PART W (F.s) | F = 4,5 N , s = 2m

12.8K 2.5K 70
                                    

About Stars

Tidak ada manusia yang sempurna. Sebaik apapun manusia pasti ada celah keburukannya. Dan seburuk apapun manusia pasti ada celah kebaikannya. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari satu sudut pandang

Happy Reading
🌟
🌟
🌟

( Insiden)

"Gue ke kamar mandi dulu, ya, kebelet," ucap Bulan lalu berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan Leony, Vania, dan Abel.

"Jangan lama-lama!" teriak Leony yang mendapat acungan jempol dari Bulan.

Vania mengamati bakso milik Bulan yang jernih tanpa warna. Tanpa kecap, saus, apalagi sambal. Gimana rasanya? Pasti hambar.

Mereka segera menghabiskan makanannya sebelum bel istirahat berakhir.

***
Dari kejauhan ada Aneisha yang kini mengamati pergerakan Bulan memasuki kamar mandi. Aneisha tersenyum miring ketika ide buruk melintas di pikirannya. Kakinya melangkah mendekati kamar mandi mulai menjalankan keusilannya. Aneisha mengunci Bulan di kamar mandi.

Bulan sudah selesai buang air kecil. Ia merapikan rambut dan pita kecilnya yang menghiasi rambut panjangnya di depan cermin.

"Tuhan baik banget ngasih gue wajah yang cantik," gumamnya sembari menepuk-nepuk kedua pipinya.

Bulan pun hendak keluar dari kamar mandi tetapi saat genggamannya memegang knop pintu ternyata tidak bisa dibuka. Bulan berusaha tenant meskipun lama-kelamaan dirinya takut.

Sialnya lagi handphone-nya tertinggal di meja kantin. Bulan harus berteriak minta tolong. Pasti ada orang di luar yang akan membantunya.

***

"Bulan lupa jalan ke kantin atau diculik?" tanya Leony mulai kesal karena sedari tadi dirinya risau menunggu Bulan kembali.

"Pertanyaannya orang goblok emang sering ga masuk nalar!" sarkas Vania.

"Bisa ga sih, lo kalo ngomong itu kasih majas dulu biar indah biar syahdu yang denger. Rata-rata omongan lo itu pedes!"

"Bisi gi sih. Hilih bicit!"

"Gue tebak pasti nyokap lo dulu ngidam nyemilin cabe se truk!"

"Udah goblok, sok tau pula." Vania mengibaskan rambutnya.

Abel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aksi dua manusia di dekatnya.

Tiada pertemuan tanpa perdebatan antara Vania dan Leony. Untung saja hanya debat lewat mulut gak pake tindakan. Bayangin aja kalo mereka emosi terus debat sambil bawa pisau atau clurit. Bisa jadi asik dan menegangkan. Nanti ada berita Sesama teman yang saling berdebat berakhir saling membunuh.

"Kita susul aja gimana?" Abel memberi saran. "Tidak mungkin ke kamar mandi hampir seabad gini."

"Tapi itu baksonya Bulan gimana? Udah dingin itu," ucap Leony dengan pandangannya tertuju pada semangkok bakso tanpa warna itu.

"Yeeee si goblok malah mikirin bakso dari pada temennya sendiri," cetus Vania.

"Pantesan gaada yang mau deket sama lo meskipun udah jadi kakak  paskibra yang terpandang. Omongan lo bikin orang istighfar mulu. Untung ada kita yang betah sama cibiran lo!"

"Baperan kayak cewe!"

"Lo kira gue waria?!"

Abel menghela napas berat. Baru saja dirinya mengeluarkan dua kalimat, tapi mereka sudah berdebat lagi.

Kringggggg

"Kan udah bel. Kalian sih banyak cingcong!" Abel meninggalkan mereka berdua. Biarlah mereka lanjut debat. Bodoamat. Abel mau kembali ke kelas.

Mungkin Bulan udah di kelas. Batinnya.

"Lo sih, Abel merajuk kan!" Vania menyalahkan Leony.

"Udah jelek ga sadar diri pula! Pantes jomblo! Canda jomblo wleee," Leony mengece Vania lalu berlari menyusul Abel.

Mereka bertiga sudah tiba di kelas. Namun, mereka tak kunjung melihat seorang Bulan.

"Nis, lo liat Bulan ga?" tanya Abel pada Anisa yang lagi asik bermain HP-nya.

"Ga." Anisa menjawab pertanyaan Abel tanpa melihat wajah Abel. Ga sopan.

Mereka bertiga duduk di bangkunya masing-masing. Mereka ingin mencari Bulan, tapi pembelajaran akan segera di mulai.

***
"TOLONGGG SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR BUKAIN. GUE KE KUNCI!"

Bulan terus berteriak berharap ada seseorang yang mendengar dan menolongnya. Kebetulan ada seseorang yang melewati kamar mandi cewe dan mendengarnya.

"Siapa?ada orang di dalam?"

Bulan sumringah mendengar suara orang diluar. "Iya tolongin gue."

"Bulan?"

"Iya gue Bulan."

"Lo mundur! Gue mau dobrak pintunya."

Bulan menuruti. Ia melangkah ke belakang.

Bruakkk

Pintu terbuka dan nampaklah Arsel. Ya... Arsel yang mendobrak pintu tersebut.

"Kok bisa?" tanya Arsel.

"Apa?"

"Ke kunci."

"Gak tau mungkin ada yang iseng."

"Harusnya lo bisa dobrak sendiri."

"Apa lo bilang?"

"Udah ditolongin ga bilang makasih."

Bulan diam. Ia mengingat kejadian sebelumnya.

Bulan tersenyum kikuk. "Makasih," ucapnya lirih.

"Kalian berdua silahkan masuk kelas. Jam istirahat sudah berakhir," ucap Pak Slamet tiba-tiba yang baru saja lewat depan kamar mandi.

"Baik, Pak," jawab Bulan.

Perut, yang sabar ya. Batinnya sambil memegang perutnya.

Bulan keluar dari kamar mandi mendahului Arsel. Ia tampak lesu dan lemas. Rasanya Bulan tak bergairah masuk kelas. Masa iya perutnya masih keroncongan tapi otaknya harus berpikir lagi.

"Lan," panggil Arsel.

Bulan berhenti. Ia menoleh ke belakang. Ke arah Arsel. "Ya?"

Arsel mengeluarkan handphone-nya dan menyodorkan ke Bulan. "Minta nomer HP lo."

🌟TO BE CONTINUED 🌟

Uhuyy si Arsel minta nomor bulan niii di kasih ga ya kira-kira?

Yang mau join GC Karamel silahkan. Kita curhat bareng, konser bareng, halu bareng. asik deh pokoknya. Di sana juga bisa cerita-cerita sama aku. Bisa kenal teman-teman wattpad lainnya dari berbagai daerah.

Ada syaratnya,, mudah kok.
1. Follow IG @wpdamel dan @amelia_agustin25 @langitradityabintang_ @bulanrafanza @bntangarslo
2. Follow akun Wp ini.
3. Follow tiktok @wpdamel

Kalo sudah bisa DM aku di IG yaa

Jadi pembaca yang baik ya dengan vote dan comment karena itu sangat berpengaruh untuk penulis agar semangat berkaryanya. Vote dan comment sangat mudah jadi jangan pelit yaa❤

ABOUT STARS Where stories live. Discover now