Abhirama Varsha

926 76 3
                                    

Kita ikuti dulu kemana perginya Abhinaya dan Prahastana setelah keduanya menderita luka dalam yang hebat. Ilmu Seringan Kapas Dibawa Angin membawa mereka jauh ke tengah hutan di sisi timur Lokajaya,  setelah dirasa aman Abhinaya hentikan aji kessktiannya itu, ilmu Seringan Kapas Dibawa Angin perlahan-lahan sirna membuat Abhinaya dan Prahastana yang melayang diudara akhirnya meluncur jatuh dan tercebur ke dalam telaga kecil.
Dengan sisa tenaga Abhinaya menyeret Asta yang tengah pingsan itu ke tepi telaga. Setelah berhasil mencapai tepi telaga Abhinaya kembali menyeret tubuh Asta menjauhi air namun hanya sanggup beberapa langkah, akhirnya tubuh itu ambruk dan ikut tak sadarkan diri. Keadaannya mengenaskan, di sekujur tubuh terlihat luka lecet, sedangkan pakaiannya robek disana sini hingga membuat celana dalamnya jelas terlihat.
Dari dua sudut bibir kucurkan darah sedangkan wajah pucat seputih kafan.
***

Abhinaya rasakan kepalanya berat sekali, dengan perlahan-lahan dibukanya kedua matanya,  pandangannya masih samar-samar dan tak jelas untuk beberapa saat, setelah matanya mulai terbiasa dengan bias cahaya, seraut wajah tampan tengah menatapnya.

"Pri.. Prima" ucapnya pelan.

"Syukurlah kau sudah sadar, lebih baik jangan bergerak banyak dulu, luka dalammu belum sembuh benar" si tampan tersenyum sambil menahan tubuh Abhinaya yang mencoba bangkit, dibaringkannya tubuh Abhinaya lagi. Membuat Abhinaya mau tak mau menurut.

"Ah tidak, dia bukan Prima, wajahnya jelas berbeda, pikiran orang yang sekarat memang suka melantur" batin Abhinaya sambil menatap sosok pemuda di depannya yang berbaju biru muda dan celana hitam. Di keningnya melintang ikat kepala dari kain juga berwarna biru muda. Pemuda itu memberikan segelas air putih buat Abhinaya. Abhinaya pun meminumnya.

"Siapa kau?" suara Abhinaya kecil sekali dan bergetar, tenaganya masih lemah dan tubuhnya terasa berat digerakkan. Pemuda tampan itu tersenyum.

"Panggil aku Varsha lengkapnya Abhirama Varsha" jawab si pemuda.

"Abhirama Varsha" Abhinaya mengulang nama itu.

"nama yang bagus, artinya Hujan yang menyenangkan" Abhinaya kembali bertutur sembari memperhatikan si pemuda.

Pemuda itu tertawa renyah mendengar pujian itu.
"Kau sendiri?" tanyanya.

"Abhinaya Bayu" jawab Abhinaya pula.

"Hai nama kita sama-sama Abhi rupanya, arti namamu juga bagus, semangat angin"

Abhinaya coba tersenyum, meski senyumnya kecil sekali. Saat itulah dia teringat Asta.

"Dimana Asta? Apakah dia baik-baik saja? Tanya Abhinaya.
Terdengar si pemuda menghela nafas berat. Lalu si pemuda menunjuk ke arah samping Abhinaya, Abhinaya kaget karena baru sadar jika Asta berada di ranjang tidur sebelahnya. Pemuda itu tampak tak sadarkan diri dengan wajah pucat.

"Sahabatmu itu parah sekali, sampai sekarang dia belum sadarkan diri, tiap malam dia selalu mengerang dan mengigau, tapi kau tak usah khawatir, aku pasti berusaha buat menyembuhkannya juga".

Abhinaya rasakan dadanya bergemuruh mendengar keadaan temannya itu. Ingin rasanya dia bangkit namun tenaganya masih lemah.

"Sudah berapa lama kami tak sadarkan diri?"
"Empat hari, oh iya lebih baik kau makan lebih dahulu, setelah itu minum ramuan obat, aku akan mengambilkan makanan dulu"
"Terima kasih"

Si pemuda berggas keluar kamar menuju dapur.
*

Begitu si pemuda kembali dilihatnya Abhinaya telah duduk bersila mengatur jalan nafas dan edar darahnya.
"Pemuda ini luar biasa, masih mampu bertahan hidup setelah dihantam pukulan sakti yang hebat, kalau aku mungkin sudah langsung jadi mayat" Varsha berkata di dalam hati.

ASMARA BERDARAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang