25.

740 109 8
                                    

Masih ingat dengan undangan acara dimana Yeji dan Jeno sepakat untuk datang bersama? Hari ini adalah hari pelaksanaannya.

Gadis bermata kucing itu berusaha mentralkang jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat kala berhadapan dengan pemuda tampan berstatus pacarnya itu.

"Kamu cantik," Jeno menyelipkan rambut Yeji ke belakang telinga, hendak menikmati wajah sang puan secara penuh tanpa mau terganggu.

"Ihh," tangan kecil sang gadis memukul dada Jeno salah tingkah.

"Jangan nunduk dong, khusus hari ini aku ga masalah berbagi kecantikan kamu ke orang lain. Biar semua orang tau kalo gadis cantik ini udah ada yang punya," ucapan Jeno berhasil membuat wajah Yeji semakin memerah.

"Udah Jen, kasian anak mama bisa berubah jadi kepiting rebus nanti," Seulgi yang melihat interaksi dua muda-mudi tersebut terkekeh geli.

"Mama jangan ikut-ikutan dongg," Yeji merengek.

Ruang keluarga itu berakhir di isi dengan tawa puas setelah menggoda Yeji. Jeno dengan senyumannya mengelus surai sang gadis pelan membantunya menetralkan rasa malu.

"Ya udah gih kalian berangkat," Seulgi mendorong dua sejoli itu keluar rumah.

Mama dengan jiwa muda itu mengedipkan matanya pada Yeji, membuat sang gadis ingin mengubur diri saking malunya, "Jagain anak mama ya Jen."

Hubungan Yeji dan Jeno memang sedekat itu dengan keluarga. Mereka berdua tipe orang dengan gaya pacaran meminta restu orang tua, ya ngga ada salahnya kan ngenalin ke orang tua kita pacar sendiri?

"Ayo sayang berangkat," ucapan Jeno berhasil mengundang cubitan pada bagian pinggangnya.

Sekarang mari bahas tentang acara undangan yang akan mereka hadiri. Yeji dan Jeno datang ke acara perkumpulan sendok perak, ga semewah acara yang di datangi Chenle-Yiren-Shuhua kemarin tapi ya pasti samai ramai dan berkelasnya.

Dulu Jeno harus selalu datang sendiri, karena Xiyeon merupakan sendok emas. Sekarang sudah tidak terhalang kasta dalam bahasa kasarnya, Jeno nampak lebih tenang.

"Temen kamu ada yang dateng?" Jeno berjalan bersisian dengan Yeji.

Mereka telah sampai.

"Ada banyak, nanti aku kenalin ke kamu," Yeji tersenyum lucu.

Saat masuk, hiasan elegan namun terkesan mewah langsung menyapa mereka. Orang-orang tersebar ramai saling berbincang sekedar basa-basi sampai membicarakan bisnis.

"Jeno?" suara familiar menyapa indra pendengaran Jeno membuat pemuda itu mematung sesaat.

"Siapa ya?" Yeji bersuara melihat gadis di depannya.

Entah kenapa tapi alarm dalam diri Yeji merasakan sesuatu yang mengancam dan harus hati-hati. Gadis itu mengeratkan kaitan tangannya pada tangan kekar Jeno.

"Oh iya kenalin gue Xiyeon," Xiyeon mengulurkan tangannya yang dibalas sapaan hangat Yeji.

"Lo ngapain ke sini?" Jeno akhirnya bersuara.

"Tadi-"

"Yeon! Eh ada siapa ni," seorang pemuda menghampiri mereka.

"Gue di ajak Jongho," Xiyeon bersuara pelan.

Yeji tau siapa Jongho. Pengusaha muda sekaligus pewaris tunggal KC group, perusahaan besar bidang manufaktur.

"Sorry Jen, tapi lo bisa percayain Xiyeon sepenuhnya ke gue ko," Jongho berucap seraya merangkul Xiyeon.

"Gapapa, Jeno juga udah bahagia sama gue ko, bentar lagi tunangan jangan lupa dateng ya. Kalau udah ga ada yang mau dibicarain kita udah di tunggu yang lain, jadi kita duluan," Yeji tersenyum seraya berjalan sedikit menarik Jeno.

Zero LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang