Part 23 || SM

216 46 31
                                    

"Bas, bisa nggak nemenin gue ke toko buku bentar?" tanya Fernan sambil memasukkan buku serta laptopnya ke tas.

"Sendiri nggak bisa?" tanya Abbas yang masih stand-bye mengetik di laptopnya.

"Bisa sih, tapi temenin gue lah. Sambil anter gue balik, lo pakai mobil kan hari ini? mobil gue di bengkel, kemaren ban nya miris kayak hidup gue." Jawab Fernan.

Abbas hanya mengangguk mengiyakan.

"Yes! thankyou mas broo!" ujar Fernan riang.

"Abbas, Fernan." Khalid datang tiba-tiba.

Abbas pun melepas kacamatanya, menutup laptopnya, dan memasukkan dalam tas.

"Ayo, Fer." Ujar Abbas lalu pergi mendahului Khalid yang baru datang.

Khalid pun hanya menghela napas, ia tahu ia salah.

Fernan kebingungan, "Lo berantem sama Abbas?" tanya Fernan pada Khalid.

Khalid tersenyum tipis, "Masalah kecil doang." Jawab Khalid.

"Jangan-jangan, lo ketahuan ngepoin privasi Abbas tentang keluarganya?" tanya Fernan serius.

"Iya, tap-

"Fer! jadi nggak nih?!" teriak Abbas di ambang pintu.

"Eh! jadi-jadi!" balas Fernan.

"Yaudah gue duluan ya, assalamualaikum!" pamit Fernan lalu pergi menyusul Abbas.

Khalid hanya bisa menghembuskan napas. Ia akan mencari waktu yang tepat untuk berbicara pada Abbas nanti.

***

"Eh, Bas. Bentar-bentar." Fernan menghentikkan Abbas dan itu membuat Abbas terhenti juga.

"Gue mau cuci muka dulu, ke westafel kawasan toilet. Temenin ya." Pinta Fernan dengan senyuman sengir nya.

Abbas berdecak, "Kayak cewek tau nggak lo? udah pergi sana gue tunggu di parkiran."

"Yah, Bas. Jam segini, kampus udah sepi. Yakali gue ke toilet sendiri. Nanti yang ada gue ke kunci lagi." Ujar Fernan.

"Ayolah, Bas." Mohonnya.

Abbas menghela napasnya, "Hm." Dehemnya lalu berbelok ke arah toilet.

Fernan pun tersenyum senang, dan menyusul Abbas dari belakang.

***

Setelah sampai di westafel toilet, dan berdiri di depan cermin lebar persegi panjang. Fernan mencuci wajahnya yang kotor akibat beraktivitas 6 jam lamanya.

Abbas hanya menunggu temannya itu, di depan pintu kawasan toilet bagian dalam.

Ketika sudah membilas muka dan mengelap. Fernan pun membenarkan rambutnya.

Tapi ketika merapikan rambutnya tersebut, beberapa helai rambutnya rontok.

Fernan membulatkan mata, ia pun segera berniat ingin membuang itu.

"Rambut lo rontok, Fer?" pertanyaan itu membuat Fernan terjeda. Abbas menghampiri Fernan dan mengambil salah satu helai rambut itu.

"Sampai ke akar gini kecabutnya?" tanya Abbas sambil menatap sehelai rambut itu.

"Ah, gapapa. Cuma rontok biasa, ini karena gue jarang keramas, ya rontok." Jawab Fernan sambil membuang beberapa helai rambutnya itu di westafel dengan air.

"Rambut cowok nggak mudah rontok, Fer." Kata Abbas serius.

Dan suasana inilah, yang membuat Fernan merasa sangat di investigasi.

Syahdu Mahabba Where stories live. Discover now