🦋 16 🦋

34 17 5
                                    

Langit masih sangat cerah, burung-burung masih asyik berkicau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit masih sangat cerah, burung-burung masih asyik berkicau. Dengan tergesa-gesa Amanda masuk ke dalam mobil hitam. Niatnya untuk pulang sudah bulat, tidak bisa diganggu-gugat siapapun. Tidak terlalu banyak yang Amanda bawa, hanya tas besar yang berisi pakaian dan   dompet berwarna gray dia jadikan tas selempang agar lebih praktis di bawa. Sebelah telinganya dia sumpal menggunakan earphone.

Mobil meliuk-liuk di tikungan tajam, sudah berapa kali Amanda melewati tikungan ini selama satu tahun terakhir? Jawabannya lebih dari seratus kali. Amanda terkekeh mengingat saat pertama kali dia melewati jalanan ini. Amanda hampir-hampir akan pingsan saat dibawa Bagas ke kontrakannya.

Di sebelah kanan, Amanda bisa melihat dengan jelas matahari yang mulai tenggelam. Pulau yang berada di bagian barat dalam peta negaranya benar-benar menyuguhkan pesona yang tidak bisa dibantah siapapun.

Sopir mobil menatap Amanda lewat spion belakang bertanya ini-itu dan hanya ditanggapi malas oleh Amanda. Tidak ada yang menarik seputar pertanyaannya, Amanda tahu jelas bahwa itu hanyalah bentuk basa-basi. Tetapi ada satu pertanyaan yang membuat Amanda sediri bingung menjawabnya.

“Seberapa penting kah orang yang sedang kau cari?”

Amanda mencebikan bibirnya, orang yang Amanda cari hingga ke pulau ini jelas-jelas sangat penting. Meski separuh otak dan hatinya menyangkal hal itu.

Pelabuhan terlihat sangat ramai, orang-orang hilir mudik tak tentu arah. Kebisingan tidak bisa di halau bila menggunakan earphone yang hanya mengalunkan lagu sendu. Amanda melepasnya dengan kasar, percuma tidak ada gunanya.

Berbagai umpatan keluar dari mulut Amanda. Pelabuhan, bandara, terminal semuanya selalu menyuguhkan pemandangan yang menyakitkan bagi Amanda. Karena berada di tempat-tempat seperti ini, bayangan dari kedua sosok lelaki tersebut jelas sekali terasa. Amanda sering sekali membayangkan kepulangan mereka.

“Cih! Dasar norak.” Amanda berdecih ketika melihat sepasang kekasih yang bermesraan sambil berjalan.

“Yang benar saja, jerk!” Mata Amanda melotot, apa dia tidak salah lihat?!

“Norak anjir, gak tau tempat banget. Hal senista ini mereka lakukan dihadapan banyak orang?! Ck. Ck. Gak tahu malu!” Amanda menggeleng melihat dua sejoli yang baru saja melepas pangutan bibir mereka. Lantas berlari cepat menjauhi keduanya. Amanda lupa satu hal, siapapun yang sedang jatuh cinta, maka mereka akan melupakan keadaan sekitar.

Tidak peduli dengan apapun yang ada dihadapannya, Amanda berlari dengan cepat. Kaki ramping yang berbalut jeans hitam lincah melompati beberapa peti kayu. Amanda harus cepat-cepat menemukan kapal yang akan membawanya pulang. Demi apapun, dia tidak ingin melihat hal nista seperti tadi. Dadanya baik turun, keringat membanjiri kaus berwarna biru langit. Mencari kapal tidak semudah mencari bus kota.

“Kau sedang mencuri apa?”

Amanda membalikkan badannya, terbelalak kaget melihat sosok laki-laki matang di depannya. Lidahnya kelu, keringat dingin menetes berkali-kali dari dahinya.

Morphos Wounds [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang