02 : forgiven

557 72 69
                                    


Sepulang sekolah, Jungwoo berpisah dengan Mark di jalan, laki-laki itu berkata ia harus pergi berurusan dengan sesuatu.

Tidak banyak, Jungwoo hanya pergi ke garasi favoritnya, dimana kawan-kawan yang lima sampai tujuh tahun lebih tua darinya.

Krikk!

Decitan suara pagar tua yang dibuka oleh Jungwoo mengundang perhatian orang-orang dalam garasi. "Jungwoo,"

Jungwoo melangkah lunglai ke dalam garasi kumuh tersebut, tersenyum tipis ke arah orang-orang itu. "Hai Jae, Doy."

Laki-laki bernama Jaehyun itu tersenyum pada Jungwoo, di tangannya ada pisau yang sedang ia asah. "Kasus baru?"

"Iya, nanti malem. Kurir narkoba dari Kanada, dia baru pindah, umur 57 tahun."

Jungwoo mengangguk pelan, belum curiga akan apapun. "Mau dibunuh? Apa ditahan?"

"Ngapain ditahan? Pasti dihabisin lah," jawab Jaehyun menggores leher Jungwoo sedikit dengan pisaunya yang sudah selesai diasah.

"Bisa berhenti gak? Kulit gue gak mulus lagi gara-gara lo, anjing," desis Jungwoo menepis pisau tersebut, luka goresan membekas di lehernya.

Ia tahu Jaehyun hanya bercanda, tidak jarang ia melakukan ini sampai ia terbiasa dengan kelakuannya.

Jaehyun dan satu laki-laki lagi bernama Doyoung itu tertawa kecil. Hitmans, atau biasa dikenal sebagai pembunuh bayaran, adalah tugas kedua lelaki berumur dua puluhan itu.

"Namanya siapa kalau boleh tau? Orang Kanada itu," tanya Jungwoo iseng, duduk di kursi kayu dekatnya.

Doyoung mengambil kertas-kertas berisi coretan tidak jelas dan mengerucutkan bibirnya tipis, "Matthew Lee? Iya harusnya yang ini, bener kan Jae?"

Jaehyun mengambil secarik kertas bekas tersebut dan mengangguk setuju. "Iya yang ini, ntar malem dia ada janjian sama rekannya di klub. Strip club sih, pasti seru."

Jungwoo mengerutkan alisnya ikut penasaran. "Gue boleh ikut?"

"Bocah gaboleh ikut. Mending lo balik belajar, Ju, mau olimpiade bentar lagi kan?"

Jaehyun mengisi pistol-pistolnya dengan peluru, kemudian merapikannya bergantung di dinding. "Hmm, gue ga terlalu peduli sih. So, Matthew Lee? Menarik."

Doyoung menyahutnya berkata iya, terlalu sibuk dengan tugas-tugas gelapnya.

"Pulang, Ju. Belajar yang bener, jangan jadi kayak kita."

Jungwoo melepaskan tawa kecil, "Tapi gue pengen jadi kayak lo, gimana dong?"

Jaehyun berdecak kecil tidak acuh dengan jawaban Jungwoo, menariknya tubuhnya sedikit mendekat. "Cium dulu, gue kangen."

Laki-laki itu menampar Jaehyun keras tanpa ampun, "Fuck off, gue punya pacar. Gue 17 taun ini lo gabisa seenaknya minta capcipcup, dasar pedo."

Jaehyun mengacak-acak rambut sang anak muda itu sambil tertawa.

"Kim Jungwoo? Pacar? Gak salah denger tuh?"

Yuta, salah satu anggotanya juga, tiba-tiba menyahut sambil tertawa ngakak dari ujung ruangan. "Emang kenapa?? Gue gaboleh punya pacar gitu??"

"Ya kan, Yut. Kasian ntar, cowoknya lebih galak daripada ceweknya, serem," lengkap Jaehyun semakin bercanda.

Jungwoo memutar bola matanya malas, "It's a guy. Anways, gue pulang dulu."

Jungwoo menepuk bahu Jaehyun pelan, memberi salam pada semuanya sebelum kembali pulang melalui pagar tua tadi.

Ia menghela napas pelan, tidak banyak yang ia bisa lakukan di umur enam belas. Ia tidak bisa memegang senjata, atau ikut membunuh manusia bersama Jaehyun, merokok pun tidak boleh, semua dilarang.

NEIGHBOUR. MARKWOOWhere stories live. Discover now