XXIII. Wretched

270 41 129
                                    

Pembaca yang bijak bakalan tau cara menghargai karya orang.

Yok bisa yok, cuma pencet si Patrick aja kok. Ga bayar 😊

Mungkin inilah waktunya aku harus kembali berkorban untuk kebaikanmu dibalik kekecewaanmu padaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin inilah waktunya aku harus kembali berkorban untuk kebaikanmu dibalik kekecewaanmu padaku.

Dua hari berlalu begitu saja, angin pagi yang berhembus lembut sedikit membuat tubuh Min jae gemetar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dua hari berlalu begitu saja, angin pagi yang berhembus lembut sedikit membuat tubuh Min jae gemetar. Walaupun coat dengan warna beige sudah melekat dengan sempurna membungkus tubuhnya yang berbalut baju turtle neck tebal berwarna hitam.

Di pagi yang dingin ini, mereka harus kembali berkutat dengan serangan rasa kantuk yang masih setia melingkupi mereka, juga angin dingin yang menyeruak bebas ingin masuk lewat sela-sela jendela mobil yang membawa mereka ke tempat tujuan.

Taehyung bilang, bahwa tugasnya harus segera diselesaikan hari ini. Karna perusahaan yang mempekerjakannya sudah harus mengambil alih untuk segera di proses untuk penerbitan iklan produknya. Deadline yang diberikan sudah tinggal menghitung hari, maka dengan itu Taehyung harus segera bergegas.

Menyusahkan memang. Padahal dia bisa saja berleha-leha tanpa memerlukan pekerjaan di hidupnya.

"Jae, tempatku bekerja dekat dengan tempat dimana Jimin bekerja juga" Taehyung sedikit melirik lewat ekor matanya, melihat tanggapan Min jae. Yang nyatanya hanya mengangguk dan diam "kau mau bertemu dengannya? Yunki pasti tidak ada disana, kau bisa menemuinya saat aku menyerahkan beberapa file ke tempat kerjaku"

Min jae melirik bingung, memilih dan memilah mana keputusan yang harus dia pilih. Jika boleh jujur, tentu saja Min jae menginginkan untuk bertemu Jimin. Dia masih menginginkan Jiminnya.

"Tidak usah menjawab, aku sudah tau" Taehyung tersenyum, tatapannya menatap lurus ke arah jalan "aku akan mengantarmu, jangan sungkan. Aku disini memang seseorang yang sudah ditugaskan hanya untuk membuat kalian bersatu. Bukan untuk memilikimu"

Wah, gila memang.

Bagaimana bisa Taehyung berbicara seperti itu. Bukankah itu sama saja dengan dia benar-benar mengibarkan bendera putih sebelum berjuang melawan takdirnya. Atau mungkin hatinya.

DEV[k]ILL [M] ✔️Where stories live. Discover now