Part 5

9.7K 612 11
                                    

Happy Reading!!!!!

🌱🌱🌱🌱

"Maaf lama, kamu sudah pesan?" Ujar Harri sambil duduk.

"Belum, aku nungguin kamu." Harri lalu mengangkat tangannya memanggil waiters.

"Satu pasta dan wine ya, mbak." Vanilla menatap Harri dengan diam.

"Saya air putih saja." Setelah waiters pergi keadaan sangat hening.

Vanilla sibuk dengan pikirannya untuk jujur tentang keadaannya, sedangkan Harri sibuk dengan ponselnya.

"Sayang-"

"Sebentar aku angkat telepon dulu." Vanilla menghembuskan nafasnya panjang, dia memandang Harri dengan segala emosi yang ada.

Vanilla tadi sekilas sempat melihat siapa yang menelfon, dan nama Gita tertulis disana.

"Jadi ada apa?" Entah berapa lama Vanilla melamun, Harri sudah selesai dan duduk di depannya.

"Aku mau pernikahan kita dimajukan, gak usah ada pertunangan langsung nikah saja." Harri menyerngit bingung.

"Kamu kenapa? Tiba-tiba bicara seperti ini, aneh kamu. Kan dulu kamu yang minta kita tunangan dulu baru nikah."

"Iya, tapi aku ngerasa kalau kita sudah kenal banget, sudah tau luar dalam juga, jadi kenapa gak nikah langsung saja gitu."

"Vanilla, Vanilla. Pernikahan tetap akan terjadi tapi setelah acara pertunangan, jangan kekanak-kanakan kamu."

"Kenapa kamu nolak? Toh bukannya sama saja ya nikah sekarang sama setelah tunangan?"

"Kamu itu bisa dibilangin-" perkataan Harri terputus karena kedatangan waiters yang membawakan pesanan.

"Makan jangan bahas ini lagi, aku banyak kerjaan." Harri menyantap makanan dengan tenang, seolah melupakan bahasan mereka.

"Aku mau jujur sama kamu."

"Makan, Nilla jangan buat nafsu makan ku-"

"Aku hamil." Hening, baik Vanilla dan Harri terdiam.

"Apa kamu bilang?"

"Iya, aku ngajakin kamu ketemu disini untuk bahas ini, aku hamil Harri. Itu kenapa alasannya aku mau kita langsung nikah saja."

"Jangan ngaco, bagaimana kamu bisa hamil? Kita cuma ngelakuinnya sekali."

"Ngaco kamu bilang? Aku hamil dan aku hamilnya juga sama kamu tunangan aku, kita tinggal nikah masalah selesai."

"Gak segampang itu, Vanilla. Aku belum siap kalau harus jadi seorang Ayah."

"Tapi ini anak kamu, kita ngelakuin itu juga dengan keadaan sadar."

"Gugurkan!"

"Kamu gila?"

"Itu jalan satu-satunya, Vanilla. Aku belum siap kalau harus punya anak, aku gak bisa."

HAPPY ENDING?Where stories live. Discover now