So, Four Part One

123 32 8
                                    

"Minggu ini ulang tahun Satria siapa yang mau masak?"

Bang Bian melirik wajah - wajah kebingungan warga Medipos. Dengan ekspresi frustasi Bang Bian menduduki kursinya dan mengacak rambut.

Milka angkat tangan, "emang Mas Satria ulang tahun kapan?"

Bang Dino nampak berpikir keras lalu membuka ponsel pintarnya.

"Aaahh, tanggal 16 Januari. Hari Sabtu ternyata."

"Nah itu." Bang Bian menjentikkan jari dan memasang wajah sumringah. "Jadi siapa mau masak?"

Hening lagi, seakan memasak adalah bencana bagi mereka. Namun setelah kuamati ternyata mereka malas, makanya tidak ada yang ingin memasak. Padahal Mas Satria rajin bikinin sarapan buat mereka berlima.

Dasar kacang lupa kulit.

Bang Jae angkat tangan ragu - ragu, kelihatan sekali matanya jelalatan kesana kemari mencari alamat...

Jeng jeng

Oke fokus Reyna.

"Kalau pesen aja gimana? Gue ada kenalan chef mantap, dijamin gak mengecewakan terus gue yang bayar sekalian."

Bang Bian menolak mentah - mentah ide Bang Jae, ini rapat mendadak mereka tapi aku sama Milka penasaran jadi ikut duduk di meja diskusi. Ini hari Selasa, setiap hari Selasa Mas Satria bakal pergi ke Bank buat setor uang terus gak balik sampai jam pulang kerja.

"Gue aja yang masak."

Semua mengarahkan pandangan ke Bang Wildan, ini serius Bang Wil? Dia disuruh bikin teh aja males.

Karena tidak ada yang melempar pendapat tidak setuju, Bang Bian langsung memutuskan Bang Wil yang bakal masak buat ultah Mas Satria. Rapat selesai dan semua kembali ke tempat masing - masing, kecuali kurir karena paket sudah diantar semua.

Aku duduk di samping Bang Wil, masih penasaran kok dia mau masak emang bisa?

"Bang pssstt..."

"Kenapa dek?"

"Yakin mau masak?"

Bang Wil menanggapi dengan tawa renyah, ketawanya sopan sekali di telinga. "Iya lah yakin, gini - gini Mama Abang pinter masak."

Kan Mamanya Bang Wil, bukan Bang Wilnya.

"Au ah Bang, nanti Reyna siap bantu oke?" Aku menyemangati Bang Wil dengan tanda ok di tangan.

Bang Wil membalasnya dengan senyum sampai matanya menyipit. "Siap dek, besok temenin belanja ya? Abang gak bisa bedain bahan - bahannya."

"Bisa diatur Bang! Tapi pulangnya boba ya. Oke deal!"

:::



"Bang Wil tungguin!" Aku terburu - buru membereskan barangku dan melempar kunci motor ke Milka. "Mil, gue sama Bang Wil ada misi 0116. Lo bawa balik Pizza hati - hati, awas kalau lecet photocard lo gue sobek."

"Iya Rey santuy, pulangnya boba ya! Gue rasa red velvet."

Hm, terus aku nyusulin Bang Wil di parkiran.

"Eh naik motor Bang?"

"Kalo lo mau naik pegasus sih gue gak punya?" Bang Wil ngasih helm ke aku, ngasih doang masang sendiri.

Pas aku mau naik, iya persis banget baru angkat kaki. Bang Jae narik bajuku dari belakang.

"Eits gue ikut!"

Bang Wil mendengus, dia pasti sepemikiran sama aku. Nih ayam ngapain ngintilin, biasa juga sibuk nyusun paket.

"Lo mau duduk di knalpot?"

[ Day6 ] EncounterWhere stories live. Discover now