BAB 8 :HI, BABU!

175 12 0
                                    


Keesokan harinya semua masih tampak normal. George tetap baik terhadap Kamala seperti biasa, bahkan Kamala sempat membangunkan George yang hampir kesiangan. Maklum saja, semalam George nongkrong dengan teman-teman sekolah untuk mengenalkan Arnold. Bukan Arnold namanya kalau tidak cepat akrab.

Saat ini George dan Kamala sedang sarapan di meja makan dan kedua orang tua George sudah berangkat kerja sejak tadi.

"Mala, cita-cita kamu kalau sudah besar mau jadi apa?" Pancing George saat mereka sarapan bersama.

Kamala malah tertawa mendengar pertanyaan itu.

"Aku kan harus kerja di Cakrawala Indah Group, George."

"Iya, maksudnya kamu ada incar posisi tertentu nggak?"

Kamala bingung ditanya seperti itu kemudian menggeleng. "Aku ikutin apa yang disuruh papi kamu saja."

George bernafas lega karena ternyata ucapan Arnold tak terbukti benar.

Setelah selesai sarapan, mereka pun bersiap-siap berangkat ke sekolah.

***************

Baru saja Kamala dan George memasuki kelas dan hendak duduk di kursi masing-masing, seluruh teman sekelasnya langsung berkumpul di pojok belakang kelas termasuk Arnold sambil berbisik-bisik.

"Woy, pada ngapain mojok di sana? Nonton bokep lo ye?" Celetuk George sambil terkekeh.

Randy pun langsung menyeletuk.

"Emang lo udah pernah ML sama Kamala? Gimana rasanya ML sama pembantu?"

Sontak celetukan Randy membuat seisi kelas terpingkal-pingkal. George dan Kamala langsung shock mendengar celetukan Randy tersebut. George berang dan langsung menatap tajam Arnold yang sedang menahan tawa. Wajah Kamala pun memerah menahan malu.

Alih-alih meninju Randy, George memilih menghampiri Arnold dan meninjunya karena ini pasti ulahnya.

"Anjing, lo!" Makinya sambil meninju sepupunya itu. "Keluarga gue udah baik sama lo, mau kasih pekerjaan, sekolahin lo sampai cariin tempat tinggal, tapi begini balasan lo sama gue!"

Seisi kelas yang tadinya ramai suara sorak sorai mendadak hening karena semua pada ketakutan. Arnold tentu langsung membela diri.

"Karena keluarga lo udah baik sama gue, makanya gue mau lindungin lo biar nggak ketipu sama Kamala!" Ia berteriak tak kalah keras sambil memegangi pipi bekas tonjokan.

"Heh, hanya karena keluarga lo kena tipu bukan berarti kita sama ya! Bokap lo aja yang goblok!"

Arnold pun tak mau terpancing emosi dan ia mencoba tetap tenang. Kamala berusaha menahan air mata karena sedih dituduh yang tidak-tidak.

"Lo masih naif, bro! Karena gaulnya cuma sama pembantu doang."

"Jangan sebut Kamala, pembantu! Karena nggak selamanya dia akan jadi pembantu." Balas George sambil mendorong Arnold.

Randy pun mencoba menengahi mereka.

"Ini demi kenyamanan kita bersama, George! Selama ini Kamala kan juga sering main sama kita. Tapi mohon maaf ya, mulai hari ini kayaknya kita semua harus jaga jarak deh! Kalau terlalu akrab nanti dia udah nggak sungkan lagi minta fasilitas kita." Tuduhnya.

"Heh, lo diam ya!" George berang sambil menunjuk-nunjuk wajah Randy. "Seumur-umur Mala nggak pernah minta apa-apa dari gue."

Kamala semakin shock mendengar tuduhan itu, padahal ia pun tak pernah ada niatan untuk mengemis kepada siapapun. Ia sudah tak mampu membendung air matanya lagi maka ia pun langsung keluar kelas.

"Mala..." George langsung mengejarnya.

"Mala...Mala, tunggu sayang." George berhasil mengejarnya dan langsung memegangi pundaknya. Kamala langsung menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya menghadap George.

Kamala hanya menunduk sambil terisak dan George menyeka air matanya.

"Yang mereka tuduhkan itu nggak benar." Ujarnya sambil terisak. "Aku nggak pernah ada maksud untuk merebut harta keluarga kamu."

"Iya...iya, aku percaya kamu, Mal." George langsung memeluk kekasihnya itu.

"Sekarang udah nggak ada yang mau temenan sama aku." Kamala terbata-bata.

"Hei! Kan masih ada aku. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, Mal." Ujarnya mesra sambil membelai rambutnya.

Kamala masih terisak. Ia tadinya berniat ingin langsung pulang ke rumah, hanya saja rasanya tak enak dengan ayah George jika ketahuan membolos. Ibunya pasti juga akan memarahinya jika jam segini sudah pulang ke rumah.

"Kita bolos aja yuk, Mal. Kita jalan-jalan diantar pak Firman." Entah bagaimana George bisa membaca pikirannya.

Kamala langsung menggeleng cepat.

"Aku nggak enak sama papi kamu kalau ketahuan membolos. Lagipula nanti kita ketinggalan pelajaran, George."

"Hey, kamu kan nggak pernah bolos dan nilai kamu selalu bagus. Kalau hanya bolos satu hari, papi pasti akan ngerti. Nanti aku juga bilang alasannya apa."

Kamala tetap menolak.

"Gapapa, George! Kata ibu, setiap ada masalah kita nggak boleh lari dan harus dihadapi. Lagipula waktu masih kecil aku sudah biasa diolok-olok. Terus kata ibu, sekarang mungkin kita sedih tapi nantinya pasti akan berbuah manis."

George langsung tersenyum karena gadis di depannya begitu tangguh dan positif.

"Yaudah, kita masuk kelas yuk." Ajaknya akhirnya.

Kamala pun mengangguk dan mereka kembali berjalan ke kelas bersamaan.

"Hai, babu!" Katrina yang kebetulan melintas di depan mereka menyeletuk, disertai dengan tatapan meremehkan.

George pun memelototi cewek cantik blasteran Amerika Indonesia berambut panjang tersebut. Kamala sudah mulai terbiasa, maka ia mencoba tegar.

"Gapapa, George." Bisik Kamala begitu melihat ia memelototi Katrina.

"George, pacaran sama aku yuk daripada sama si babu ini!" Cemooh Katrina lagi.

George pun hendak memarahinya namun buru-buru ditarik oleh Kamala.

KamalaWhere stories live. Discover now