10. Rindu (yang tidak boleh)

76 11 4
                                    

"Bapak sebenarnya mau mempekerjakan saya di sini bukan sebagai ilustrator kan, tapi sebagai pengusir hantu asisten bapak?" oceh Kalla yang berjalan di sebelah Pak Dirga.

Pak Dirga punya kebiasaan baru datang kantor setengah jam lebih pagi menunggu di mobilnya sampai Kalla datang. Lalu, pura-pura baru tiba supaya bisa masuk ke kantor bersama Kalla. Rasanya Pak Dirga baru merasa tenang ketika melihat wajah Kalla sebelum masuk kantor. Memastikan Kalla baik-baik saja. Pernah beberapa kali Kalla telat datang dan Pak Dirga menunggu di dalam ruang kerjanya rasanya tidak nyaman. Setelah itu Pak Dirga memutuskan menunggu Kalla di area parkir dekat pintu masuk di bagian timur gedung.

Di depan ruang kerja, sudah ada beberapa pegawai yang datang lebih pagi. Pak Dirga melirik ke arah Kalla sambil menunggu pintu dengan sensor getaran terbuka otomatis.

"Pak? Kok nggak dijawab?" Kalla mengoceh lagi.

Pak Dirga menggulung koran yang baru diambil dari meja resepsionis dan memukulnya pelan di kepala Kalla.

"Aduh!" Kalla cemberut sambil mengusap kepalanya lalu mendumel tidak jelas sambil berjalan ke meja kerjanya. Lulu cuma tertawa melihat pemandangan Pak Dirga dan Kalla yang lucu bagi Lulu. Semenjak ada Pak Dirga Lulu merasa Kalla jadi lebih ekspresif walaupun lebih banyak dibikin sebal oleh bosnya itu.

Pak Dirga berjalan lebih cepat ke arah ruang kerja khususnyayang masih berada satu area dengan ruang kerja pegawai.

Tapi, tidak bisa dielak Lulu pun merasa sikap Pak Dirga kadang terasa berlebihan. Lulu tahu, Pak Dirga pernah bercerita tentang pertemuannya dengan Kalla saat Kalla masih kecil. Tapi, tetap saja rasanya masih aneh untuk dibuat masuk akal. Apalagi Pak Dirga seolah tidak ingin terlihat perhatian di depan Kalla, padahal Lulu tahu Pak Dirga selalu menunggu Kalla tiba di kantor dan pulang lebih malam memastikan Kalla sudah pulang. Jika sedang tidak di kantor Pak Dirga akan menelepon Resepsionis atau Sekuriti untuk bertanya apakah Kalla masuk kantor, apakah Kalla sudah keluar dari kantor?

Kenapa Pak Dirga sebegitu perhatiannya dengan Kalla, siapa dia sebenarnya? Apa ada hubungannya dengan kehidupan Kalla? Lulu berdiri di depan ruang kerja khusus Pak Dirga. Pak Dirga yang sadar Lulu menatapnya, mengangkat wajah dan balas menatap Lulu dari pintu kacanya. Lulu terkesiap ketika Pak Dirga menatapnya tiba-tiba dan otomatis menghilang.

Lulu tiba di taman halaman depan gedung, Lulu sudah tidak punya jantung yang berdetak tapi entah mengapa seolah sejenak tadi merasakan dirinya berdebar-debar. Lulu memegangi dadanya bingung. Mata Pak Dirga terlalu tajam apalagi kalau bibir kirinya diangat sedikit seolah sedang senyum dengan gaya menyebalkan.

"Ngapain aku kabur ya tadi? Kaget banget!" ucap Lulu lalu duduk di salah satu bangku kayu di taman.

**

Jam makan siang, di kantin kantor. Daru membukakan kaleng minuman bersoda untuk Kalla. Kebiasaan Daru suka membukakan kaleng minum untuk Kalla sejak mereka kecil terbawa sampai hari ini. Kalla kesulitan buka kaleng minuman karena pakai sarung tangan hitamnya.

Kalla terlalu malas membuka sarung tangannya cuma untuk buka kaleng. Biasanya cuma dibuka kalau Kalla mau buang air dan mandi saja, ya tidur juga pakai sarung tangan. Kalla parno tanpa sarung tangannya. Beberapa kali tanpa sarung tangan para makhluk halus semakin agresif di sekitarnya, sedangkan tangan Kalla bisa tanpa sadar menyakiti mereka. Kalla tidak ingin menyakiti mereka yang hanya terlihat olehnya. Kalla percaya, mungkin saja sebenarnya sebagian dari mereka tidak berniat mengganggu melainkan sedang berusaha meminta pertolongan.

"Makasih," kata Kalla mengambil minuman kalengnya.

"Kal, coba deh bergaul sama pegawai lain juga di kantor." ucap Daru sambil menikmati semangkok soto mie dan Kalla memilih mpek-mpek untuk menu makan siangnya.

StalkerWhere stories live. Discover now