1. Gombalan Maut

35 5 0
                                    

Suasana kelas XI MIPA 3 saat ini cukup tenang. Guru mata pelajaran biologi di depan sedang menerangkan pelajaran dengan khidmat, hingga sebuah ketukan pintu membuat fokus seisi kelas teralih.

Di ambang pintu terlihat jelas, seorang guru laki-laki tengah berdiri bersama seorang siswa. Hal itu mengundang gegap-gempita cuitan dari para siswa/i, terutama para anak murid perempuan. Termasuk Resi.

"Wih gila, cakep bener!" gumam Resi dengan pupil mata yang melebar.

"Permisi, Bu. Saya mengantar siswa baru pindahan dari bogor," kata Pak Gana, sang wali kelas XI MIPA 3.

Guru biologi yang dipanggil Bu Jiah itu tersenyum ramah, sambil melirik ke arah siswa tersebut.

"Baik pak," ujar Bu Jiah ramah. Pak Gana mengangguk dengan senyuman. Ia menepuk bahu anak itu sekilas sambil tersenyum penuh persahabatan.

"Saya permisi, Bu," katanya undur diri.

Anak laki-laki berpostur tinggi itu melangkah masuk ke dalam kelas. Ia mendekat pada Bu Jiah.

"Silakan perkenalkan diri kamu," tutur Bu Jiah.

Mata gadis cantik bernama Resi itu tak pernah lepas dari wajah si murid baru. Dia memang sangat menganggumi cowok ganteng alias cogan. Katanya mubajir kalau tidak dilihat.

"Baik," cowok itu menganggukkan kepalanya dengan sopan, "perkenalkan nama saya Juandra Malven Aldhira. Biasa dipanggil Juan dan pindahan dari SMA Tirta Bogor. Sekian dari saya, terima kasih," tutur murid baru bernama Juan itu, diakhiri dengan senyum singkat.

"Oooh, namanya Juan!" serempak seluruh murid perempuan membeo.

Udah ganteng, sopan lagi! batin Resi memuji. Dia sampai tak sadar jika pulpen yang ada di tangannya sudah digigit cukup keras.

"Biasa aja kali liatinnya. Dia orang bukan pisang!" seru Vano.

"Yeuuu, iri bilang bos!" balas Raya menyahut.

"Dikata kita monkey kali ah," seru siswi lain menatap Vano berjamaah.

Keadaan kelas yang mulai ricuh membuat Bu Jiah lumayan pusing, ia sampai memukul-mukul meja agar kembali tenang. "Sudah-sudah, kok ini malah pada ribut lagi sih!" ujarnya kemudian beralih menatap Juan. "Juan sekarang kamu bisa duduk di bangku yang kosong."

"Yah, kok nggak ada sesi tanya jawabnya dulu, Bu?" protes Resi mencebikkan bibirnya.

"Iya, Bu. Masa nggak ada?" tambah yang lain.

Bu Jiah hanya mampu menghela napas sabar.

"Ini bukan acara seminar. Kalau ingin tanya-tanya pas waktu istirahat aja ya," jawab Bu Jiah dengan suara dibuat-buat lembut padahal hatinya cukup dongkol.

Kenyataan itu membuat semua siswi serentak membuang napas kecewa, dan tugas Juan berusaha melerai suasana yang mulai tak kondusif lagi. Ia berdehem sambil melirik Bu Jiah. "Maaf, Bu. Bisa saya duduk sekarang?"

"Oh iya, silakan Juan. Duduk sama Resi, ya."

Seketika mata gadis bernama Resi itu langsung membulat penuh ingar-bingar seperti baru dapat giveaway. "S-sama Resi, Bu?"

"Ya, iyalah sama siapa lagi? Masa sama Ibu."

"Huwaaaa makasih, Bu!" histeris Resi sambil menyengir lebar.

Entah kenapa Juan malah terkekeh pelan melihat kelakuan gadis itu. Bukankah seharusnya ia merasa ilfeel?

*****

Resi tidak pernah menyangka bisa duduk dengan salah satu spesies cogan di dunia, yaitu Juan. Senang? Jelas, bangga? Tentu saja, dan kalau bisa ia ingin menyombongkan diri pada dunia. Kalau ini loh, Resi bisa duduk sama Juan. Ah, Juan!

LOVE STORYWhere stories live. Discover now