Rencana Penyelamatan

10.7K 552 1
                                    

"Apa aku harus mempercayai Vania?" cicitku dengan suara pelan nyaris tak terdengar.

Didepanku sekarang telah ada tiga sahabatku. Siapa lagi kalau bukan Reno, Riana dan Zio. Mereka memandangku dengan pandangan prihatin. Meskipun aku tak melihat wajah mereka namun aku tahu itu.

"Vania mencintaimu,Van. Kamu hanya perlu percaya itu." Ucap Riana yang sebenarnya kusetujui.

"Apa kamu yakin dia mencintaiku?"

"Jangan bodoh Van. Kamu jangan cemburu buta yang menyebabkan kepercayaanmu pada Vania hilang dan menyebabkan kamu buta akan perasaannya. Kami percaya dia sangat mencintaimu Van." Kali ini Zio yang bersuara. Aku sebenarnya agak kaget dia berbicara seperti itu. tak seperti Reno yang usil, Zio cenderung pendiam.

Aku melihat Riana dan Reno mengangguk meyetujui perkataan Zio.

"Setiap hubungan pasti ada masalah,Van. Aku dan Zio juga pernah mengalaminya. Aku harap kamu bisa lebih percaya pada Vania. Karena yang terpenting saat ini adalah kepercayaan." Riana membuka suara lagi.

Mereka benar. setidaknya aku harus percaya dahulu pada Vania.

"Kamu yakin wanita yang kamu temui itu tidak berbohong?" tanya Reno padaku.

Aku terdiam memikirkan pertanyaan Reno. Ya benar. mungkin saja wanita yang kutemui malam itu dan bilang kalau Vania selingkuh dengan Banu berbohong. Aku berusaha mengingat gerak-geriknya ketika kemarin berbicara denganku.

Aku tersenyum. Ya wanita itu memang berbohong.

"Dia memang berbohong. Mengapa aku tidak menyadarinya kemarin."

Wanita itu ketika berbicara tentang Vania yang pergi dengan Banu sekilas dia menghindari kontak mata denganku. Dia pun mengganti tumpuan kakinya berulangkali tanda kalau dia sedang gugup. Dan saat itu dia berhenti bernafas sebentar. Bisa-bisa aku baru menyadari hal itu sekarang. Menyadari kalau wanita itu berbohong.

Ponselku berbunyi. Aku melihat siapa yang menelpon. Aku kaget ketika mengetahui jika mertuaku yang menelpon.

"Assalamualaikum Bapak."

"Revan. ini tentang Vania?" tepat seperti dugaanku. Bapak pasti menanyakan keberadaan Vania.

"Maaf Pak. Ini salah Revan. Vania menghilang saat Revan menyuruhnya pergi dengan sekretaris kedua Revan."

"Bapak sepertinya tahu kemana dia dibawa." Aku terkejut mendengar perkataan mertuaku.

"Dia dibawa kemana, pak?"

"lebih tepatnya dia diculik Kakeknya Van. Mungkin sekretaris keduamu itu salah satu kaki tangan kakek Vania. Tadi kakeknya sendiri yang memberitahu ke Bapak kalau Vania ada sama dia" aku mendengar ada suara kemarahan disana. Namun berusaha untuk diredamnya.

"Kakeknya Vania?"

"Iya Van. Bapak mohon selamatkan dia Van. Tapi kamu harus hati-hati, kakeknya Vania bukan orang sembarangan. Bapak juga tidak tahu pasti alamat Kakek Vania. Dia hanya mengirim bapak surat yang tidak bisa dilacak alamat asalnya." Aku terdiam. Tangan kiriku telah mengepal keras. Dadaku telah dipenuhi dengan Emosi. Bagaimana mungkin seorang kakek menculik cucunya sendiri.

"Baik pak. Revan akan menyelamatkan Vania dan anak kami apapun yang terjadi. Tapi mengapa kakeknya Vania melakukan semua ini Pak?"

"orang itu adalah ayah kandung Ibunya Vania. Dia adalah orang yang sangat gila harta. Bahkan uang tabungan Bapak dulu habis karena dia meminta uang yang sangat besar ketika bapak ingin menikah dengan Ibu. oleh karena itu setelah Bapak memberikanya semua uang Bapak, Bapak melarang keluarga bapak untuk bertemu dengannya."

Love FighterWhere stories live. Discover now