Duka Seorang Pendekar

795 75 0
                                    

Lembah Cincin adalah kawasan terkurung lingkaran tebing dengan pemandangan indah. Ada satu telaga berair jernih, lalu hamparan rerumputan dan pepohonan dihias bunga dan buah hutan, lalu ada sebuah rumah kayu besar di sana yang tampak masih kokoh dan agung.
Sayang, penghuni rumah itu kini tak sekokoh bangunan itu.

Varsha menggigit bibir bawahnya sendiri tatkala dia melihat nun di dekat dinding tebing di bawah satu pohon rindang seseorang meringkuk memeluk gundukan tanah. Sudah tiga hari sosok itu tak beranjak dari sana.
Sosok itu adalah Abhinaya, sejak menguburkan Asta disana, dia tak pernah meninggalkan makam itu, di sebelah makam Asta juga ada makam Rianta, lalu makam penghuni Lembah Cincin sebelumnya. Hati Abhinaya benar-benar terpukul menghadapi kenyataan ini. Semua kenangannya bersama Asta kembali bermain-main di mata juga mimpinya. Mulai dari pertemuan mereka ketika masih anak-anak, hingga tersesat ke Lembah Cincin untuk menjadi seorang pendekar besar seperti sekarang.

"Asta, tidak bisakah kau hidup kembali? Aku rindu padamu Asta. Dulu kita berlatih pedang bersama di lembah ini, aku ingat waktu itu aku  tak sengaja menggores punggungmu dengan pedang hingga berdarah, namun kau tak marah dan tidak pernah menunjukkan rasa sakit di hadapanku. Asta, aku benar-benar teman yang tak berguna bagimu. Aku selalu mengabaikanmu, aku tak pernah membalas perhatianmu. Sekarang aku sadar kau benar-benar berharga Asta. Bangunlah Asta, aku ingin meminta maaf padamu. Ayo bangun! Mari kita hidup bersama lagi. Aku janji tak akan membuatmu kecewa dan sakit sendiri lagi" Abhinaya terus saja berkeluh kesah sambil memeluk peti pedang milik Asta yang dijadikan patok nisan.

Varsha melangkah mendekat, di atas sebuah batu lamping di dekat rumput dia bisa melihat makanan yang dibuatnya sedari hari pertama tak pernah di sentuh oleh Abhinaya. Tentu saja itu membuat wajah dan kulit Abhinaya menjadi pucat pasi. Abhinaya benar-benar menjadi sosok yang rapuh, semangat hidupnya telah lenyap entah kemana.
Varsha menggeleng pasrah, segala cara yang telah dipakainya untuk mengembalikan semangat hidup Abhinaya sia-sia belaka. Dengan langkah gontai dia mengambil nampan dari anyaman tempat makanan yang telah basi bermaksud ingin menggantinya dengan yang baru.

Varsha berjalan perlahan dengan hati yang perih, belum pernah dia melihat sesorang yang begitu sedih ketika ditinggalkan sahabatnya. Kira-kira tiga per empat jam Varsha kembali dengan membawa makanan baru. Dan dia terkesiap kaget, Abhinaya dengan tubuh lusuh dan pakaian kotor tampak menggali lubang di sebelah makam Asta. Liang itu sudah sedalam lutut.

Varsha cepat meletakkan nampan makanannya.
"Abhi, apa yang kau lakukan?" Varsha cepat menarik tubuh Abhinaya keluar dari lubang itu.

"Lepaskan aku! Aku ingin menggali kuburanku sendiri. Aku ingin hidup bersama Asta. Lepaskan!" Abhinaya cepat menolak pelukan Varsha dan siap berhambur kembali ke dalam liang baru itu. Namun sebelum itu terjadi Varsha cepat menotok aliran darah Abhinaya hingga ambruk tak sadarkan diri.

Varsha menggendong tubuh yang kurus dan pucat itu ke dalam rumah.
Tubuh itu dibaringkannya diatas ranjang.
"Tak ada cara lain untuk menyadarkanmu Abhinaya. Asta telah mati, kau harus menerima semua itu. Aku harus masuk ke alam bawah sadarmu. Semoga hatimu masih memiliki sedikit cahaya kehidupan"

Varsha lalu bersemedi di sebelah Abhinaya. Mulut merapal satu aji kesaktian, lalu perlahan-lahan tampak sosok sukma Varsha keluar dari raganya. Sosok sukma itu tampak mengusap sekujur tubuh Abhinaya. Ketika usapan itu sampai diujung jari kaki. Sukma itu berkata
"Bangkit".

Luar biasa, tampak sukma Abhinaya turut bangkit keluar dari jasad kasarnya.

"Ikut aku, kita akan menemui roh Asta di angkasa sana. Kau harus melihat betapa kecewa dan sedihnya dia melihatmu serapuh sekarang"

Lalu ajaib sekali, dua sukma itu perlahan-lahan melayang menuju langit.

Hampir senja barulah dua sukma itu kembali dan masuk ke dalam tubuh masing-masing. Ketika kedua mata Abhinaya terbuka tampak butir air mata menetes disana.
"Asta maafkan aku. Aku terlalu memyayangimu hingga bisa serapuh ini, tak kusangka perbuatanku itu justru membuatmu terhalang menembus gerbang kebahagiaan alam arwah. Aku janji Asta, aku akan tetap hidup, aku akan meneruskan semangatmu. Kalanarta! Tunggu pembalasanku!" Ucap Abhinaya dengan gagah.
***

ASMARA BERDARAH (SELESAI)Where stories live. Discover now