chapter thirty-seven

11K 1.3K 88
                                    

Sebelumnya, di chapter berapa kalian ingin series ini berakhir?

Terlalu panjang dan alot wkwk

.
.

Happy reading~

.
.

Ada sebuah alasan besar, mengapa Changse Sanren sangat berusaha keras untuk menjodohkan putra tersayangnya dengan Lan Wangji.

Tentang mengapa wanita cantik itu terlihat begitu terobsesi dengan perjodohan putranya dengan bungsu keluarga Lan.

Alasan persahabatannya dengan Nyonya Lan hanyalah sebuah kamuflase, untuk menyembunyikan rahasia yang coba ditutupi putranya darinya.

"A Xian."

Changse Sanren memanggil nama kecil putranya, sembari mengamati bagaimana fokusnya Wei Wuxian yang saat ini tengah belajar memasak.

Hampir satu minggu, semenjak Lan Wangji mulai aktif diperusahaan keluarganya, Wei Wuxian datang ke rumah dan meminta sang mama untuk mengajarinya memasak.

'Aku ingin memberikan makanan bergizi untuk menantu mama.'

Adalah kalimat yang ia lontarkan ketika sang mama bertanya tentang alasan dibalik semangatnya yang berkobar.

"Hm." Sahutnya singkat, bukannya tidak sopan, tapi saat ini Wei Wuxian benar-benar sedang sangat fokus, memotong wortelnya dengan hati-hati agar mendapatkan bentuk yang presisi.

Ya, katakan saja dia adalah manusia yang cukup perfeksionis untuk beberapa hal tertentu ditengah kelakuan barbarnya yang melegenda.

Nyonya Wei itu tersenyum melihat bagaimana usaha keras yang dilakukan putranya untuk Wangji. Ia yang tengah berdiri sambil bersandar di meja pantry mengubah posisinya menjadi membungkuk sambil menyangga dagunya dengan sebelah tangan, iris abu-abu yang ia turunkan pada puteranya menatap Wei Wuxian dengan lembut.

"Apa kau bahagia bersama Wangji?"

Wei Wuxian mengangguk, sembari memasukan wortel kedalam wadah yang telah siap didepannya kemudian beralih mengiris bawang dengan cukup lihai.

Seminggu adalah waktu yang cukup untuknya mempelajari beberapa trik memasak, ditambah ia berguru pada orang yang tepat.

Hal yang selalu ia banggakan semenjak dirinya kecil adalah memiliki ibu yang pintar memasak, itu faktanya.

"Tentu, meskipun awalnya sangat menyebalkan."

Changse Sanren mengambil sayuran yang telah dipotong putranya dan kembali kencucinya agar lebih bersih.

"Syukurlah, mama sangat khawatir kau merasa tertekan karena telah memaksamu menikah dengan Wangji."

"Pffftt."

Tawa tertahan mengudara, putra semata wayang keluarga Wei itu menghentikan kegiatannya hanya untuk menyemburkan tawa yang gagal ia tahan. Sampai membuat matanya bersembunyi dibalik kelopak mata akibat rasa menggelitik setelah mendengar kalimat sang mama.

"Apa yang lucu?" Changse Sanren bertanya polos, oh lihat betapa innocent nya tatapan ibu satu anak itu. Yang jika saja Wei Changze melihatnya, bisa dipastikan pria itu akan menghujani wajah istrinya dengan kecupan gemas.

Silly MarriageOù les histoires vivent. Découvrez maintenant