part 6

8.2K 442 5
                                    

*****

Loui, Fazio dan Adam, ketiganya tengah duduk melingkar di sebuah meja untuk menikmati hidangan makan siang masih di atas kapal pesiar yang tengah dalam perjalanan pulang. Fazio menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam bertuliskan VIP di dalam logonya ke hadapan Adam, Adam dan Loui menghentikan aktivitas makannya serentak menatap benda tersebut.

"Karena saya melarang Loui bekerja, jadi anggap saja ini sebagai ganti Loui memenuhi kewajibannya sebagai putri Anda" ucap Fazio.

Adam tersenyum tipis seraya menghela nafas panjang lalu mendorong kembali benda tersebut menggunakan ketiga jarinya,
"Saya tidak pernah bermimpi putri saya menjadi tulang punggung keluarga, saya lebih mengharapkan Loui bebas melakukan apa saja yang dia inginkan, apa yang akan membuatnya bahagia" tutur Adam dengan ketulusan seorang Ayah.

Fazio tersenyum miring lalu menyandarkan punggungnya di kursi,
"Anda tahu jika mulai saat ini kebebasan tidak akan ada lagi dalam hidupnya, Loui milik saya sepenuhnya mulai sekarang," putusnya mutlak layaknya seorang yang tak memiliki hati.

"Yah saya tahu. Simpan saja kembali benda tersebut, saya titipkan putri saya dan tolong jaga dia baik-baik, hanya itu permintaan saya" Adam bangkit dari duduknya, tidak lupa mengecup kening Loui yang hanya terdiam mendengar obrolan kedua pria di hadapannya,
"Ayah ke belakang duluan Sayang"
ucapnya seraya mencengkeram pelan pundak Loui untuk menguatkannya, Loui mengangguk samar dan menatap hampa kepergian ayahnya yang terlihat sedih.

Fazio terlihat mengeratkan genggamannya pada sendok dan garpu di tangannya dengan rahang masih mengeras, Loui memperhatikan reaksi Fazio seraya mengarahkan kembali sendoknya pada mangkuk,
"Anda tidak akan membunuh ayah saya, karena dia menolak pemberian Anda kan?" dengan santai, lebih tepatnya Loui berusaha santai dengan melahap es krim vanila di mangkuknya, dengan sendokan yang lumayan besar hingga memenuhi mulutnya.

"Apa Kau selalu memakan es krim dengan cara seperti itu?" Fazio malah bertanya dibandingkan menjawab pertanyaan Loui.

"Yah. Ketika aku memasukkan satu sendok besar es krim ke dalam mulutku, seketika otakku terasa membeku, dan itu hal yang sangat menyenangkan"

"Kau sangat aneh"

"Hidup yang akan ku jalani mulai sekarang akan lebih aneh bukan?"
Loui kembali melahap es krim tersebut tanpa sungkan, Fazio hanya berdecih samar namun tetap memperhatikan aktivitas istrinya itu seperti sebuah tontonan yang menarik yang tentu saja belum pernah dia lihat sebelumnya.

*****

Dalam perjalanan pulang menuju kediaman Fazio, keduanya hanya terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing, mata Loui masih terlihat sembab akibat tangis perpisahan bersama Ayah tercintanya yang mungkin akan sulit ia temui mulai dari sekarang.

"Sam, turunkan saya di Hotel biasa, setelah itu Kau antar Loui ke Mansion" suara Fazio memecah keheningan, Loui hanya menghela nafas berat, kabar buruk tentunya ia akan memasuki kediaman Fazio sendirian tanpa ada satupun yang ia kenal.

Loui akhirnya tiba di istana ketua mafia yang tak lain adalah suaminya sekarang. Begitu banyak pria pria berpakaian serba hitam berjaga di seluruh penjuru Mansion megah itu.
Loui bergidik ngeri akan apa yang akan selanjutnya terjadi padanya,
Loui berjalan dengan langkah gamang memasuki pintu utama melewati beberapa pria yang begitu kaku layaknya patung.

"Selamat datang Nyonya, silahkan masuk biar saya tunjukkan kamar Anda" seorang pelayan pria yang sudah terlihat lansia dengan rambut klimis dan kumis tipisnya menunduk memberi hormat, jelas saja membuat Loui mundur selangkah merasa tidak nyaman.

DAMN! I love you loui. (THE END) ✓Where stories live. Discover now