Masa kecil

267 22 0
                                    

Selamat membaca😍


Diandra seperti kehilangan gairah hidup dan jati dirinya. Kemarin ia baru saja merasa senang karena mendapat pekerjaan dengan gaji yang lumayan. Tapi sekarang, pekerjaan itu harus hilang lagi dan ditambah kesialan yang menimpahnya. Dalam hati ia bertanya, "kenapa Tuhan selalu saja memberikan aku cobaan yang seberat ini?"

Di kontrakan kecilnya ini, Diandra duduk sambil menekuk kedua lututnya. Ia menyandarkan kepala dan bahunya ke dinding. Memejamkan matanya sesaat untuk menenangkan diri.

Pikirannya melayang jauh entah kemana. Memikirkan bagaimana hidupnya di masa depan. Apakah ada yang tulus menerima kekurangannya?

Kemudian pikirannya tertujuh pada bayangan masa kecilnya yang tak pernah bahagia. Penuh dengan kesedihan, penderitaan dan tantangan hidup yang ia lewati setiap harinya dengan tegar.

******
Diandra memiliki masa kecil yang kelam, bahkan jauh dari kata bahagia untuk anak seumuran dirinya.

Orang tua Diandra meninggalkan Diandra saat masih bayi. Mereka pergi tanpa meninggalkan apapun untuk Diandra. Hanya terdapat secarik kertas yang terselip di baju bayinya bertuliskan, 'TOLONG JAGA PUTRI KAMI, BERI DIA NAMA DIANDRA PUTRY ANDRASHA.

SALAM DARI ORANG TUANYA,
JORDY ANDRASHA & FARAH ANDRASHA'

Begitulah isi suratnya. Bisa dikatakan orang tuanya hanya meninggalkan nama mereka dan namanya.

Diandra di asuh oleh paman dan bibinya di kampung. Keluarga itu, mempunyai banyak anak dan cucu. Bayangkan saja setiap harinya harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, ditambah lagi kehadiran Diandra. Sehingga dari usia lima tahun, Diandra sudah dilatih untuk bekerja.

Linda--bibinya, menyuruhnya pagi-pagi buta harus menjual kue keliling kampung, setelahnya baru boleh berangkat ke sekolah. Jika jualannya belum habis, ia tidak boleh pulang rumah dan harus terlambat ke sekolah.

Setiap hari, anak-anaknya bibi Linda berjalan melewati tempat Diandra berjualan setiap pagi. Tak jarang, mereka mengambil uang hasil jualan Diandra. Diandra selalu berusaha melawan tapi tubuhnya yang mungil tak mampu menyaingi kakak sepupu laki-laki dan perempuan yang tubuhnya lebih tinggi dan besar. Alhasil, setelah pulang ke rumah, Diandra pasti dimarahi oleh bibinya, bahkan jatah makannyapun dikurangi. Kejadian itu selalu saja terjadi hampir setiap hari.

Jika terlambat ke sekolah, Diandra pasti dihukum oleh guru dan selalu di bully teman-temannya. Tapi tak pernah sekalipun mematahkan semangat belajarnya. Ia selalu berusaha menjadi nomor satu dikelasnya dan selalu memenangkan setiap lomba olimpiade antar sekolah.

Dari kecerdasannya ini, kepala sekolahnya merasa salut dan membebaskan uang sekolahnya, terlebih mengingat perlakuan orang tua walinya yang selalu semena-mena kepada Diandra.
Jadi semua biaya sekolah Diandra di tanggung oleh yayasan di sekolahnya.

Pernah sekali, Linda pergi ke pasar dan menyuruh Diandra untuk menjaga warung gado-gadonya. Saat itu usia diandra sudah 12 tahun, jadi ia bisa melayani jika ada pembeli yang datang. Diandra sedang membuat gado-gado pesanan ibu-ibu yang membeli. Tanpa ia sadari, kedua sepupunya mengambil uang hasil jualan gado-gado yang tersimpan di laci meja di samping gerobak gado-gado yang sedang dibuatnya.

Jumlah uang itu sekitar satu juta, yang terdiri dari uang pecahan 2 ribu sampai 100 ribu. Semua uang itu diambil oleh kedua sepupunya untuk membeli barang-barang dan makanan yang mereka inginkan.

Salah Kamar Berakhir Pernikahan {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang