[8] Night Changes

10 1 0
                                    

[] []

Malam ini aku tidak bisa tidur karena Kiki belum bangun dari tidurnya. Dia terkena demam—mungkin karena pakaian bagian bawahnya belum bisa diganti. Aku pun sedang duduk di samping Kiki untuk mengompres kain dengan air hangat dan menaruhnya di kening Kiki agar dapat menurunkan suhu tubuhnya.

Alea sudah pulang sekitar 2 jam yang lalu karena Ibunya sudah menelpon dan juga karena Ibunya perlu bantuan Alea untuk menyiapkan pesanan kue Ibunya. Ibunya Alea memiliki toko kue sehingga Alea pun diperlukan bantuannya— Alea pun pandai membuat kue. Kue buatan Alea sangat enak. Aku setiap hari Minggu menyempatkan diri untuk datang ke toko kue Ibunya Alea. Terkadang untuk membantu membungkus kue atau membeli dan memakannya.

"Na..." lamunanku terhenti ketika suara lirih dari Kiki memanggilku. Namun matanya masih tertutup.

"Na...Nanaaa...." ucapannya semakin terlihat gusar dan mulai muncul keringat dingin di sekitar keningnya. Aku pun mulai panik dan menegakkan tubuhku menghadap Kiki.

"Ki, Bangun!" ucapku sambil menepuk pipi hangat Kiki.

"Naaaa Mamahhhh.... Tidak... Jangan.. " ucapan Kiki semakin tak karuan. Aku tidak bisa diam saja seperti ini. Aku pun mulai mengguncangkan tubuh Kiki lebih keras.

"KIKI BANGUN!" Kiki pun membuka matanya terkejut, aku pun sama terkejutnya.

"Kamu sebenarnya kenapa, Ki? Tidak biasanya kamu seperti ini."

"Na... "

Kelopak mata Kiki mulai sayu dan tiba-tiba saja memelukku erat. Tentu saja aku terkejut karena tindakannya. Saat aku mencoba melepasnya Kiki semakin mengeratkan pelukannya. Tak lama suara isakan pun terdengar.

"Sungguh, ini hal baru yang aku ketahui dari Kiki"

"Ki, sebenarnya kamu ken—

"Jangan dilepas, tolong biarkan aku memelukmu sebentar saja" Aku pun menganggukkan kepalaku dan membiarkannya.

Setelah beberapa saat aku pun melepas pelukannya dan menatapnya lekat. Dia pun menatapku dan menunduk perlahan. Aku pikir ini belum kondisi yang baik untuk menanyakan perihal tadi dan juga celana yang dia pakai belum diganti.

"Sebaiknya kamu ganti celanamu dulu karena masih basah nanti demammu semakin parah" ucapku singkat karena setiap melihat Kiki pikiranku langsung saja mengingat kejadian di sekolah tadi. Aku pun menghela napasku dan beranjak dari kasur. Namun Kiki mencegal tanganku.

"Kamu... mau kemana?" ucapnya yang masih saja menundukan kepalanya.

"Aku mau ke dapur sebentar untuk membuatkanmu susu coklat hangat? Kamu belum makan kan?" Kiki pun menggeleng pelan.

"Baiklah akan aku buatkan" ucapku sambil melepaskan genggamannya.

Setelah membuatkan susu coklat, aku pun kembali ke kamar dan membawa obat penurun panas— tanpa sengaja aku melihat ke arah jam ternyata sudah menunjukkan pukul 11.30 PM.

"Sudah hampir larut malam rupanya" Aku pun melanjutkan langkahku menuju ke kamar. Aku pun melihat Kiki yang sudah kembali berbaring di atas kasur dan memainkan ponselnya. Aku pun menghampirinya dan memberikan susu coklat dan obat itu padanya.

"Habiskan lalu minum obatnya" Kiki pun menerima susu itu dan meminumnya sampai tuntas serta meminum obatnya.

"Tidurlah, sudah larut malam"

Aku pun mengambil gelas itu hendak beranjak dari kamarku dan menuju kamar tamu yang sudah kubereskan sebelumnya.

"Maaf" Aku menghentikan langkahku dan menoleh kepadanya.

"Untuk?"

"Bisakah kamu duduk di sini?" ucapnya menunduk sambil memainkan kuku jarinya. Aku pun menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Kiki tiba-tiba saja menggenggam jemariku dan memainkannya. Namun sudah beberapa saat Kiki hanya terdiam.

"Jika kamu hanya ingin memainkan tanganku, lebih baik sudahi saja. Aku ingin tid—

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melakukan hal tadi. Aku benar-benar menyukaimu, Nana" ucap Kiki sambil menatap lekat mataku. Sungguh, aku sangat terkejut karena akhirnya perasaanku terbalaskan namun aku berusaha untuk menyembunyikannya. Aku hanya tidak ingin berharap lebih seperti sebelumnya. Aku pun menghela napasku.

"Jika bukan seperti itu lalu seperti apa?"

"Na, dia tiba-tiba memelukku karena dia sedih Ibunya sedang sakit. Aku tak tau jika kamu sedang menuju ke kelasku. Aku sangat senang saat kamu akhirnya mau menemuiku namun aku juga tidak tau mengapa Mina tiba-tiba saja memelukku bertepatan dengan kedatanganmu. Aku minta maaf karena sudah melukaimu. Aku hanya menyukaimu, Nana" ucap Kiki dengan tangannya masih memainkan jemari tanganku. Aku pun mulai memahami kondisinya untuk saat ini.

"Baiklah, kalau begitu. Aku tidak masalah—"

"Na, apakah kamu juga menyukaiku? " ucapannya membuatku tiba-tiba saja terdiam dan jantungku rasanya seperti berhenti berdetak.

"Se—sepertinya sudah malam. Kamu  sudah cukup lelah, Ki" ucapku hendak beranjak dari tempat itu namun Kiki mencegal tanganku sehingga membuatku berhenti bergerak.

"Jawab pertanyaanku, Na"

"Ki, Baiklah aku akan menjawabnya tapi kamu juga harus menjawab pertanyaanku" Kiki pun mulai merenggangkan genggamannya.

"Apa?"

"Kenapa kamu menangis tadi, apa yang kamu sembunyikan dariku, Ki?" pertanyaanku sontak membuat Kiki terdiam. Namun semakin lama raut wajah Kiki berubah seperti menahan sesuatu—seperti menahan amarahnya.

"Hanya mimpi buruk. Itu tidak terlalu penting"

"Ki... " Kiki pun menoleh padaku. Aku pun mendekat padanya dan mengusap pelan telinga Kiki yang mulai memerah .

"Ki... Kamu menyukaiku kan? Jangan menyembunyikan apapun dariku. Kamu tau kan jika kamu tidak bisa berbohong padaku? Aku tau jika kamu sedang menahan sesuatu sekarang. Aku mengerti. Aku hanya ingin hubungan kita diawali dengan sebuah kejujuran, Ki" ucapku secara halus dan seketika melihat emosi Kiki yang perlahan memudar.

Ketika kurasa Kiki sudah mulai tenang, aku pun mulai beranjak dari kasur menuju kamar tamu. Namun sebelum aku menutup pintu aku sempat menoleh ke belakang.

"Ki... " Kiki pun mengangkat kepalanya dan menatap diriku.

"Ya, Aku juga menyukaimu"




TO(GET)HERWhere stories live. Discover now