02

6.4K 969 36
                                    


Byurr

Aku memejamkan mata, memekik tertahan. Bau amis seketika membalut tubuhku. Dapat ku dengar tawa beberapa orang diatas sana. Aku menengadah, menatap beberapa gadis yang telah menyiram ku dengan air bau ini.

"Yakk!" Aku berteriak.

Sungguh! Aku ingin menangis sekarang. Iya, aku tau aku memang cengeng. Tapi, ayolah! Aku menangisi bajuku yang bau dan basah!

Gadis itu, Hwang Hye Kyo. Si pengganggu super sialan. Dia tersenyum remeh. Menatapku jijik. Seolah aku ini seekor kuman.

"Berani sekali kau berteriak padaku, huh!" tegur nya kemudian kembali tertawa bersama antek-anteknya.

Hye Kyo, dia memang selalu menggangguku. Mentang-mentang orang kaya dia berlaku seenaknya di sekolah. Ku akui, memang hanya aku saja si murid miskin di sekolah elit ini. Tapi, apa masalahnya!

"Idiot!" teriakku yang aku pastikan mereka mendengarnya.

Tawa mereka terhenti. Hye Kyo menatap ku kembali. Dia menggeram marah. Gadis itu menyambar ember yang ia gunakan untuk menyiram ku tadi. Melempar ember itu padaku.

Hampir saja ember itu membuat kepalaku benjol jika Sunghoon tidak menarik ku untuk menjauh. Aku mengembuskan napas lega. Menoleh pada Sunghoon yang kini menengadah ke atas, menatap Hye Kyo dengan datar dan dingin seperti biasa.

Dapat ku lihat, Hye Kyo gelagapan ditempatnya. Aku tersenyum miring. Lihatlah! Si bajingan itu akan ciut ketika berhadapan dengan Sunghoon.

"Bertingkah lagi?" Sunghoon bertanya dengan tenang.

Hye Kyo menetralkan raut wajahnya. Dia menatap Sunghoon dengan dagu terangkat, tidak ada takut-takutnya sama sekali. Ah, ralat. Dia memang tidak takut pada siapapun sih.

"Jangan mencampuri urusanku jika kau tidak ingin nilai mu anjlok," ujar Hye Kyo mengancam.

Dia bisa saja melakukan itu. Merengek pada ayahnya untuk mengacak nilai kami. Berhubung ayahnya memang menyandang sebagai kepala sekolah disini.

Sunghoon mendecih. "Dia temanku, sudah seharusnya aku ikut campur kan?"

Hye Kyo terperangah tidak percaya, "Aku benar-benar akan membuat nilai kalian anjlok!" Lihatlah! Dia kembali mengancam.

Namun, Sunghoon dengan cepat menyela. Yang mana perkataan Sunghoon mampu membuat Hye Kyo semakin ciut.

"Dan aku bisa menendang mu beserta ayahmu keluar dari sekolahku."

Aku tersenyum puas. Sunghoon menyeret ku meninggalkan Hye Kyo yang semakin naik pitam. Bahkan sayup-sayup aku dengar dia mengumpati kami.

"Sana, bersihkan!"

Sunghoon mendorong tubuh ku hingga masuk ke dalam toilet. Dia menyodorkan baju olahraga miliknya. Uh! Sejak kapan dia membawa baju olahraga? Tapi, terserahlah. Tidak perlu dipikirkan juga kan? Segera aku membersihkan diri lalu memakai baju olahraga tersebut. Berhubung nanti jam pelajaran terakhir, jadi tidak apalah jika aku memakai baju olahraga.

Selesai dengan kegiatan ganti baju. Aku segera keluar. Sedikit kaget ketika Sunghoon berdiri tepat di depan pintu. Aku memicingkan mata, menatapnya penuh curiga. Merasa mengerti dengan tingkahku, Sunghoon memutar bola matanya malas.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh!" Dia berujar sambil menoyor pelan kening ku.

Aku gelagapan, mengusap-usap kening yang baru saja di toyor oleh penguin ini. Hey! Siapa yang berpikir aneh-aneh. Aku tidak! Memilih mengabaikan Sunghoon. Aku pun berjalan mendahului laki-laki itu. Dia ikut mengekor dibelakang.

"Apa nanti sore kau ada kegiatan lain?" Sunghoon bertanya setelah beberapa menit hening melanda kami.

Aku menghentikan langkah. Tumben. Aku membalikkan tubuh ke belakang, menatap Sunghoon dengan dahi berkerut. Seketika helaan napas keluar dari mulutku.

"Tidak," sahutku menunduk lesu.

"Ada apa?" Merasa heran dengan perubahan ekspresi wajah ku, Sunghoon bertanya.

Dia melangkah lebih dekat. "Kenapa? Apa ada masalah?"

Aku mendongak. Tersenyum kecil. Sunghoon memang teman yang baik. Sudah ku bilang, dia selalu ada dan mengerti ketika aku butuh.

"Aku kehilangan pekerjaan ku kemarin," ungkap ku lirih.

Aku membuang muka ke arah lain, pasalnya Sunghoon berdiri terlalu dekat. Hey! Aku juga seorang gadis yang normal seperti kalian. Tentu saja aku sedikit ... err entahlah.

"Aku akan membantu mu mencari pekerjaan yang baru," tawarnya.

Aku menatapnya dengan mata berbinar. Bibirku melengkung ke bawah. Mengusap pipi seolah ada air mata disana. Drama sedikit pasti menyenangkan.

"Terima kasih telah menjadi temanku. Aku lapar sekarang, apa kau mau mentraktirku?"

Sunghoon memutar kembali bola matanya. Dia berjalan mendahului. Aku meneriakinya beberapa kali sambil berlari menyusul.

Kami pergi ke kantin. Tentu saja untuk makan. Sunghoon yang bayar omong-omong. Aku tidak murahan kok! Tenang saja, uang si penguin ini tidak akan habis hanya dengan membeli makanan. Lagipula, aku tau Sunghoon dengan senang hati mentraktir teman perempuannya ini.

Dan jam istirahat pun kami habiskan untuk makan sambil berbincang kecil.

-
-
-
TBC




SukaVote + comment + follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suka
Vote + comment + follow

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang