PART ON4 O3N2

11.5K 2.1K 174
                                    


YANG MAU GABUNG GRUP CHAT WA BISA COMMENT DI SINI

About Stars

Cinta itu kebenaran tetapi cinta buta adalah ketidak benaran. Cinta lahir dari kasih sayang. Cinta buta lahir dari kesombongan.

Happy Reading
🌟
🌟
🌟
( Aksi )

Panggilan untuk Bulan kelas 11 IPA 1 untuk menuju ke lapangan sekarang.

Suara itu berasal dari radio sekolah. Terdengar sangat jelas ditelinga Bulan bahwa panggilan itu untuknya. Namun, untuk apa?

Bulan menutup novelnya dan memasukkannya ke dalam laci. Ia bergegas ke lapangan.

Jantungnya berdegup kencang saat ia berjalan. Ia takut ada apa-apa. Disepanjang jalan semua pandangan tertuju pada dirinya.

"Rame banget," gumamnya saat sudah berada di pinggir lapangan. "Ada apa?" sambungnya.

Tiba-tiba dari belakang ada yang menutup matanya.

"Apaan sih. Mau ngapain?!" Bulan memberontak.

Namun, usahanya tidak berhasil. Tangan yang menutupi matanya terlalu besar dan kuat. Bulan pun pasrah. Ia menurut saja. Ntah akan dibawa ke mana. Pastinya tidak akan macam-macam karena ini di lapangan dan banyak orang.

Seseorang yang menutup matanya pun membukanya pelan-palan. Tepat di depan seorang Langit ia berdiri. Tepat di tengah-tengah lapangan. Dan disekelilingnya banyak mata yang memandanginya.

Bulan semakin bingung. Ia menatap Langit seolah meminta penjelasan.

Bulan menoleh ke arah belakang ternyata ada Darel dan Danis. Ia menduga bahwa yang memanggilnya lewat radio sekolah dan yang menutup matanya adalah ulah mereka.

"Lan, gue mau lo menyelesaikan soal ini," ucap Langit.

"Soal apa? Kenapa ga di kelas aja?" tanya Bulan yang semakin bingung.

Bulan melihat kedatangan ketiga temannya. Vania, Leony, dan Abel. Mereka berdiri di seberang lapangan.

Langit menulis sesuatu lalu ia tunjukkan pada Bulan. "Selesaikan ini."

Bulan terdiam melihat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bulan terdiam melihat itu. Terlalu mudah baginya. Bahkan ia bisa menghitungnya tanpa bantuan bulpoin dan kertas. Ibarat di otaknya sudah ada kalkulator.

Tak perlu waktu lama ia sudah menemukan jawabannya. "143?" jawabnya. Bulan mengusap keringat didahinya. "Maksudnya apa?"

"Lo ga tau arti 143?" tanya Langit yang direspon oleh Bulan dengan gelengan kepala.

ABOUT STARS Where stories live. Discover now