12. "Kembali?"

4.8K 127 1
                                    

Arkan diam tak bergeming saat kain itu menutup seluruh tubuh Ica, seperti mimpi saat ini. Ia tidak menyangka Ica pergi meninggalkan dirinya secepat ini.

Harusnya Arkan senang tapi kenapa hatinya merasakan ada sesuatu yang hilang?.

"Ica mana?" tanya Ali saat sampai di ruangan Ica dengan napas tersengal-sengal. Arkan tadi menelpon Ali untuk memberitau keadaan Ica.

Ali tentu saja kaget bukan main karena ia telah menganggap Ica sebagai adiknya sendiri walaupun ia baru mengenal Ica beberapa hari tapi Ali yakin kalau Ica wanita yang sangat baik seperti malaikat.

"Maaf saya sudah maksimal mungkin tapi Ica telah tiada," balas Satria yang masih terisak-isak.

"Dokter nggak bercanda kan?" tanya Ali tak percaya.

Satria tidak menjawab, badan Satria terjatuh ke lantai dengan tangis yang menyakitkan kala orang yang ia sayang sudah tiada.

Ali menatap Arkan dengan tatapan tajam. "Puas?" ujar Ali.

Arkan menoleh pada Ali. "Li?"

"LO SENENG KAN? LO BAHAGIA? ITU YANG LO MAU KAN? SEKARANG UDAH TERCAPAI, SELAMAT BRO!" ujar Ali penuh penekanan.

"Li, gue--"

"LO LAKI-LAKI BRENGSEK, LO SAHABAT PALING BRENGSEK. MULAI DETIK INI GUE BERHENTI KERJA SAMA LO DAN KITA BUKAN SAHABAT LAGI!" teriak Ali yang matanya telah memerah karena menahan tangis.

"Dengerin gue dulu--"

"ICAA!!!!" teriak Ibu Ica yang baru saja sampai di Rumah Sakit tempat Ica dirawat.

"Kamu kenapa tinggalin ibu secepat ini nak? Kamu kenapa bisa kayak gini? Hiks hiks hiks," ujar Ibu Ica yang telah menangis histeris.

"Bapak," sapa Satria pada Ayah Ica.

"Ica Pak, Ica," Satria tak kuat untuk menangis lagi dan yang ia rasakan kini teman kecilnya orang yang paling ia sayang telah tiada.

Ayah Ica menepuk pelan pundak Satria yang tengah memeluknya itu. "Sudahlah nak, Ica sudah bahagia disamping Tuhan,"

"Nak Arkan maafin Ica ya kalau Ica ada salah sama kamu," ujar Ayah Ica dengan tersenyum tipis.

Suasana diruangan Ica penuh dengan kesedihan, suster yang melihat itu semua ta kuasa menahan tangisnya. Suster itu tak sengaja menatap ke arah tangan Ica, karena kain penutup tubuh Ica terbuka.

"Dokter tangan pasien bergerak," pekik Suster yang membuat semua orang berada diruangan menoleh ke arah Ica.

Satria langsung memasangkan alat-alat ke tubuh Ica dan ia tersenyum senang karena Ica kembali dan tidak pergi.

"Ica ini Ibu nak, kamu harus bangun ya," ujar Ibu Ica dengan mengelus rambut Putrinya dengan kasih sayang.

"Kapan dia sadar Sat?" tanya Ayah Ica.

"Satria belum bisa memastikan Pak, tapi kita berdoa aja agar Ica segera sadar," balas Satria.

Ayah Ica mengangguk paham.

"Arkan kemana?" tanya Ali yang baru saja menyadari Arkan tidak ada lagi diruangan ini.

"Tadi dia kan disini," balas Satria.

"Gue cari dia dulu," pamit Ali yang diangguki oleh Satria dan kedua orangtua Ica.

👀👀👀

"ARGHHHHHHHHHHH!!!!!" teriak Arkan yang tengah menjambak rambutnya sendiri dan air mata yang mengalir deras.

