1- Sahabat

27 9 4
                                    

"Rasa insecure terkadang datang dari ucapan, maka berhati-hatilah dalam berucap, karena akan membuat orang lain kehilangan rasa percaya dirinya."

- Pasha Clarisa -

***

Aku sedang berjalan di koridor sekolah, hari ini aku menggerai rambutku, disebelah kiri kepalaku aku menempelkan sebuah jepit rambut berbentuk pita, terlihat simpel tetapi aku suka. Suasana di koridor ini lumayan ramai, ada siswa yang sedang mengobrol dengan teman-temannya, dan juga ada yang sebatas lewat sepertiku untuk menuju kelas.

"Gila. Tinggi banget."

"Sebenarnya dia cewek atau cowok sih?"

"Makin tinggi aja dia."

"Waktu kecil kayannya sering dikasih makan tiang listrik sama Mamanya, makannya tinggi kaya gitu."

"Pacar kamu tuh," kata seorang murid laki-laki pada temannya.

"Najis. Bisa potong kepalaku kalau punya pacar seperti itu."

Setelah itu kedua murid laki-laki itu pun tertawa terbahak.

Kira-kira seperti itulah ucapan-ucapan yang mampu ku dengar, aku sedang tidak menjadi sorotan, hanya saja ada beberapa siswa yang tak sengaja melihat ke arahku dan berkata seperti itu. Bagaimana aku tidak merasa insecure kalau setiap hari saja aku selalu berada dalam situasi seperti ini?

Sebenarnya aku orang yang percaya diri, asalkan tidak ada omongan-omongan yang menyakitkan seperti itu. Karena, datangnya rasa insecure itu dari mulut-mulut jahat orang. Percayalah, tanpa kalian berbicara semenyakitkan itu, aku sudah mengetahui kondisi fisikku saat ini.

"Hallo, Pasha," sapa seorang gadis yang tak lain bernama Belsa. Dia itu teman sekelasku, sekaligus salah satu sahabatku.

Belsa ini anak yang rajin, jago matematika, cantik, kalem, dan tinggi tubuhnya itu pas.

"Eh, kamu, Bel."

"Kamu kenapa jalannya cepat sekali? Padahalkan ini masih pagi loh."

"Em--- gapapa kok. Cuma pengen buru-buru nyampe ke kelas aja," elakku. Padahal sebenarnya aku sudah tidak kuat berada di posisi seperti ini, saat mendengar omongan-omongan orang yang menghinaku. Rasanya begitu sakit.

"Kamu sudah mengerjakan pr prakarya belum?" tanya Belsa.

"Sudah kok."

"Bagus. Nanti kalau Tisha niron, jangan dipinjemin," titah Belsa.

Pasha mengangguk sekenanya.

Pasha dan Belsa sudah sampai di kelas mereka, kelas 11 MIPA 4. Ternyata baru dua sahabat mereka yang sudah datang. Yaitu Fawaz dan Tisha. Dan ada juga beberapa murid lain yang sudah tiba.

"Assalamualaikum," salam Pasha dan Belsa kompak.

"Wa'alaikum salam," jawab mereka berbarengan.

"Fawaz. Ayo dong izinin aku liat pr prakarya kamu, yah yah yah?" bujuk Tisha pada Fawaz.

Fawaz dan Tisha ini sahabatan sejak kecil, bahkan dari SD sampai SMA pun selalu berada di dalam kelas yang sama. Bagi Tisha, itu adalah sebuah anugerah, namun kalau bagi Fawaz itu adalah sebuah bencana.

Tisha ini jarang sekali mengerjakan pr sehingga selalu merepotkan Fawaz, atau tidak teman yang lain. Tisha ini merupakan keponakan dari Pak Jay, guru olahraga tertampan di Tamani. Tisha dan Fawaz memiliki kesukaan yang sama, yaitu sama-sama menyukai anime.

Langkah Per LangkahWhere stories live. Discover now