2 🐄 Lamaran Dadakan

7.9K 1.5K 812
                                    

Hai, makasih untuk antusiasmenya di bab 1 😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai, makasih untuk antusiasmenya di bab 1 😘

Berkat kalian aku semangat up bab 2 hari ini, huhuy!

Rajin komentar di paragraf ya biar besok up lagi ❤

Semangat!

🐄🐄🐄





“Ibu, kenapa sih nama keluarga kita harus Wijaya? Kenapa nggak keren kayak Adiswara, Ranajaya, Maharaja? Wijaya itu mainstream.

Anak itu pasti sudah gila. Datang-datang langsung mengeluhkan nama keluarga yang kuno dan krusial bagi mereka. Wan Fenty adalah keturunan raja, maka gelar Wan disematkan di depan namanya. Namun karena dia seorang perempuan, nama agung tersebut tidak bisa diturunkan untuk anak sematawayangnya. Maka dari itu Arvin mengadopsi nama besar keluarga ayahnya, Wijaya. Itu nama yang bagus, punya makna besar.

“Aku punya teman di kampus namanya Alvin Wijaya, aku Arvin Wijaya. Kami sering disangka anak kembar,” gerutunya lagi tak ada niat untuk berhenti dalam waktu dekat. “Bu—”

“Begadoh terus kau, ya!” Fenty mengomeli anaknya. “Diam dulu, ibu pusing, Vin!”

“Emangnya Ibu lagi ngapain?” tanya Arvin polos. Matanya lalu mulai melirik-lirik layar gawai sang ibu yang tengah menampilkan berbagai katalog tas kulit buaya keluaran Eropa. “Beuh, tibang lagi bingung mau beli tas warna cokelat apa cokelat tua aja suka emosi.”

“Ini krusial!” kata Fenty tak terima urusan pentingnya disepelekan. “Ibu mau ke acara penting, tau kau? Anaknya Teh Lia mau penjajakan di acara keluarga mereka nanti. Mungkin pakai villa kita yang di Lembang biar dekat dari tempat mereka. Baju ibu warna cokelat tua, jadi tasnya harus lebih mencolok, tapi ibu suka sama tas yang ini, cuma.... nanti nggak serasi. Duh, kayak mana ya bagusnya? Kau ada ide?”

“Beli aja dua-duanya,” jawab Arvin enteng.

“Iya, ibu beli dua kalau anaknya nanti udah kerja!” sindir Fenty tak senang. Memangnya Arvin pikir berapa harga satu tas incarannya itu? Seharga Toyota Avanza? Lebih!

“Di Lembang?” Arvin tertegun sejenak dan menimbang-nimbang. Apa itu artinya mereka akan ke Bandung lagi? Arvin bisa bertemu dengan Juwi? “Acara apa tadi, Bu?”

“Apa ya bahasa sederhananya? Orang itu bilang penjajakan, tapi kayaknya lebih mirip perjodohan. Entah tunangan, entahlah, nggak paham. Sakit otakku.”

Pemuda yang masih menerima informasi secara abu-abu itu langsung mengernyit. Siapa yang akan dijodohkan? Anaknya Teh Lia tadi katanya? Atalia? Anaknya Atalia?

“Juan apa kakaknya Juan, Bu?”

“Kau pikir aja sendiri,” kata Fenty judes. “Juan kencing aja belum lurus mau dijodohkan? Siapa yang sudi?”

Oh, My Juwi! ✔Where stories live. Discover now