Episode 24: Rembulan

421 40 2
                                    

Eshal bergerak gelisah didalam ruang rapat. Tangannya sudah tidak fokus untuk menuliskan hal-hal penting dalam rapat.

Seharusnya pukul 11.00 ia datang ke pentas seni di sekolah Kirana. Namun dirinya kini masih terjebak di ruang rapat sementara jam sudah menunjukkan pukul 10.45 WIB.

Pagi ini pekerjaannya dan juga jadwal Zachery terlampau padat, karenanya sejak tadi ia tidak memiliki kesempatan  izin beberapa saat untuk datang ke sekolah Kirana.

Parahnya lagi ia lupa mengabari Budhe Ana untuk menggantikannya hadir si sekolah Kirana.

Haruskah ia kabur dari ruang rapat? Oh tidak itu sangat buruk. Bisa-bisa ia dipecat seketika.

"Baiklah saya rasa kita sudah sepakat. Untuk penyusunan jadwal saya serahkan kepada kepala departemen desain dan juga kepala departemen produksi. Kita tutup rapat pagi ini."

Pernyataan Zachery barusan mengundang banyak tanya di kepala manusia - manusia yang hadir "Pak Zach, bagaimana dengan penyusunan jadwal?" Tanya Thufail kepala departemen desain, dirinya sempat tidak yakin dengan ucapan atasannya sekaligus karibnya itu.

"Wewenang penjadwalan ada pada departemen yang bersangkutan. Saya permisi" Zachery pamit dari ruang rapat.

Eshal turut menatapnya heran. Zachery adalah tipe bos yang sulit percaya pada siapapun meskipun kepala pemasaran itu karibnya sendiri. Ia selalu memantau semuanya sampai akhir, padahal itu jelas menyusahkannya saja. Tapi kali ini benar-benar hal yang langka. Zachery mempercayakan proyeknya pada bidang yang seharusnya tanpa turut campur berlebihan.

"Eshal, kenapa diem aja? Ayo cepat" panggil Zachery pada Eshal yang masih terdiam.

"Iya Pak"setelah tersadar Eshal segera merapihkan barangnya dan menyusul Zachery.

"Bapak yakin kan sama keputusan Bapak tadi?" Tanya Eshal berjalan disamping Zachery.

"Saya yakin. Apa yang salah?" Respon Zachery santai. Tidak dengan logikanya yang kini juga mempertanyakan tindakannya barusan.

"Enggak salah sih. Cuma biasanya kan bapak tungguin sampai selesai, sampai perfect" celetuk Eshal.

Langkah kaki Zachery terhenti membuat bahunya dengan bahu Eshal sedikit bertubrukan.

Eshal langsung merapatkan mulutnya. Seharusnya ia tak berkata seperti itu. Itu hanya akan mengundang amarah Zachery. Sudah bagus Zachery akhirnya menaruh kepercayaan pada rekan kerjanya.

"Saya percaya sama mereka" balas Zachery sempat terhenti beberapa saat. Mungkin ini juga saatnya dia tidak berjalan sendirian, seperti yang selalu kakeknya nasehatkan.

Eshal dapat bernapas lega, untunglah Zachery tidak memarahinya "satu langkah besar, Bapak sudah bisa percaya. Saya bener - bener apresiasi itu. Satu hal, ketika kita menjumpai ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, bukan berarti salah kita sepenuhnya. Tapi mereka yang tidak mampu untuk dipercaya"

Senyum tipis menghiasi wajah Zachery. Entah kenapa kalimat tersebut membuat hatinya tenang. Tanpa lagi menunggu Zachery melanjutkan langkahnya.

Sementara Eshal mengikutinya sampai ke parkiran, dirinya juga tak mengerti akan kemana sebenarnya pria ini. Jadwalnya sudah kosong setelah rapat tadi.

"Yaampun!" Eshal menepuk kepalanya seketika kembali ingat pentas seni sang adik.

Eshal menginterupsi saat Zachery hendak membuka pintu mobil "Pak... Setelah rapat ini, bapak sudah enggak ada jadwal lagi. Saya, boleh minta izin?"

Zachery melirik Eshal yang menatapnya penuh harap. Dia baru melihat sisi Eshal yang lain yaitu memohon dan pasrah. Gadis itu tak pernah mau kalah darinya.

AFFAIRE D'AMOURDonde viven las historias. Descúbrelo ahora