Part 24

10.4K 573 11
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.
.

"Lihat mereka, bukannya memilih baju malah sibuk berdebat. Mami pusing melihat mereka." Keluh Alina, Vanilla tersenyum dan menatap Morgan dan Agatha yang tidak mau mengalah satu sama lain.

"Mami seperti tidak tau mereka saja. Mereka itu lebih seperti musuh dari pada pasangan, lagian mana ada pasangan pengantin yang mau menikah tapi tiap hari ribut melulu." Ucap Daniel yang dibalas anggukan setuju oleh Alina.

"Sebenernya tidak ada yang salah sih, hanya mereka sama-sama kerasa kepala saja. Morgan tidak ingin Agatha menggunakan baju pengantin yang terbuka, sementara Agatha sendiri suka dengan busana yang memperlihatkan lekuk tubuhnya."

"Entah apa yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka nanti, pastinya akan sangat ramai dengan adegan adu mulut." Alina yang sudah kesal berdiri dan menghampiri Morgan dan Agatha.

"Bagaimana kabar kakak dan keponakan aku?" Daniel bergeser dan mendekat kearah Vanilla.

"Dia nyariin kamu terus loh, lihat saja nanti dia tidak akan melepaskan kamu."

"Yahh mau bagaimana lagi, Papi sih nyuruh aku buat stay di sana jadinya aku gak bisa deh leluasa main sama Daisy." Vanilla menggeleng setiap mendengar keluhan Daniel tentang dia yang harus mengurus perusahaan di Indonesia.

"Sudah selesai?" Vanilla mendongak dan tersenyum begitu melihat Devian.

"Sudah kok. Aku juga sudah pilih baju buat kamu, jadi semuanya sudah selesai."

"Bagus, kalau begitu kita bisa pulang kan? Kasian Daisy nanti dia nyariin kita." Vanilla mengangguk dan berdiri.

"Kakak duluan ya nanti bilang sama Mami kalau kita pulang terlebih dahulu."

"Hati-hati, kak."

******

"Mamiii!!!!"

"Daisy jangan lari sayang." Devian menangkap tubuh Daisy yang berlari kearahnya.

"Mami lama! Kan Dai bocen nunggu di cini." Rajuknya.

"Sorry ya princess. Tadi Mami bantuin aunty Gatha buat nyari baju pengantin."

"Oh iya, kan aunty mau jadi princess ya, Mami." Vanilla tertawa mendengar Daisy yang menyebutkan jika Agatha akan jadi princess bukan pengantin.

"Anak Papi yang cantik sudah makan belum?"

"Belom. Dai nunggu Mami cama Papi." Jawabnya polos menatap Devian.

"Baiklah kalau gitu kita masuk terus makan."

"Go!" Seru Daisy turun dari gendongan Devian dan berlari masuk.

"Ayo masuk, aku harus masak buat dia sebelum dia ngambek." Devian tersenyum, memeluk pinggang Vanilla dan berjalan masuk bersama. 

"Opa!!! Tolongin, Dai! Uncle jahat mau makan, Dai." Seru Daisy berlari menuju William. Dibelakang terlihat Daniel yang berjalan mengikutinya.

"Jangan lari-larian, Dai. Nanti kalau jatuh bagaimana?" Ucap William yang berhasil menangkap Daisy.

"Calahin uncle dong, calah ciapa nakutin, Dai." Ucapnya cemberut sambil menyilangkan kedua tangannya.

HAPPY ENDING?Место, где живут истории. Откройте их для себя