"Kenapa hidup gue kayak gini? Kenapa?!!!!"

"Ica gue benci sama lo tapi gue nggak mau lo pergi dari kehidupan gue Ca!"

"Lo egois," ujar Ali saat sudah menemukan Arkan dengan kondisi duduk di taman dan diguyur hujan seolah langit tau bagaimana perasaan semua orang saat mengetahui Ica telah tiada.

Arkan menoleh ke belakang. "Ngapain lo kesini? Bukannya kita bukan sahabat lagi?" ujar Arkan tajam.

"Gue kesini cuman pengen kasih tau kalau Ica kembali lagi," balas Ali.

Arkan menatap Ali tajam. "Sekarang bukan waktunya untuk bercanda,"

"Gue serius, lebih baik lo ke ruangan Ica sekarang,"

Tanpa basa-basi lagi Arkan langsung menuju ke ruangan Ica.

Setelah sampai di ruangan Ica, Arkan langsung memeluk tubuh Ica yang lemas dan menelusupkan wajahnya yang telah mengeluarkan air mata di leher Ica.

"Aku mohon bangun Ca, please jangan kayak tadi lagi aku belum siap kamu ninggalin aku," bisik Arkan.

Di bawah alam sadar, Ica mendengar suara tangisan kedua orangtuanya dan Arkan tak terasa Ica ikut menangis di alam sadarnya.

"Aku mohon jangan nangis Mas, Ayah, Ibu. Aku ingin membuka mata ini tapi sangat sulit."

Arkan melihat Ica meneteskan air matanya membuat Arkan tersenyum. "Kamu denger aku kan? Ayo buka mata kamu sekarang ayo buka!" bisik Arkan yang tersenyum senang.

"Sudah Nak Arkan, mungkin Ica masih ingin tidur kita doakan saja supaya Ica cepat sadar dan pulih," ujar Ibu Ica dengan mengelus kepala menantunya tersebut.

Arkan mengangguk pelan dan mengusap air matanya.

"Assalamualaikum," sapa Mama Agnes.

"Waalaikumsalam," balas semua orang yang berada disitu.

"Bagaimana keadaan Ica besan?" tanya Mama Agnes.

"Kondisinya masih koma tadi ia sempat meninggal tapi alhamdulillah Allah maha baik Ica diberikan kesempatan untuk kembali lagi,"

"Kalau boleh tau Ica kenapa bisa seperti ini?" tanya Papa Arkan

"Kami juga tidak tau pak, tadi kami diberikan kabar oleh Arkan saat kondisi Ica sudah seperti ini," balas Ayah Ica.

"Kamu apakan dia Kan?" tanya Mama Agnes tajam.

"Arkan nggak tau Ma, selama ini Ica sangat tertutup pada Arkan," balas Arkan berbohong.

Arkan tak mau jika semua orang tau kejadian sebenarnya, Arkan belum siap untuk kehilangan orang yang ia sayang. Jika Arkan memberitau alasan sebenarnya otomatis Arkan akan dibenci semua orang termasuk mertuanya dan orang tua Arkan sendiri.

"Sudahlah Bu, lebih baik kita sholat dan mendoakan Ica agar cepat sadar dan pulih," ajak Ayah Ica dan di angguki semua orang.

Kamu tidak pernah tau, kecuali kamu berjalan di sepatu ku. Tak ada satu orang pun yang tau tali sepatu ku kusut. Karena semua orang melihat apa yang mereka lihat.
Mengapa semua orang hanya bisa menilai tanpa mempercayai?.
Bahkan jika dunia ini berubah, aku tetaplah aku tidak akan pernah berubah. Aku akan selalu tetap senyum meski aku terluka karena mu. Karena kamu selalu memberikan luka jika kita sedang bersama. Untukmu bahagia lah dengan pilihanmu sendiri yang lebih dariku.

-Aneisha Clarabell Davinia-

Halo terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!

Jangan lupa vote, komen, dan follow!

Ditunggu part selanjutnya!

Kamsahamnida

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now