Dua puluh tiga

921 98 196
                                    

Sebuah taksi online membawa seorang namja manis ke sebuah bangunan mewah yang menjulang tak begitu tinggi. Petugas keamanan dengan sigap menyapa tamu tersebut. Juga menanyakan keperluannya.

Jimin menjawab jika si pemilik salah satu bangunan di depannya mengundang dirinya untuk berkunjung. Sebuah pesan pada ponsel di tunjukkan pada security. Namun mereka mengernyitkan dahi.

Tak bisa begitu saja memasuki area yang menjunjung tinggi privasi itu hanya dengan menunjukkan sebuah perintah pada aplikasi pesan. Bisa saja itu hanya tipuan maupun rekayasa.

Namja manis itu menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Ia tak berpikir akan menjadi serumit ini kalau hanya akan berkunjung. Tahu begitu, mungkin sang kekasih saja yang mendatangi ke kontrakan.

Bebas.

Tanpa batas.

Tak perlu identitas jelas.

Jimin mengotak atik ponselnya dan berujung melakukan panggilan.

Telepon tersambung

"Kak, aku gak bisa masuk. Mereka minta id card. Aku kasi tanda pengenal identitas eh mereka tanya lainnya. Ini apartment apa kantor sidang sih kak? Ribet amat"

"Benarkah? Sorry, sorry. Aku turun dulu, honey"

Semburat kemerahan menghiasi pipi tirusnya. Panggilan sayang tak masih terdengar jarang di antara mereka.

"Cepet ya kak. Aku takut mereka makin ngefans sama aku. Dari tadi ngliatin mulu ih"

"Kamu ada ada aja sih"

Di susul gelak tawa di antara keduanya sebelum memutus sambungan telepon.

Sambil menunggu kekasihnya menghampiri, Jimin iseng iseng bertanya.

"Pak, sewanya kamar di dalem berapa ya sebulan?"

Kedua petugas keamanan itu saling berpandangan sejenak. Kemudian tertawa terbahak bahak.

"Neng, ini bukan kos kosan ato motel. Ini apartment. Beli neng. Mahal harganya"

"Dih, nang neng nang neng. Saya laki laki pak. Gak liat apa?!" jawab lelaki manis itu sambil membetulkan kacamata biru transparant yang bertengger di hidung.

"Abis kamu cakep sih. Manis lagi."

"Ehem!"

Suara deheman rendah seseorang menghentikan tawa kedua security itu. Mereka menjadi kikuk. Namun tidak bagi Jimin, justru ia merasa senang.

"Kak...!"

"Eh, Tuan Min." sapa kedua petugas keamanan sambil membungkukkan badan.

"Hhm!"

Tangan pucat itu terulur untuk menggandeng pria manis yang sempat di goda bapak bapak security. Mengambil langkah pergi.

Merasa menang telak, si namja Park menoleh kebelakang dan menjulurkan lidahnya.

"Sorry, harusnya aku kasi kamu id card supaya bisa masuk"

"Gak papa kak."

Pria manis dengan tinggi 174cm terus memperhatikan sekeliling. Hamparan rerumputan hijau juga pohon pohon yang tertata rapi begitu menyejukkan mata. Belum lagi suara gemericik air kolam ikan di tengah halaman membuatnya semakin bersorak senang.

Orang kaya kalo tinggal di rumah beginian ya. Kapan nih gue bisa tinggal disini.

Jauh di hamparan rumput lain, terlihat beberapa orsng sedang bermain golf. Terlihat bendera putih juga danau kecil di kejauhan sungguh membuatnya benar benar terpaku.

COSPLAYER'S TRAP - JINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang