3 || 🍛

219 39 2
                                    

Vote dulu yuk! ✨

3. Menjadi Kenyataan

 Menjadi Kenyataan

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Ting!

Ting!

"Assalamualaikum? Ma, Pa?"

Ting!

"Mama? Papa?"

Dua kali sudah Zeta menekan bel di rumah gedong nya tetapi tak ada yang menyahut. Entah pergi kemana para penghuni rumah itu sampai-sampai tidak ada yang membuka pintu untuknya. Pasalnya hanya ada satpam saja di luar, sementara Mama dan Papanya kemana?

Zeta berdesis, "Lah, gue baru inget kalo Mama sama Papa pergi ke Bandung," ucapnya menggaruk kepalanya.

"It's okay, gak papa. Untung gue punya kunci serepnya." Tangannya pun terulur membuka pintu besar itu, dan ia langsung masuk ke dalam.

Dilihatnya memang tidak ada siapa-siapa, Mama Papanya memang doyan jalan berdua sampai gak ingat kalau mereka punya anak gadis yang harus diurusin.

Kriuukk...

"Duh, laper banget lagi nih perut."

Zeta menaruh tote bag berisi buku itu di atas sofa single, kakinya berjalan ke arah dapur. Andai kalian lihat, gerak-geriknya seperti harimau yang sedang mencari mangsa.

"Bi Ayu? Yuhuuuu?!" panggil Zeta dengan nada cerianya.

"Bi Aaayuuu?!" panggil lagi Zeta. Tetapi tetap saja tidak ada sahutan sama sekali.

Plak!

Seketika ia menepuk jidatnya sendiri, lagi, Zeta baru ingat kalau Bi Ayu sedang pulang kampung pagi tadi karena anaknya yang sakit. Well, sekarang Zeta benar-benar kayak anak pungut.

Gak ada yang ngurusin, udah gitu gak ada yang masakin, kayak... udah ngenes tambah ngenes gitu.

Ia menyandarkan tubuhnya pada pantry sembari memegangi perutnya yang lapar, "Sshh... terus gue makan apaan nih? Mana udah laper banget, udah malem juga."

Zeta mulai berpikir, kalau dirinya diam saja pasti akan kelaparan, jadi ia memutuskan untuk pergi mencari makanan di luar yang terdekat dari rumahnya menggunakan mobil.

Pedal gas ia tancap membelah jalanan, matanya menyipit dengan jeli melihat ke kanan dan ke kiri, guna menemukan pedagang kaki lima yang menjual makanan.

Tapi belum ada satu pun yang Zeta temukan, apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Andai saja sore tadi ia tidak mendapatkan banyak tugas dari Pak Jupri yang berkumis lele itu, takkan mungkin ia pulang malam seperti ini bersama teman-temannya.

"Semoga masih ada yang buka," gumamnya.

Setelah beberapa menit mengemudikan mobil yang dilajukan pelan, akhirnya mata yang sedari tadi mengedar ke arah bahu jalan itu menemukan gerobak yang bertuliskan NASI GORENG. Pas banget!

Fried RiceOù les histoires vivent. Découvrez maintenant