Five: Healing

77 21 1
                                    



"Kwanie, kau mau pacaran denganku?"

"Ya! Hoshi hyung! Kalian mabuk ya semalam?!"

Seungkwan berseru kuat, Minghao baru datang dan tiba-tiba bicara aneh padanya. Yang dipanggil Hoshi mendongakkan kepalanya dari meja ujung, dia sedang memalak makan siang Dokyeom.

"Aku tidak mabuk!" Seru Hoshi, "Usiaku belum legal tahu!"

Mendengar jawaban Hoshi, Seungkwan semakin heran, ia menggaruk tengkuk lalu menempelkan punggung tangannya pada dahi Minghao kalau-kalau saja pria itu sedang sakit. Minghao malah meraih tangan putih itu lalu menempelkannya pada pipinya, Seungkwan yang terkejut langsung memukul Minghao.

"Kalian tidak meracuni dia kan?" Tanya Seungkwan lagi, Dokyeom dan Hoshi cepat-cepat menggeleng.

"Dia biasanya kebal racun, kok!" Seru Dokyeom pula, Seungkwan mencibir, apa-apaan mereka itu.

"Jika kau ingin 'membedakannya' boleh saja," sahut Hoshi pula, "kurasa dia mabuk rumus matematika."

Dokyeom tertawa, "hari ini kami memang ada kuis matematika."

Tak menghiraukan ucapan Dokyeom dan Hoshi yang malah menghubungkan dengan hal-hal tak masuk akal, Seungkwan membawa Minghao duduk di kursinya, walaupun Seungkwan adik kelas ia sudah hafal bagaimana denah kelas Minghao, Dokyeom dan Mingyu, jadi ia tak perlu menunggu Dokyeom bergerak.

"Kupikir hyung sedang ada masalah, jadi tenangkan saja dulu dirimu, jika sudah lebih baik kau bisa bercerita padaku, aku akan siap kapanpun."

Seungkwan berkata dengan senyum tipis di wajahnya, duduk tepat di hadapan Minghao. Minghao menggeleng lalu menjatuhkan kepala ke atas meja dengan tatapan sendu, pikirannya mendadak kalut.

Melihat keadaan Minghao yang malah memburuk Seungkwan mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung Minghao, sepertinya Minghao sedang menanggung beban yang berat sekarang.

"Sepertinya itu cukup berat untukmu," ucap Seungkwan pelan.

Minghao mengangguk setuju, "aku hanya terlalu bodoh."

Seungkwan balas mengangguk, "akhirnya kau mengakui itu juga hyung."

Minghao melengos, ia kira Seungkwan akan memberikan semacam nasihat bijaksana agar dirinya lebih tegar atau semacamnya tetapi Seungkwan malah melontarkan hinaan padanya.

Sebenarnya Minghao tidak masalah, hanya saja disaat seperti ini? Dia masih bersedih, tidak ingin bercanda sama sekali.

Tanpa sadar air matanya menetes, Seungkwan langsung panik.

"Ya! Hao hyung, aku tidak bermaksud menghinamu seperti itu, maafkan aku."

Menyadari apa yang membuat Seungkwan panik, Minghao menegakkan punggungnya lalu tersenyum tipis kepada Seungkwan sambil menggeleng.

"Bukan salahmu," jawabnya pelan, "aku hanya sedang butuh waktu sendiri."

Seungkwan bernafas lega, ia bisa saja ditanyai panjang lebar oleh Jun dan kakak tingkatnya yang lain jika tahu Minghao menangis karenanya, tentu saja akan gawat.

Seungkwan mengangguk, "Beristirahatlah hyung, jika butuh apa-apa kau bisa menghubungiku, aku siap kapanpun untuk mendengarkan ceritamu."

Minghao tersenyum tipis, ia kembali menjatuhkan kepalanya ke atas meja, menimbang apakah ia harus bercerita pada Seungkwan tentang masalahnya atau tidak.

Minghao memejamkan mata cukup lama sebagai tanda ia tak akan berkata apapun dan cukup dirinya sendiri yang tahu, ia bisa saja dibilang terlalu lemah menangis hanya karena hal-hal seperti ini.

Ya, Minghao akan berusaha menanggung dan menyelesaikan masalahnya sendiri.



 ✔ [1]30 Day's in February[Xu Minghao]Where stories live. Discover now