Bandung? Dia nggak ada bilang kalau ada di meeting disana? Kemaren harusnya dia sama aku ketemu WO buat bahas masalah pernikahan."

"Calon istri macam sih kamu itu? Harusnya kamu lebih perhatian sama Harri, sudah bagus dia mau sama kamu." Cukup sudah, Vanilla tidak bisa tahan lagi.

"Cukup Ma! Vanilla heran kenapa Mama selalu sinis sih sama Vanilla? Nilla ke kamar dulu." Vanilla segera menuju kamarnya.

"Habiskan makanannya jangan ada yang bicara lagi." Mereka bertiga menghabiskan makanan dengan perasaan yang berbeda.

Yuni dengan perasaan kesalnya pada sang anak, Gita dengan perasaan tidak enak melihat sikap Vanilla dan Addison yang menahan amarah karena tingkah Yuni yang lagi-lagi memarahi Vanilla tanpa sebab.

Harri yang sedang sibuk dengan laptopnya mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang berbunyi.

"Nilla." Gumamnya sembari mengangkat panggilan dari Vanilla.

Via telepon.

"Sayang..."

"Kenapa? Kok suaranya serak gitu, kamu habis nangis ya?"

"Aku mau tanya satu hal sama kamu, dan kamu harus jawab dengan jujur."

"Ada apa sih, Nill? Kamu mau tanya apa?"

"Beneran mbak Gita kerja di perusahaan kamu? Terus kenapa kamu nggak cerita sama aku soal ini?"

Harri menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Vanilla.

HAPPY ENDING?Where stories live. Discover now