12.

955 120 19
                                    

Hyunjin bersenandung kecil kala melangkahkan kaki sepanjang taman. Sekolah sudah libur, semester satu telah usai. Cepat sekali? Memang, bahkan Hyunjin belum melakukan hal berarti yang berkesan di masa SMA-nya dan tiga hari lagi sudah akan masuk semester kedua.

"Udah lama nunggu?" Hyunjin berkata pada gadis yang membuatnya datang ke sini.

"Ya lumayan lah, ini lumut udah pada numbuh di badan gue," gadis itu menjawab dengan jengkel.

"Hahaha lah itu mah lo aja yang ga mandi makannya lumutan," Hyunjin menjawab.

"Dih ga nyambung anjim," gadis itu memutar bola mata malas.

Hening tiba-tiba mengisi atmosfer. Mungkin pertemuan pertama setelah satu bulan ini, berhasil membuat mereka bungkam karena canggung.

"Jadi kenapa lo ngajak gue ketemuan," sang gdis akhirnya menjadi yang pertama membuka percakapan.

"Jin, lo bakal lanjut SMA dimana?" Hyunjin menatap gadis di sampingnya.

"Nyokap maunya di SMANSA kalo bokap si bebas gue dimana aja. Mau gue tiba-tiba daftar pesantren kayaknya doi bakal sujud syukur hehe," Jin atau Ryujin terkekeh.

"SMANSA ajalah biar bareng gue," Hyunjin mengacak gemas rambut Ryujin.

Tidak sadar bahwa tangannya memberikan damage yang besar pada keadaan hati Ryujin.

"Ya nanti di pikirkan lagi ya. Ga kayak gue pinter banget juga si sampe bisa masuk SMANSA," ucap Ryujin seraya bersandar pada bangku taman.

"Yaila masuk sekolah tuh ga cuma satu jalur, ada jalur hoki sama jalur prestasi," Hyunjin mencibir.

"Lo jalur hoki ya?" Ryujin mengejek Hyunjin dengan lirikan matanya.

"Enak aja, gini-gini gue pemain basket kebanggaan SMANSA nihh," Hyunjin menepuk-nepuk dadanya bangga.

Ryujin hanya mendengus geli mendengarnya. Ia tahu Hyunjin masuk lewat japres kejuaraan nasional, tapi apa dia punya prestasi yang bisa di pergunakan? Kalau berangkat terlambat bisa jadi prestasi mungkin Ryujin bisa langsung masuk Harvard saking seringnya.

"Gatau lah pusing, pasti lo ngajak ketemuan bukan buat ngomongin ini kan," Ryujin menatap Hyunjin tepat di manik mata.

"Lo masih suka sama gue?" Hyunjin bertanya to the point.

"Ya nggalah pede banget lo, cerita lama gue pas SD masih aja di ungkit," Ryujin memutar bola matanya malas.

Memang sering kan beda di mulut beda pula di hati.

"Hahaha ya bagus deh, gue jadi ga perlu ngerasa ada hati yang harus di jaga," Hyunjin kembali mengusak rambut Ryujin.

"Apa, pasti lo ngungkit-ngungkit mau cerita sesuatu kan?" susah memang jika sudah terlalu hafal tabiat orang lain, pekanya kebangetan.

"Ada cewe di angkatan gue, mau gue deketin tapi temen gue juga suka sama ni cewe," Hyunjin memulai ceritanya.

"Ya jangan di tikung lah," Ryujin memotong.

"Jangan di potong anjim. Gue pengennya saingan sehat si, tapi gatau juga gue ke cewe ini suka beneran apa cuma tertarik buat kenal sama dia aja," Hyunjin melanjutkan.

"Jin, yang harus lo inget tuh satu, mantepin hati lo dulu sebelum deketin cewe. Jangan sampe lo udah dapet tapi ngerasa ga cocok terus di buang gitu aja," Ryujin berucap dengan bersedekap.

"Nah karena gue ingin menghindari itu makannya gue minta saran ke lo," Hyunjin kembali berucap.

"Yauda ini gue tanya lo jawab ya?" ucap Ryujin.

Zero LineWhere stories live. Discover now