17

2K 160 0
                                    

Assalamu'alaikum..😌

Jumpa kembali di part ini guys..😁

Bantu temukan typo ya.. 🙏😌

Aku saranin sambil dengerin lagunya Alika-Aku Pergi🎼

.
.
.
.
.

***

Kini Hazel dilanda kebosanan yang sangat haqiqi. Bagaiman tidak bosan? Ia hanya duduk memainkan ponselnya dan melihat pemandangan yang sungguh membosankan yaitu Amar dan setumpuk berkas.

Mereka tidak berdua dalam ruangan itu. Ada sang sekretaris Amar yaitu Nurmala. Nurmala ini adalah orang kepercayaan papanya Amar saat beliau masih memimpin perusahaan ini. Umurnya Nirmala sekitar 40 tahunan. Dan dia sudah bekerja sekitar 17 tahun. Saat usianya 23 tahun ia sudah mengabdi pada perusahan ini sampai sekarang.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi seharusnya jika ia tadi pagi mengikuti kuliah pasti ia sudah pergi ke kantin untuk makan Bersama dengan Firda dan Anne.
Saat Hazel ingin telfon Firda, tiba-tiba ada panggilan masuk dari nama lain.

Hazel memanfaatkan kesempatan ini supaya bisa keluar dari kantor yang membosankan ini.
Hazel pun mengangkat panggilan telfonnya sambil lirik-lirik Amar.

"Halooo Kanza sayaaaang......"

Hazel sengaja mengeraskan suaranya.
Sedangkan yang di sebrang sana kebingungan sendiri.

"Sayang?.. zel lo waras kan?"

"Owh.. kamu kangen ya... maaf ya sayang aku gak kuliah hari ini. Iya aku lagi di penjara tauk.. Sama orang GILA"

Saat Hazel menekan kata GILA Amar menengok dan memicingkan kedua matanya menatap intens Hazel.

"Apaan sih Zel? Sumpah lo kerasukan ya?"

"Eh, eh gak usah dijemput sayang. Aku bisa kesitu naik ojek. Ya udah tunggu bentar ya bebeb.. I love you muuuach"

"Gak papa Zel sekali-kali merendah untuk meroket. Malu banget gue anji* bagaimana kalau gue nanti ketemu Kanza. Dasar goblo* banget gue" Hazel membatinnya.

Setelah mengakhiri telfon dari Kanza, Hazel langsung keluar begitu saja dari ruangan duda gila itu. Dan Amar selesai tak selesai soal pekerjaannya juga ikut keluar ruangan mengejar Hazel.

"Lia tunggu!" pekik Amar. Namun tak dihiraukan oleh Hazel.

Berita tentang ia adalah calon istrinya CEO perusahaan sudah sampai di telinga semua kariyawan kantor ini.

Ada yang memandang sinis adapula yang SKSD dengannya dan ada yang benar-benar menghormatinya sebagai calon ibu CEO.

Saat ia menunggu ojek onlinenya, Amar datang dengan rasa bengeknya karena mencoba mengejar Hazel.

"Kamu pakek batre apa sih? Cepet banget jalannya" ucap Amar sambil mengatur tempo nafasnya supaya teratur.

"............"

"Lia please lah.. oke saya minta maaf untuk hari ini jika saya punya salah sama kamu oke?"

"Kesalahan lo itu banyak bapak duda tua. Dan kesalahan terbesar lo itu hinggap di idup gue"

Setelah mengucapkan itu, gojeknya Hazel datang. Hazel pun melaju Bersama gojek dan membelah jalanan kota.

Amar mencerna baik-baik perkataan Hazel. Apa ia harus pergi saja dari hidupnya Hazel? Pada dasarnya rasa itu telah tumbuh entah kapan.

Topi?...

Amar berharab, barang yang tidak berharga baginya saat ini itu, akan jadi berharga suatu saat nanti bagi Hazel di kemudian hari saat ia menyadari sebuah perasaan cinta yang sesungguhnya.

Hazel sampai di cafe dekat kampusnya. Rencananya ia akan bertemu dengan Firda dan Anne.
Saat Firda, Anne dan Hazel sudah berkumpul, Hazel meminjam buku catatan pelajaran tadi pagi.

"Owh ya Zel. Kamu tadi di cariin sama Kanza" ucap Firda.

Hazel mengangkat satu alisnya.

"Acara apaan Kanza nyari gue?" tanya Hazel balik.

"Kamu lupa? Kan kamu satu kelompok sama Kanza, Budi, dkk itu" jelas Firda.

"Anji* gue lupa harusnya pagi tadi kan kelompok gue presentasi" sesal Hazel.

"Hazel.. ngomongnya itu loh jangan kasar-kasar. Cewek tuh harus jaga adab. Kalu kamu ngomong kasar lagi aku pergi aja. Jujur aku gak nyaman. Aku kaya gini tuh demi kebaikanmu juga" tak sengaja Firda berbicara nada tinggi yang seakan-akan seperti membentak.
Anne yang awalnya makan pun sampai keselek.

Firda pun meninggalkan Hazel dan Anne berdua di cafe itu.

"Lo juga mau ninggalin gue Ann?" dengan mata berkaca-kaca Hazel bertanya pada Anne.

Anne masih setia mengunyah kentang gorengnya.

"Kek nya aku sependapat sama Firda Zel. Jujur aku gak masalah sama gaya bicara kamu. Tapi kamu juga harus gaja sikap Zel. Tempatmu dulu itu berbeda dengan sekarang dan kamu harus menyesuaikan juga. Aku sebagai teman wajib ngingetin tapi kalau udah gak bisa di ajak baik ya itu terserah kamu. Aku ingat kata guruku saat masih di pondok dulu yaitu budi pekerti yang jelek itu menular Zel. Wajar jika Firda gak nyaman dengan ungkapan kasarmu. Dia dari kecil tidak diajarkan berkata kasar kepada siapapun. Dan kamu gak bisa menghormatinya dengan tidak berkata kasar"

Belum genap 24 jam Hazel sudah nangis 2 kali. Kenapa disaat ia hendak ingin menyuarakan isi hatinya kepada teman-temannya ia malah ditinggalkan?

"Tuhan! Mengapa kau jauhkan aku dengan mereka? Jujur, lambat laun mereka itu sedikit demi sedikit mampu mengenalkanku kembali kepadamu. Yang awalnya aku enggak sholat lima waktu, kini mulai ku penuhi meskipun waktunya masih belum tepat"

Ia tak menghiraukan pandangan sinis dari banyak orang. Kali ini yang ia ingin hanya menangis. Meluapkan apa yang ia rasakan.

Setelah sedikit tenang Hazel bangkit dari duduknya dan pulang ke rumah.

Ketika ia sudah sampai rumah dan mengunci pintu kamarnya, Hazel kembali menangis meratapi nasibnya.
Hari ini Hazel meninggalkan kuliahnya. Dan sudah hampir 1 jam ia menangis. Seketika muncul ide yang cemerlang di otaknya. Mungkin ini yang terbaik untuk semuanya.
Hazel mengemasi baju-bajunya dan memasukkannya ke koper. Dan ia juga menulis bebrapa lembar surat untuk ditinggalkan kepada neneknya dan temanya yaitu Firda dan Anne.
Siang ini Hazel ikut makan siang bersama Asih dengan keadaan yang pura-pura bahagia supaya neneknya tak curiga.

"Kamu gak kuliah Zel?" tanya Asih.

"Emm.... E-nggak kok nek Cuma tadi pagi aja" sungguh mungkin ini akan jadi kebohongan terakhir untuk Hazel bagi neneknya.

Setelah ini ia akan meninggalkannya dan memperbaiki dirinya.
Hazel kembali ke kamarnya setelah makan siang dan kembali melanjutkan aktifitasnya mempersiapkan barangnya untuk ia pergi ke Jogjakarta.

Yaps... dia ingin pergi Jogja dan meninggalkan kuliahnya di Surabaya.

Jam 11 malam sudah..

Hazel sudah memesan taksi online lewat ponsel canggihnya. Dan ia mengendap-ngendap untuk keluar rumah. Ia berharap semua orang yang di rumah sudah berselang di alam mimpinya masing-masing.

Setelah menunggu sekitar 5 menitan, Hazel masuk mobil yang akan mengantarkannya menuju kota yang istimewa yaitu Yogyakarta.

Sebelum itu Hazel pergi ke kost-an milik Firda dan Anne. Untuk memberikan surat permintaan maafnya.

"Selamat tinggal Surabaya..." Lirihnya...

***

Terimakasih banyak yang sudah mampir membaca dan kasih vote ⭐...

Di tunggu comment nya ya😌..

See you next part.... ❤

Lenteraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang