🤜17🤛 Gue Rekam Semuanya

109 25 0
                                    

Ruang UKS, itulah tempat mereka berjanji untuk bertemu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ruang UKS, itulah tempat mereka berjanji untuk bertemu. Rencana mereka sudah berhasil membuat nama Gara buruk di mata semua orang. Walau nama Peony ikut buruk juga, tetapi Peony tidak peduli. Apapun akan ia lakukan untuk menghancurkan Gara secara perlahan.

“Gue udah cerita semuanya. Sekarang, giliran lo yang ceritain tentang Finley,” kata Peony yang sedang berbaring di ranjang UKS. Sementara di ranjang sebelah —yang dibatasi oleh gorden— ada orang yang sedang bekerja sama dengan Peony dalam melaksanakan rencana yang mereka susun.

“Enggak ada yang spesial tentang dia. Dia cuma cewek biasa yang kebetulan bisa buat gue cinta mati,” sahut cowok itu.

“Bilang ke gue, Agam, apapun itu. Gue mau cari cara buat ….” Seketika Peony terdiam, tidak melanjutkan kalimatnya yang mungkin akan membuat Agam tidak lagi mah membantunya. “Gue mau cari cara buat bikin Finley berhenti suka sama Gara dan balik ke lo,” katanya.

Agam terdiam beberapa saat. Karena mereka berdua terhalangi gorden, Peony menjadi tidak tahu bagaimana ekspresi cowok itu dan apa yang sedang dilakukannya sehingga terdiam cukup lama. Peony hanya menunggu sampai Agam mau bicara dengan sendirinya.

“Sebenernya gue agak pesimis, Peo. Gue rasa Finley nggak bakal balik lagi ke gue karena dia cinta sama Gara,” ucap Agam setelah beberapa lama terdiam.

Peony tersenyum sinis. Orang yang tidak mempunyai tekad yang kuat, maka tidak mungkin akan bisa meraih keinginannya. Agam ternyata selemah itu, tidak mampu memperjuangkan cintanya padahal di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Finley mungkin masih bisa kembali jika ia menyerah pada Gara.

“Gara cinta mati sama gue, Gam. Gue rasa kemarin lo denger percakapan gue sama Gara di kamar. Gara nggak mungkin bales perasaan Finley,” sahut Peony yang diikuti dengan kekehan pelan. Ia bisa merasakan sorot penuh cinta di mata Gara saat memandangnya. Ia sangat yakin kalau Gara benar-benar tulus mencintainya. Saat itulah, terbesit pikiran untuk segera menyelesaikan balas dendamnya.

“Perasaan orang bisa berubah. Gimana kalau Gara tahu rencana lo sebelum lo selesai balas dendam? Gue yakin dia bakal benci banget sama lo sampai rasa cintanya hilang,” ucap Agam yang langsung membuat Peony tertampar oleh kenyataan. Benar kata Agam, perasaan orang bisa berubah. Perasaan Gara bisa berubah kapanpun.

“Ya, dia pasti benci sama gue. Terkhianati oleh satu orang terdekat itu lebih sakit daripada disakiti oleh beribu orang gak dikenal,” lirih Peony pelan. Ia bingung, hatinya tiba-tiba bersedih sejak Agam bilang kalau perasaan Gara bisa berubah. Hatinya tiba-tiba sakit ketika membayangkan kalau Gara akan membencinya suatu saat nanti. Tidak! Peony tidak boleh memiliki perasaan seperti ini.

“Gue tahu cara bikin Finley jauh dari Gara,” ucap Agam ketika sekelebat pemikiran melintas di otaknya.

“Apa?” tanya Peony tidak sabaran.

“Lo pancing dia buat ngaku kalau dia suka sama Gara, lo rekam apa yang dia bilang, terus tunjukin ke Gara. Gue rasa hubungan mereka bakalan renggang karena Gara cuma nganggep Finley itu sahabatnya. Mungkin bisa, lo coba aja dulu,” tutur Agam.

Gara-Gara GaraWhere stories live. Discover now