01 : arguments

657 84 42
                                    

ㅡㅡㅡ

"Juwu kamu berangkat sekolahnya bareng Marki, yaa?"

Laki-laki yang terpanggil itu baru menuruni tangga, sedang mengenakan dasi sekolahnya dengan asal-asalan.

"Kenapa? Dia gabisa berangkat sendiri?"

Jungwoo dapat mendengar ibunya berdecak kesal. "Kan kamu temennya, Juwu... orang rumah kita aja sebelah-sebelahan. Ayolah, mau ya?"

"Mah, Jungwoo nggak gay, loh."

Ibunya mengerutkan alis, "Yang bilang kamu gay siapa emangnya? Jangan ngacoㅡ jangan aneh-aneh sama Mark loh????"

Jungwoo masih memasang wajah datarnya, "Jadi kenapa Mama dari kemaren maksa Jungwoo deket-deket sama tu orang?"

"Aduh, kamu ini.. Udahlah sana berangkat sekolah. Jangan bolos loh, ntar Mama tanya wali kelas kamu."

Jungwoo hanya berdeham mengerti, langsung keluar dari rumah tanpa berpamitan. Sementara ibunya hanya menggelengkan kepalanya pasrah memiliki anak yang tidak tahu untung ini.

Jungwoo mengambil sepatu sekolahnya dari rak sepatu kemudian duduk di teras untuk mengenakannya.

"Juwuu?"

Jungwoo mendongakkan kepalanya dan melihat Mark dengan tas sekolahnya di punggung, laki-laki itu mengintipnya dari sela-sela pagar.

"Masuk aja, nggak dikunci itu."

Mark mengangguk kecil kemudian membuka pintu pagar rumah Jungwoo agar bisa masuk.

Ia berlari kecil kemudian langsung duduk di sebelah Jungwoo.

"Mama lo juga suruh kita berangkat bareng?"

"Hooh, lo udah sarapan?"

Jungwoo menggeleng kecil, kemudian bangkit berdiri sudah selesai mengikat tali sepatunya. "Kok gitu? S-sarapan dulu.."

"Gak laper."

Mark langsung terdiam lagi. Ia hampir lupa bahwa laki-laki itu keras kepalanya minta ampun.

Jungwoo melangkahkan kakinya, keluar dari area rumahnya, membuat Mark hanya mengekorinya.

"Mark lo lambat banget jalannya,"

"Uh- iya maaf," Mark mencoba untuk mempercepat temponya agar dapat berdiri bersampingan dengan Jungwoo.

"Kita ke sekolahnya jalan kaki?"

Jungwoo mengangguk. "Iya, biasa di Kanada lo naik mobil? We don't do that here, Baby. Sorry."

Mark merasa tersinggung namun apa yang bisa ia lakukan selain terdiam. "Tas lo gak dibawa?" Laki-laki itu setengah mati ingin mencari topik percakapan agar tidak canggung lagi dengan seorang Kim Jungwoo.

"Nggak. Ngapain?"

"Kita kan mau sekolah??"

"Gue mau bolos??"

Jungwoo yang akhirnya sadar ia sudah berlaku agak dingin pada Mark akhirnya menghela napas. "Maaf."

"H-ha kenapa?"

"Gatau," Jungwoo mengedikkan bahunya. Mark menggelengkan kepalanya lelah, kemudian tangannya menggenggam tangan Jungwoo yang menggantung kosong. Entah darimana ia mendapat keberanian itu, hanya ingin, mungkin?

Jungwoo merasakan tangannya tergenggam dan refleks menoleh ke Mark, mengerutkan alisnya. "Lo punya pacar."

"We've kissed. Does it even matter now?"

NEIGHBOUR. MARKWOOWhere stories live. Discover now