003

14 1 0
                                    

Setelah absensi dan pemotretan selesai, kami diminta untuk berdoa agar diberi keselamatan selama perjalanan. Setelah selesai masing-masing disuruh untuk berhitung dari 1-3 begitulah siklusnya sampai selesai. Yang kebagian nomor 1, ditempatkan di mobil pertama, begitu juga untuk nomor 2 dan 3.

Kebetulan saya naik ke mobil urutan dua, teman-teman satu mobil denganku ada Ningsih, Chika, Eci, Gita, Ima, Sasa dan Corawati. Semuanya sudah masuk ke dalam mobil, masih sedikit canggung, namun jika ada yang perlu dipertanyakan maka salah satu akan bersuara, selebihnya diam membisu.

***
Waktu keberangkatan tiba, mobil 1 sudah berjalan, diikuti mobil 2 dan 3 dan teman-teman lain yang membawa motor, serta diikuti dengan mobil tim DPL paling belakang.

Di dalam mobil suasananya lama kelamaan sudah mulai sedikit berbeda, sudah mulai mengakrabkan diri satu sama lain, bercengkrama, bercanda gurau, dan saling memberikan makanan.

Belum 2 jam mobil berjalan, satu persatu orang dalam mobil sudah mulai tidur, termasuk saya. Oh iya, untuk supir mobil ke 2 lajunya luar biasa, tidur tidak bisa tenang. Masing-masing dari kami sesekali kaget karena ada-ada saja kejadian, masuk lubang lah, rem kaget lah, dan lain-lain. Ingin marah tapi ya mau gimana.

Tidak dihitung sudah berapa jam kami dalam perjalanan, tibalah saatnya kami untuk makan di salah satu rumah makan.

***
Di sela-sela kami menikmati makanan, ternyata ada tim KKN di desa lain juga mampir untuk makan di tempat yang sama. Setelah itu, saat semuanya sudah selesai dan istirahat sejenak, perjalanan dimulai kembali. Semua sudah masuk ke dalam mobil masing-masing dan mengatur posisi seperti awal keberangkatan.

Tidak banyak bercerita, kami memilih untuk tidur....

Sampai akhirnya selama kurang lebih 8 jam dalam perjalanan, tibalah kami di desa tempat kami untuk mengabdi.

Sempat bingung dengan suasananya, katanya desa atas air, tapi desanya tidak kelihatan. Sempat bertanya, yang lain pun bingung. Ternyata perjalanan tidak sampai disitu saja, itu hanya tempat parkir untuk kendaraan.

Kami diarahkan untuk berjalan melewati jembatan yang tidak begitu besar, tidak juga kecil. Masing-masing sibuk membawa barang, ada yang menyewa orang untuk membawakan barang, adapula adik-adik yang punya niat baik untuk membantu secara cuma-cuma.

Melihat begitu banyak orang melintasi jembatan tersebut, saya dan teman satu mobil memilih untuk menunggu agar tidak berdesakan. Sembari menunggu, petikan gitar sesekali kumainkan agar sedikit menghilangkan lelah yang didapat selama perjalanan.

Sepertinya, inilah saatnya kami untuk bergegas menuju Desa di atas air tersebut. Kami sibuk membawa barang berharap diujung pelataran (namanya) sudah memasuki desa tersebut. Ternyata... Dugaan kami salah lagi, untuk sampai ke Desa tersebut kami harus menaiki perahu untuk sampai ke sana.

Lagi-lagi barang...
Semua sibuk untuk memberikan barangnya agar di atur di atas perahu. Setelah semuanya sudah siap, barulah kami menaiki perahu.

Sempat parno, karena seumur hidup, itulah kali pertama saya naik perahu. Berusaha tenang, namun sedikit khawatir jatuh. Namun Alhamdulillah aman.

Ketika semuanya sudah siap, perahu mulai bergerak, sedikit goyang awalnya, lalu ada beberapa dari kami yang berteriak, saya cuman bisa diam, dan memegang erat tangan Erna.

Inilah beberapa potret Desa tersebut

Inilah beberapa potret Desa tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KISAH KKN DESA TOROSIAJEWhere stories live. Discover now