cerp1.

2.7K 164 79
                                    

[Daegu 1998.]

Semilir angin berhembus, menyerakkan surai hitam kecoklatan gadis bermata polos itu. Dieratkannya jaket tipis lusuh mengurangi sedikit hawa dingin yang menembus pada kulitnya. Sebentar lagi musim salju akan tiba, tapi tak satupun dimilikinya mantel tebal penghangat tubuh. Miskin dan tidak memiliki apapun sangat mewakili penampilannya.

Gadis dengan poni, kacamata kotak berbingkai tebal dan sedikit jerawat di pipinya menambah daftar ketidaktarikan pria padanya. Apalagi ransel dan buku tebal yang banyak yang selalu dia bawa, seperti kutu buku pendiam yang jauh dari kata menarik. Bak cerita-cerita FTV pada umumnya, gadis miskin biasanya dihadiahi otak super pintar yang memenangkan banyak penghargaan dan beasiswa di salah satu kampus yang terkenal.

Memenangkan beasiswa di kampus terpandang bukanlah hal yang mudah. Kualitas dan orang-orang dari kalangan konglomerat, anak-anak petinggi negara, para pengusaha maupun cucu dari para orang terpandang ada disini. Jika saja gadis itu tidak sangat bergiat, maka semua beasiswa itu begitu mudah dicabut.

Sudah semester enam dan syukurlah semua itu masih bertahan. Chou Tzuyu. Ya, Tzuyu begitu ia akrab dipanggil. Namun, seperti apapun dirinya dimata orang-orang. Dia tidak gampang berpindah fokus dan tidak pernah jatuh cinta. Sekalipun tidak pernah. Anggap saja dia tidak normal, namun begitulah kenyataannya.

Tak pernah ditemukannya seorang pria yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang, indahnya cinta monyet, ataupun ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya hanya karena melihat sang pujaan hati. Sekalipun tidak pernah. Pubertas tidak banyak berarti pada kisah cinta merah jambunya.

Tetapi ada kisah aneh di semester 3. Ditemukannya seseorang yang mampu membuat pipi jerawat merahnya kian memerah seperti tomat rebus, jantung berdegup sangat kencang seperti lari maraton 5 km. Dan aliran darah yang membuatnya terasa melayang meskipun hanya melihat mata tajam itu tanpa minat menatapnya. Indah.


✨🥀✨


[Seoul 2006.]

“Mama...”

Wanita itu tersentak dari lamunannya. Ditatapnya sang empunya tangan mungil yang sedari tadi menarik-narik bajunya.

“Mama melamun terus,”

Wanita muda itu tersenyum gemas mendengar sang putra berbicara. Anak dengan campuran Korea—Taiwan yang mengisi hatinya semenjak sang anak masih menjadi jabang bayi di dalam rahimnya.

“Ada apa Tata?” ujarnya sambil mengusap anak rambut putranya.

“Mama—Tata lapar. Bisakah kita makan?”

Tzuyu sontak melihat jam tangannya. Ah, sudah lewat sejam ternyata untuk makan siang. Kenapa bisa sangat lalai?

“Tatanya mama ingin makan apa?”

Taeyang menatap mata mamanya dan tersenyum jahil.

“Bagaimana kalau kita makan diluar, ma?” senyumnya malu-malu persis pria itu. Ada sudut membentuk kotak, tidak berbuang visual. Sudah tampan walau umur dibawah 1 dekade.

“Mmm—okey. Makan apa, nak?”

“Burger.” Taeyang tersenyum jahil. Dan benar dugaannya, mamanya pelanggan wajah masam yang cantik.

“Tata lupa mama pernah bilang betapa buruknya junkfood untuk kesehatan?” Tzuyu mulai mengomel tapi Taeyang makin tersenyum lebar. Wanita itu menunduk dari dudukannya dan mengusap pipi putranya.

Cup! Dikecupnya sekilas pipi sang mama.

“Maafkan Tata, ma. Tata hanya bercanda.” Taeyang tersenyum geli. Dan Tzuyu teringat sesuatu jika putranya sudah begini. Jahil dan menciumnya setelah berhasil membuat Tzuyu kesal, memamerkan mata tajam yang tidak terlalu besar itu.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗖𝗮𝗿𝗽𝗲 𝗗𝗶𝗲𝗺🔐Where stories live. Discover now