The Stories Of ReVania

18.6K 918 13
                                    

Kembali lagi bersama saya author yang paling cantik. Muehehehe... sebenarnya mau update kemaren tapi si wati lagi ada masalah. Jadinya baru bisa update hari ini. Untuk part selanjutnya mungkin updatenya agak lama soalnya sudah mulai keluar bagian actionnya dan menghayalkannya agak sulit. Semoga suka. Untuk ilustrasi Revan saya kasih di media.

Suara alarm dari ponsel bututku membuat aku tersadar dari alam mimpi. Aku membuka mata dengan malas. Rasanya badanku sakit semua. Aku mengerjapkan mataku. Dimana ini? Sepertinya ini bukan di kamar kosku atau kamar rumahku. langit-langitnya berwarna biru. Akh.. aku lupa. Ini di salah satu kamar di rumah Revan yang mulai saat ini menjadi kamarku. Kamar yang di dominasi warna biru ini memiliki luas 5 kali dari kamar kosku dengan jendela besar di samping kanan tempat tidur queen size yang sedang kutiduri saat ini. Kusibakkan selimut dan berjalan menuju kamar mandi yang juga berada dalam kamar ini. Setelah mandi dan merasa segar, aku langsung membuka lemari pakaian. Aku pun memilih memakai kaos oblong berwarna biru muda dipasangkan dengan celana panjang berbahan kaos.

 Kupandangi isi lemari yang memiliki tiga pintu tersebut. Pintu pertama berisi pakaian rumah seperti yang kupakai saat ini, juga ada beberapa baju tidur beserta pakaian dalam dengan berbagai merk terkenal. Di lemari kedua terdapat baju casual yang terdiri dari celana jeans dan kaos-kaos beserta beberapa cardigan. Di pintu kedua itu pula terdapat beberapa dress selutut dengan motif dan warna yang berbeda-beda. Di pintu ketiga semuanya berisi setelan baju kerja. Sepertinya baju-baju ini yang akan kupakai jika mulai berkerja di kantor Revan nanti. Di samping lemari besar terdapat lemari berukuran sedang yang di dalamnya terdapat tas dan sepatu dengan berbagai merk dan bentuk. Aku tidak tahu bagaimana Revan mengetahuinya yang jelas semua baju dan sepatu tersebut sesuai dengan ukuran badan dan kakiku.

 Setelah melihat-lihat isi lemari aku keluar kamar dan langsung menuju dapur. seingatku tadi malam begitu sampai di rumah besar bergaya minimalis namun tetap terkesan mewah ini aku langsung masuk kamar dan tidur tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Akhirnya saat ini perutku meronta-ronta minta diisi.

Saat sampai didapur aku tidak melihat asisten rumah tangga yang berkerja disini. Namun kata Revan tadi malam mereka memang tidak bertugas memasak karena Revan jarang makan dirumah. Mereka hanya memasak jika Revan perintahkan. Seperti pagi ini, tidak ada masakan matang di meja makan. Namun ketika aku membuka lemari es terdapat beberapa bahan mentah yang bisa diolah. Karena malas memasak yang rumit, akupun memutuskan untuk memasak nasi goreng saja.

Saat asik memasak aku merasakan suara orang sedang menarik kursi di meja makan lalu mendudukinya. Akupun menoleh dan mendapati Revan dengan wajahnya yang masih setengah mengantuk. Sepertinya dia langsung kesini tanpa mencuci muka dahulu. Rambutnya berantakan namun justru menampilkan kesan liar dalam diri Revan dan aku sangat menyukainya.

“Pagi Mas. Belum cuci muka ya?” tanyaku padanya tanpa mengalihkan pandanganku dari masakanku.

“Masak apa? Harum masakanmu membuat aku terbangun.”

“Masa sih, kamarmu kan dilantai dua. Aku Cuma buat nasi goreng kok. Kamu pengen yang lain.”

“Aku pengen kopi aja.”

“Kopi? Kamu belum makan apa-apa udah mau minum kopi. Nggak kasian sama lambung kamu. Pokoknya nggak ada kopi sebelum kamu makan nasi!” perintahku dengan nada yang tidak bisa dibantah.

“Tapi..”

“Nggak ada tapi-tapian. Mulai saat ini juga kurangi minum kopi.” Revan hanya memajukan bibirnya lucu. Aku hanya terkekeh melihat kelakuannya. Tapi kan ini juga demi kesehatannya juga.

“Iya deh, Sayang.”

“Mandi dulu sana, Mas. Habis itu balik lagi sarapan? Kamu nggak kekantor?”

Love FighterOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz