BAB 16 :FAST AND FURIOUS

137 11 0
                                    

Ares dan Kamala berjalan keluar menuju halaman parkir.

"Itu mobil aku." Ujar Ares sambil menunjuk mobil sport merah dua pintu.

"Oh, oke." Jawab Kamala sambil menyembunyikan rasa kagumnya agar tak dicap matre.

"Yuk masuk." Ajak Ares begitu mereka berdua sudah di depan mobil tersebut.

"Makasih Ares atas tawarannya, tapi aku biasa jalan kaki aja." Tolak Kamala sopan.

"Hah, kamu biasa jalan kaki?" Tanya Ares tak percaya. "Kan jauh kalau jalan."

"Gapapa kok udah biasa." Jawabnya sambil tertawa kecil.

Kamala pun langsung pamit.

"Aku duluan ya." Ia langsung berjalan keluar gerbang sekolah.

Ares yang memiliki kaki panjang itu dengan sigap mengejar Kamala kemudian mencengkeram lengannya.

"Mala, katanya kamu harus bantu ibu kamu kan?" Tanya Ares.

Kamala hanya terdiam.

"Kalau kamu jalan kaki, akan lebih lama sampai rumah. Lagipula rumah kita kan bersebrangan, jadi kenapa nggak bareng aja?"

"Terus adek kamu gimana?" Tanya Kamala.

"Nadine mah bawa mobil sendiri." Ujarnya.

Ares langsung mencengkeram erat lengan Kamala dan menariknya menuju mobilnya agar tak dapat menolak.

"Ih Ares, aku nggak enak ah!" Kamala berusaha berontak.

Ares tak menanggapi. Ia langsung membuka pintu penumpang dan mendudukan Kamala di jok mobil. Begitu pintu tertutup, ia pun berputar menuju bangku balik kemudi.

"Udah siap?" Tanya Ares begitu mereka berdua selesai memasang seatbelt.

Kamala pun mengangguk. Ares langsung menancap gas keluar gerbang sekolah kemudian berjalan lurus menuju rumah mereka.

Ares mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat wajah Kamala menegang. Ia sampai tak dapat menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Matanya langsung terpejam, agar tak perlu melihat jika Ares nyaris menyerempet trotoar maupun mobil lain.

"Kamu kenapa?" Tanya Ares khawatir melihat ekspresi Kamala.

Kamala langsung membuka mata kemudian menggeleng pelan.

"Aku gapapa, Cuma norak aja karena belum pernah naik mobil yang seperti ini." Jawabnya sambil tertawa kecil. Ia tak mungkin protes cara Ares menyetir mobil.

"Kalau cara nyetir aku terlalu ngebut atau bikin kamu nggak nyaman bilang aja ya." Ujarnya.

Kamala hanya mengangguk.

Hanya butuh waktu lima menit bagi mereka untuk tiba di rumah. Kamala pun bernafas lega begitu Ares sudah menghentikan mobilnya di depan rumah majikannya.

"Mala, nanti kalau butuh apa-apa mampir aja ke rumah aku." Ares menunjuk rumahnya yang seluas....Ah entahlah, yang pasti sepuluh kali lipat dari rumah keluarga Loekito yang didominasi oleh warna putih. Rumah tersebut dibiarkan kosong bertahun-tahun oleh pemiliknya sampai akhirnya dibeli oleh keluarga Maheswara.

Kamala hanya mengangguk mendengar tawaran Ares, meskipun ia tak mungkin dengan lancang mampir jika tak diundang.

"Makasih ya Ares atas tumpangannya. Oiya, makasih juga tadi udah tolongin aku di sekolah. Sampai ketemu besok." Kamala pun hendak membuka pintu mobil untuk keluar.

"Besok?" Tanya Ares.

Kamala mengangguk." I...iya, besok kamu sekolah kan?"

Ares pun tertawa renyah.

"Kamu biasa selesai kerja jam berapa?" Tanya Ares.

"Jam 7 malam, emang kenapa?"

"Kalau gitu nanti malam aku boleh mampir, nggak? Mau kerjain PR Matematika sama-sama soalnya aku nggak paham." Ares mencari-cari alasan.

Kamala pun ragu karena takut membuat keluarga Loekito tak nyaman jika menerima tamu.

"Boleh aja sih, tapi masalahnya ini bukan rumah aku." Ujarnya sambil menunjuk rumah majikannya.

"Oh, kalau gitu nanti aku minta izin sama om Ferry dan tante Sandra langsung atau nggak nanti aku jemput kamu aja terus kita belajar di rumah aku." Usulnya.

"Oke."

"Oiya kamu ada handphone?" Tanya Ares pada Kamala.

Kamala pun menggeleng.

"Oh yaudah gapapa, nanti aku langsung kesini aja deh jam 7 malam. See u."

Kamala pun mengangguk kemudian keluar dari mobil Ares.

KamalaWhere stories live. Discover now