[9] Dorong mobil

5.8K 453 12
                                    

Setelah diberi izin malam tadi, hari ini Aisyah pergi ke rumah ibunya. Sesampainya di sana, wajahnya mendadak panik saat pintu rumahnya tertutup rapat dengan tulisan yang menempel pada pintu itu.

Rumah ini dijual
Bagi yang minat hubungi 0832791028

Banyak pernyataan dibenaknya. Apa yang terjadi? Kenapa ibunya menjual rumah peninggalan almarhum ayahnya? Lantas ibunya tinggal dimana jika rumah ini di jual? Apa ibunya tidak punya uang sepeser pun hingga menjual rumah peninggalan sang ayah?

Aisyah terus menerka-nerka, hingga akhirnya kenangan dulu seakan terputar kembali. Kenangan saat ia masih SD duduk berdua dengan sang ayah di teras depan rumah sambil menyaksikan bintang ditengah malam.

"Nak, kamu suka gak sama bintang?"

"Enggak, soalnya bintangnya kecil gak kelihatan jelas."

"Terus kamu suka sama apanya dong?"

"Yang aku suka sama ayah yang bersinar melebihi bintang diatas dong, ayah kan pahlawan aku."

"Kalau kamu suka ayah, kamu juga harus suka bintang. Jika suatu saat nanti ayah meninggal, kamu harus tetap melihat bintang-bintang itu. Karena ayah ada di antara mereka."

"Gitu ya? Harus banget gitu?"

"Iya dong."

"Ya udah aku bakal lihat bintang. Tapi lihatnya mau bareng ayah aja, kalau gak ada ayah gak asik dong lihatinnya."

"Hei, Aisyah!" Jerit seorang perempuan yang membuyarkan lamunan Aisyah.

"Hah? Siapa ya?" tanya Aisyah bingung.

"Ya ampun, lo lupa sama gue? Sumpah parah ya lu?!" Cewek itu menatap Aisyah kesal.

"Emang kamu siapa?" tanya Aisyah lagi.

"Gue sahabat lo waktu kecil, gue Safira yang pernah tinggal di daerah ini dan pindah gara-gara bokap gue pindah kerja."

"Oh, Safira. Aduh gue hampir lupa, habisnya wajah lo sama yang dulu beda banget. Dulu wajah lo itu banyak ingusnya, sampe baju yang lo pake aja basah bau ingus! Eh, sekarang udah glowing simering kinclong kek lantai baru dipel."

"Eh, shut! Jangan buka kartu gue, malu tahu."

"Eh, Fir. Emang lo udah pindah lagi ke rumah dulu?"

"Iya, kemana aja lu baru tahu?"

"Gue kerja."

"Dimana? Berarti lo gak lanjut kuliah dong?"

"Iya, gue kerja di keluarga Pak Brama. Naasnya gue di sana kerja ngurus tiga cowok yang umurnya lebih tua dari gue tahu."

"Nah, emang kenapa? Jangan bilang lo ngurus kakek-kakek di panti jompo?"

"Enak aja, enggak juga kali. Maksudnya lebih tua itu dalam artian umurnya lebih tua dari gue. Bukan gue ngurus kakek-kakek."

"Oh, eh Syah. Ngomong-ngomong ibu lo kemana kok kemarin kayak pindah gitu, pada akut barang-barang?"

3 Big BabyМесто, где живут истории. Откройте их для себя