1.1 -

20 4 0
                                    

💚행복한 독서💚

.

.

Jisung POV

Mobil berhenti di depan gerbang sekolah yang baru kali ini aku datangi. Mataku menelisik ke sekitar gerbang sekolah. Kusentuh dada kiriku, jantung terasa berdebar dengan tempo lebih cepat dari biasanya. Sedikit merasa takut untuk memulai belajar di sekolah baru ini.

"Jisung, kita sudah sampai." Laki-laki paruh baya itu melirik ke arah ku dari kaca kecil yang menempel di bagian atas mobil. Ia melihatku menunduk menatap sepatu sekolah. "Mau sampai kapan kamu menunduk, apa perlu ayah anterin kamu masuk kesana?" Sembari menunjuk ke arah dalam sekolah.

Aku mengangkat kepalaku, "Ayah, aku takut." Laki-laki itu menghela kecil, lagi-lagi aku mengucapkan kalimat itu sejak berangkat dari rumah. Aku tau ayah bukan tidak peduli padaku, ayah tau jika aku merasa takut jika nanti aku merasa kesulitan mendapat teman, ditambah dengan salah satu sifat aku yang introvert.

Bukannya aku tidak ingin bisa lebih percaya diri atau bisa menghilangkan rasa ketakutan ini. Tapi aku gatau gimana caranya.

"Park Jisung, percaya sama ayah. Pasti nanti kamu punya temen baik ko." Ayah menepuk pelan pundakku. "Yaudah sana gih masuk, nanti temui pak Minho ya di ruang guru." Dengan terpaksa aku mengiyakan ucapan ayah dan membuka pintu mobil.

Melangkah keluar dari mobil menuju pintu gerbang yang kira-kira tingginya sekitar 2,5 meter itu dengan membawa ransel di pundak. Kututup pintu mobil lalu berjalan menuju gerbang. Tidak sampai dua langkah ayah kembali memanggil. 

Dari dalam mobil, laki-laki yang biasa kupanggil ayah itu memberi isyarat tangan untuk kembali.

"Hei, salim dulu dong." Ah aku belum terbiasa dengan hal ini. Biasanya aku hanya melambaikan tangan dari depan pintu saat ayah ingin berangkat kerja.

Aku kembali masuk ke dalam mobil dan mengambil tangan kanan ayah untuk salim. Lalu dilanjut menutup pintu dengan pelan dan melambaikan tangan saat mobil yang tadi aku naiki berjalan menjauhi area sekolah.

Kini detakan jantungku semakin tak karuan. Aku berani bertaruh kepada kalian, jika kalian saat ini berada di sampingku kalian dapat mendengarkan suara detak jantungku dengan jelas. Dengan sedikit keberanian aku mulai memasuki gerbang sekolah.

Aku berjalan mengikuti arah jalan utama. Terlihat banyak sekali orang yang memakai seragam yang sama sepertiku sedang berjalan sembari mengobrol dengan teman-temannya. Ada juga yang sama sepertiku, berjalan sendiri menuju kelasnya. Ah, aku bahkan belum tau aku berada di kelas mana, dan aku juga tidak tau gedung mana yang berisi ruangan guru itu.

Aku kebingungan saat memilih untuk memasuki gedung sekolah yang mana. Terlalu banyak gedung di sekolah ini, aku berencana mencari peta lokasi sekolah untuk mencari ruang guru tempatnya berada dimana. Memakan waktu yang banyak memang jika aku mencari peta sekolah terlebih dahulu lalu menuju ke ruang guru. Bisa saja aku bertanya dimana letak ruang guru kepada salah satu siswa yang berlalu lalang, tapi aku tidak cukup memiliki keberanian sebesar itu untuk bertanya kepada orang lain yang belum ku kenal.

Terbesit gambaran di otakku jika mereka malah menjauhiku karena aku yang tiba-tiba berbicara kepada mereka atau lebih buruknya mereka mengira aku anak baru yang sok dekat. Tidak-tidak, jangan sampai itu terjadi.

Ku terus berjalan mengikuti jalan utama sampai akhirnya aku menemukan peta lokasi sekolah di samping kursi panjang dekat pohon beringin yang sedikit mengerikan.

"Kenapa harus disitu si peta lokasi sekolahnya, kan jadi serem." batinku.

Mataku mencari tulisan 'RUANG GURU' pada peta lokasi sekolah. Sulit sekali menemukannya saking banyaknya ruangan di area sekolah ini. Saat sedang fokus mencari tulisan ruang guru itu perhatianku teralihkan kepada sesosok perempuan yang tiba-tiba muncul dari belakang pohon beringin itu.

Dreamer [Park Jisung]Where stories live. Discover now