01

5.7K 762 65
                                    

Tepuk tangan meriah memenuhi auditorium, decakan kagum datang dari setiap mahasiswa-mahasiswi yang hadir dalam acara penghargaan. Hal seperti ini sudah umum terjadi di Kampus. Membuat siapapun yang berdiri disana menjadi sorotan dan orang yang cukup berpengaruh.

Kampus yang kebanyakan menampung anak orang kaya memang seperti ini. Takhta adalah hal yang paling utama setelah harta.

Taeyong tidak mengalihkan tatapannya dari Prince charming incarannya. Kenapa ada pria setampan itu? Lihat senyumnya mampu melemaskan lutut. Ia benci karena tidak bisa menyentuhnya lebih dekat.

Ini bukan dongeng dimana para pangeran selalu bersama tuan putri. Taeyong tidak suka dongeng yang seperti itu. "Ten ayo keluar dari sini Aku sudah sangat muak." Bisiknya. Memperhatikan sekitar, melihat apakah ada pelajar lainnya yang keluar dari ruangan besar ini.

Berteman dengan Taeyong membuat Ten mengerti bagaimana jahat temannya itu ketika menginginkan sesuatu. Dia tidak akan membiarkan seorang pun tenang karena menghalanginya. Pernah Ten berpikir untuk berhenti berteman dengan Taeyong tetapi semua hanya angan saja.

Nyatanya Ten sudah terlalu nyaman dengan si gila ini.

Ia hanya menganggukan kepala, sejak tadi Ten selalu mencuri pandang ke arah Johnny yang tampak tersenyum bahagia bersama Juliette. Iri tentunya mendominasi hingga rasanya Ten ingin menendang Juliette menjauh. Memperhatikan sekitar sebelum mengangkat pantatnya dari kursi.

Keduanya bergerak menuju pintu keluar, meninggalkan ruangan yang sesak dengan pujian.

Seringai terbentuk di ujung bibir Taeyong, matanya menangkap Rosemarry yang keluar mengambil minuman. Ia lalu merabah kantong celananya, seingatnya ia membawa wasabi dari kantin sebelum mengikuti acara tadi.  "Ten kau tunggu disini sebentar Ada urusan penting."

Taeyong mendekati meja tempat Rosemarry menunggu minuman dingin pesanannya. Wanita itu sibuk berbincang dengan temannya. Tidak terlalu memperhatikan keberadaan Taeyong.

Memesan minuman yang sama dengan wanita itu, ia menunggu sebentar. Minumannya datang bersamaan dengan minuman Rosemarry, dengan gerakan cepat menuangkan wasabi ke dalam minumannya lalu menukarkannya dengan milik Rose. "Terima kasih." Ucap taeyong. Langsung saja dia meninggalkan Rose dan minumannya.

Melangkah pelan mendekati Ten yang kebingungan, Taeyong tersenyum lebar. "Ayo pergi, aku malas mendengar teriakan si mawar."

Menggerutu pelan, Ten menyambar Minuman taeyong dan meminumnya. "Seharusnya pesan dua." Sedikit ada kesal karena tadi melihat Juliette yang bermanja dengan Johnny. Wajahnya sok imut membuat Ten muak. Ia akan mengikuti rencana Taeyong tidak peduli jika itu artinya mereka harus membuat sebuah mimpi buruk.

"Yare yare aku lupa." Dalam hati Taeyong mulai menghitung mundur. Mungkin wasabi akan jadi hal yang paling Rosemarry benci setelah ini. Rasanya sangat menyenangkan melihat wanita itu kehilangan wibawa di depan banyak orang.

"Yaaaaaaaaaaaaakkkkkk—"

Sangat merdu, ia terkekeh pelan ketika mendengar teriakan marah rose. Ini baru permulaan seharusnya wanita itu tau.

Ten berusaha melihat asal suara tersebut tetapi Taeyong menariknya untuk pergi. "Bukan hal penting ayo pergi." Mendengar kalimat itu Ten tau, Taeyong yang menjadi dalang dari teriakan marah itu. Gila, dia bergerak tanpa aba-aba dan langsung tepat pada sasarannya.

***

Pertunjukan teater di pusat kota sangat menarik, Taeyong menikmati setiap adegan yang diperankan oleh aktor dan aktris disana. Kali ini dia datang sendirian temannya sedang sibuk siaran radio. Lampu di padamkan dan semua mata tertuju pada adegan di atas panggung.

Seducing By Devil | Jaeyong ✔Where stories live. Discover now