Ungkapan

243 28 2
                                    

Always follow, vote, and comment, please!

Happy reading
_

Pukul lima sore, Charles baru pulang dari kantor dan mengajak Diandra jalan-jalan untuk menikmati keindahan kota Jakarta di malam hari.

Diandra mengiyakan saja, karena menolakpun pasti tak bisa. Apalagi, Charles mengajaknya dengan kata-kata yang lembut.

Keduanya, kini duduk di pinggir pantai, sambil menikmati angin sepoi yang menyejukan hati dan pikiran.

"Ndra," panggil Charles.

"Iya, Pak," jawab Diandra.

"Bisa gak? Manggilnya jangan Pak lagi," ujar Charles lembut.

Diandra menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Terus aku harus manggilnya gimana?"

"Selayaknya aja!"

"Panggil Kakak aja, gimana?" ucapnya setelah lama berpikir.

"Emm, itu lebih baik."

Keduanya kemudian larut dalam pikiran masing-masing.

"Ndra."

"Iya, Pak. Eh ... Iya K-Kak." Diandra gelagapan sendiri akan panggilan tersebut.

"Aku mau ngomong sesuatu, tapi kamu cukup dengar aja, ya," tutur Charles lembut.

Diandra hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku minta maaf, atas semua yang terjadi padamu." Charles menatap wajah Diandra sekilas lalu menunduk. "Aku khilaf, aku hilang kendali. Entah, apa yang ada dalam pikiranku saat itu ... aku sendiri tidak mengingat apapun setelah memasuki kamar itu," lirihnya masih menunduk.

Diandra sendiri hanya menunduk sambil memainkan jari-jarinya. Jujur saja, ucapan seperti ini yang selalu ia tunggu dari Charles.

"Aku tau kesalahanku sangat sulit untuk dimaafkan. Karna kesalahanku ini, berakibat vatal bagimu dan bagiku sendiri." Lagi-lagi Charles berucap dengan sangat lirih.

"Apakah kamu mau memaafkan aku?" Charles menatap lekat manik coklat istrinya penuh harap. Kemudian tersenyum kecut dan kembali menunduk, "kamu gak perlu jawab. Pasti kamu gak akan pernah maafin aku."

Diandra menghembuskan nafas berat dan berkata, "aku juga manusia biasa, yang pasti merasa kecewa, marah, dan sakit hati. Aku juga punya hak untuk belum memaafkan." Ia menjedah ucapannya, lalu ditatapnya Charles yang masih menunduk penuh kepasrahan. "Tapi aku punya kewajiban untuk memaafkan, jika yang bersalah padaku tulus meminta maaf," lanjutnya dengan senyum manis.

Mendengar kalimat terakhir Diandra, Charles mendongak dan manatap lekat kedua netra Diandra.

"Aku tulus, maafkan aku," ucap Charles lembut.

"Iya," jawab Diandra tersenyum. "Tapi tidak untuk saat ini," lanjutnya membatin.

Hening!

"Kita damai! ... aku mengajak perdamaian denganmu atas masalah kita. Berjanjilah untuk saling menerima keadaan ini," ungkap Charles dengan sedikit ketegasan.

Salah Kamar Berakhir Pernikahan {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang