8. Ketahuan

4 4 0
                                    

Happy Reading

   'Angkasa Raya' terpangpang jelas di atas gerbang yang sudah tertutup dengan rapi. Di depan gerbang keempat gadis yang baru datang  menatap gerbang nanar
Seandainya tadi ban motor Amanda tidak kempes mungkin keempatnya sudah duduk dengan tenang di kelas. Namun apalah daya ini sudah takdir.

Naura terus saja mondar-mandir di depan gerbang, sedangkan ketiga gadis itu memilih untuk duduk di bangku yang di sediakan sekolah sembari menunggu pak satpam membuka gerbang.

Naura berhenti sejenak, sebuah ide melintas di kepalanya. Ia membalik tubuhnya, menatap satu persatu temannya dengan serius.

"Bagaimana kalau kita bolos," ucapnya serius.

"Gue nggak mau," tungkas Tiara.

"Aku juga," sambung Amanda.

"2 in," sambung Syakira.

Naura mendengus kesal, ternyata idenya sungguh tak berhasil.

"Kalian pengen di hukum gitu," ucapnya jutek.

"Nggak," ucap Tiara dan Amanda berbarengan.

"Nggak mau kan, bolos aja," ajak Amanda tenang.

"Emang nggak ada cara lain selain bolos?" Tanya Amanda, ia tak setuju dengan ajakan Naura untuk membolos. Ia takut kalau orang tuanya tau, bisa-bisa uang jajannya di potong gegara bolos. Namun, di sisi lain ia juga nggak mau di hukum di sekolah.

"Ada,nggak," sahut Syakira dan Naura berbarengan.
Tiara dan Amanda menatap Syakira, mencoba untuk bertanya caranya bagaimana agar bisa masuk ke dalam sekolah tapi tidak ketahuan oleh penjaga sekolah dan guru BP.

"Caranya?" tanya Tiara penasaran.

"Manjat tembok belakang sekolah." Mata ketiganya melotot tak percaya dengan ucapan Syakira santai tapi membahayakan.

Syakira menautkan alisnya, bertanya apa mereka setuju dengan ucapannya apa tidak.

Tampak ke tiganya berpikir menimang-nimang usulan Syakira yang lumayan ekstrim di tambah keempatnya kaum hawa.

"Gue setuju, lumayan nambah pengalaman," sahut Naura menyetujui usalan Syakira. Bukan apa, ia hanya ingin menambah pengalaman di masa SMA yang kata orang masa SMA adalah masa yang menyenangkan untuk itu dirinya setuju dari pada nunggu pak satpam membuka pintu yang ujung-ujungnya di hukum juga.

Naura terkekeh geli mengingat masa smpnya selalu saja di hukum karena menunggu pak satpam membuka pintu bersama guru BP.

"Benar kata loe, gue juga setuju dari pada bolos." Tiara membenarkan ucapan Naura.

Tinggal Amanda yang tampak masih berpikir menyetujuinya apa tidak. Baru saja mau berbicara lengannya sudah di tarik oleh Naura dengan cepat ke arah tembok di belakang sekolah.

Sebuah keberuntungan bagi mereka, di dekat tembok ada tangga jadi bisa memudahkan mereka untuk naik dan melompat.

Syakira naik terlebih dahulu di ikut oleh Tiara dan Amanda. Di saat ke tiganya sudah melompat dari tembok yang lumayan tinggi, Amanda malah meneguk ludah melihat kebawah. Pikirannya melayang kemana-kemana memikirkan nasibnya jika mati akibat lompat dari tembok atau kakinya potong.

"Man, cepetan." Naura sedikit berteriak kearah Amnda yang masih setia berdiri di tangga.
Amanda mulai naik ke tembok di iringi dengan jantung  yang berdetak cepat , sebelum turun ia berdoa terlebih dahulu. Dengan sekali hentakkan Amanda melompat dengan mulus.

Keempatnya mulai beranjak sambil menatap sekeliling takut ada penghun sekolah yang memantau keadaan di area belakang sekolah.

Derap langkah kaki terdengar di telinga keempatnya, buru-buru saja keempatnya berjalan cepat. Agar suara derap langkah itu tidak mengetahui keberadaan mereka.

"Tunggu."

'Deg'

Keempatnya terdiam terpaku mendengar suara bas dibelakangnya. Tak ada satupun dari mereka yang menoleh ke belakang, kempatnya meruntuki kebodohannya seharusnya berlari bukan malah berdiam kaku.

Seorang lelaki jangkung, tampan dan gagah yang di ikuti oleh ke dua pengawalnya yang tak kalah gagah menatap keempatnya curiga.

"Kalian lagi apa di belakang sekolah?" tanyanya tegas.

"ouh, kita lagi jalan-jalan," timpal Naura terbata-bata.

"Benarkan."Naura menatap sahabatnya dengan sedikit tersenyum dan melotot.

"Benar, kita lagi jalan-jalan," ucap Amanda yang di angguki oleh Syakira kecuali Tiara yang malah terbengong.

"Apa itu benara, Tiara?"tanya lagi laki-laki itu.

"Bukanlah Kak, kita habis manjat tembok lalu melompat," ucapnya jujur. Ketiga gadis itu memutar matanya, mereka menyesal mengajak Tiara yang lemotnya mulai datang di saat tidak tepat.

"Kenapa kalian manjat tembok?" tanya laki-laki yang tak lain tak bukan Rafa si ketua osis yang mendapat tugas memantau murid-murid yang terlambat atau melanggar peraturan.

"Ini semua ide dari Syakira," ucap Nuara jujur, percuma berbohong juga sudah ketahuan.

Tanpa mereka sadari, Syakira sudah menegang tak kuasa melihat tatapan Arya yang menatapnya tajam, sekan ia anak ayam yang siap di terkam.

Rafa menoleh kearah Syakira yang sudah menormalkan detak jantungnya. Seakan tahu apa arti tatapan Rafa, dirinya menghela nafas terlebih dulu sebelum berbicara.

"Maaf, Syakira dapat ide melompat ini dari novel yang Syaki  baca. Jadi Syaki coba dari pada penasaran," ucapnya dengan mimik muka sendu.

Ke enam insan itu terperangah mendengar gaya bahasa Syakira yang sendu biasanya dingin dan datar. Ada sedikit ketenangan mendengar suara Syakira, tapi itu semua tidak lama. Wajah Syakira kembali datar saat menyadari perkataan dirinya yang terdengar sendu.

Rafa meghela nafas berat.

"Lain kali, jangan di ulangi lagi itu berbahaya,"ucapnya tegas.

"Sebagai hukumannya, kalian rapikan buku di perpustakaan selam satu jam pelajaran," Keempat gadis itu mengangguk setuju.

Dengan langkah cepat keempatnya meninggalkan belakang sekolah.

Arya, Elang dan Rafa melanjutkan jalanya sambil berbincang-bincang kecil.

"Syakira manis ya, kalau bicara sendu kaya tadi," ucap Rafa mengingat suara sendu Syakira.

"Loe suka sama Syakira?" tanya Arya.

"Entahlah nggak tahu."

Sementara di pepustakaan Syakira terus saja-saja bersin-bersin.

"Siapa si yang ngomongin gue," menolognya.

Naura dan Tiara mereka sama sekali tidak marah ke Syakira karena rencananya gagal. Malah sebaliknya mereka berdua menikmati kegagalan dengan suka cita. Bukan apa jika pun mereka lolos yang ada mereka akan rudet dengan pelajaran Bahasa Inggris yang sangat sulit untuk di pahami.

Sedangkan Amanda malah tersenyum sendiri di pojokan Perpus mengingat dirinya bisa bertemu langsung dengan Rafa. Dia berterima kasih kepada ide Syakira yang membawa ke beruntungan.

Syakira tersenyum tipis, ia kira rencana gagalnya akan membuat sahabatnya marah , nyatanya semuanya baik-baik saja. Namun, hatinya merasa tidak tenang dengan kejadian tadi di belakang sekolah. Ia berusaha untuk tenang dan melanjutkan kembali hukumanya.

Vote+coment ya teman-teman
Krisar juga, karna satu krisar sangat berharga buat aku , agar aku tau letak kesalahan ku dimana.
Terima kasih juga sama tema-teman yang udah mau baca cerita aku ini.
By: Nawa, penulis pemula yang masih belajar
IG:@nazilahwati14

Tidak Harus BersamaWhere stories live. Discover now