14

2.3K 422 34
                                    

Setelah menghabiskan banyak waktu di rumah keluarga Jung, Taeyong diantarkan pulang oleh 3 sekawan. Mereka juga ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. Ada hal yang membuat Taeyong tidak nyaman, tatapan yang diberikan oleh Keluarga Jaehyun terasa sangat janggal, berulang kali Taeyong mencoba menemukan maksud dari tatapan itu tetapi berulang kali juga dirinya tidak menemukan jawaban yang tepat.

Sehari berlalu dan Taeyong sudah bolos kuliah 2 hari, Ten juga sibuk mempersiapkan diri untuk membeli beberapa keperluan Fotografi bersama Johnny; tentunya dengan 4 orang lainnya. Seperti janjinya kepada Ten, Taeyong akan membantu mereka untuk dekat lalu menjauhkan wanita-wanita dari sekitar Johnny. Semua bergantung bagaimana Ten memanfaatkan keadaan yang ada.

"Apa kau mau kuantar sampai ke atas?" Tanya Jaehyun. Mobil yang dikendarai memasuki jalan utama untuk masuk ke komplek apartemen Taeyong. Jalanan sedikit padat karena sudah memasuki Jam pulang kantor, pekerja baik Swasta atau Negeri di kota ini dalam perjalanan kembali ke rumah. Kegiatan ini akan dilakukan mereka para mahasiswa beberapa tahun lagi, kehidupan orang dewasa yang menanti.

Lirikkan ke arah Yuta dan Johnny yang tertidur dengan pulas, mereka mengalami banyak hal. Seharusnya Taeyong sedikit memberikan kesempatan bagi orang-orang ini untuk beristirahat. "Tidak perlu. Lebih baik kalian segera kembali ke apartemen untuk beristirahat." Sebenarnya perasaan Taeyong tidak enak, pelacak yang dipasangnya pada Rose menghilang tanpa jejak. Ini membuatnya semakin khawatir dengan apa yang akan wanita itu lakukan nanti. "...aku juga sangat lelah dan ingin tidur." Lanjutnya dengan senyuman tipis berusaha meyakinkan Jaehyun.

Hal pertama yang harus dilakukan olehnya adalah melacak keberadaan Rosemary lalu memutuskan hal apa yang harus dilakukan untuk membungkam mulut wanita itu. Sebelum itu, Taeyong harus menelepon Ayahnya yang berada di Rusia untuk mengirimkan beberapa bawahan. Sebagai anak tunggal, keinginannya selalu dikabulkan dan apapun itu tidak akan dipertanyakan oleh kedua orangtuanya.

Mobil menepi, Taeyong keluar dari dalam mobil dan menunggu Jaehyun untuk pergi. Tangannya melambai, saat mobil melaju meninggalkannya. Tas yang digunakannya menggantung dilengan dengan isi yang masih lengkap. Tidak ada orang yang mengotak-atik isinya, sangat disayangkan karena Taeyong sudah menyiapkan sesuatu.

Merogoh Ponsel dari dalam tas bersama dengan langkah kaki memasuki Apartemen. Ia langsung mengarah pada lift, telunjuk menekan tombol agar segera terbuka. Tidak butuh waktu yang lama untuk menunggu, langsung saja masuk ke dalam lift dengan tombol yang dituju menyala. Ponsel diletakkan di samping telinga menunggu seseorang yang jauh di sana menjawab panggilannya.

"Hallo papa."

"Ada apa sayangku, apa kau butuh sesuatu?"

Membenarkan posisi tasnya, Taeyong ke luar dari lift saat sampai ke lantai yang diinginkannya. "Ada gadis yang membuatku kesal, bisakah papa mengirimkan beberapa bawahan dari rumah?" Seperti biasanya, sekitaran Apartemennya sepi. Tidak ada yang berkeliaran kesana kemari, sangat jarang melihat mahasiswa di lorong tidak panjang ini.

"Hanya itu? Tidak ada lagi yang kau butuhkan? Apakah pria yang kau sukai sudah kau miliki?"

Segala obsesi Taeyong selalu diketahui oleh Ayahnya, pria itu mengawasi dan mengingatkan agar anaknya tidak melewati batas dalam artian tidak membunuh. Jika hanya sekedar mengancam itu hanyalah masalah sepele saja.

"Iya, itu saja." Taeyong memberi jeda, tangan mendorong pintu apartemen dan masuk ke dalamnya. Jemari menekan saklar dan menyalakan lampu untuk menerangi. "Sedang dalam proses papa, jangan lupa ya kirim bawahannya." Langit sudah berganti warna, hal menarik menunggu saat dia berganti warna. Tidak ada yang bisa menebak apa yang tersembunyi dalam gelap malam, Taeyong mempercayai kegelapan adalah tempat paling menyenangkan untuk mengancam seseorang agar tidak membuat masalah dengannya.

Seducing By Devil | Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang