013| Hari Terakhirnya

246 57 14
                                    

(Baca pelan-pelan dan teliti, ya.. bagian ini seluruhnya adalah kilas balik/flashback. Selamat membaca, siapkan tisu.)
________

16 Desember 2020.

Sehari sebelum kematian Macaronia. Tepatnya di malam menuju pagi ... menuju tanggal 17 Desember 2020.

Hari ini, Macaronia sudah benar-benar seperti orang kehilangan semangat hidupnya. Sepulang dari dorm dan diantar oleh Fiki, malamnya ia langsung dirujuk ke rumah sakit.

Lovanoga—kakak dari Macaronia—beserta kedua orang tua Macaronia bergegas ke rumah sakit. Sang Mama—Auxilia—menopang tubuh putrinya sambil terus mengusap wajahnya penuh kasih sayang. Ia khawatir dengan Macaronia.

Macaronia hampir pingsan karena tidak kuat menahan nyeri di perutnya. Ia terus mengenggam erat tangan Mamanya dengan wajah kesakitan.

“Maa.. perut Oni nyeri banget, ini ... kenapa nggak kayak biasanya sih rasa sakitnya?” keluh Macaronia dengan suara lirih bahkan hampir tidak terdengar.

Auxilia menangis setelah mendengar keluhan Macaronia di mobil, rasa bersalah langsung muncul seperti menghantamnya tiba-tiba. “Sabar ya, sayang.. bentar lagi sampe ke rumah sakit.”

“Sa-sakit banget, Maa ... sssshhh,” keluhnya lagi, Macaronia—yang sedang berbaring di pangkuan Mamanya—mendongak ke wajah Auxilia, menatapnya dari bawah.

Lovanoga, yang duduk di kemudi melirik sekilas ke Macaronia, ia semakin panik dan menambah laju kecepatan mobilnya. Rafadhika—sang Papa—mencoba menghubungi dokter yang dua tahun lalu menangani Macaronia.

“Halo dokter, bisa siapkan tindakan pertama seperti dua tahun lalu?”

“...”

“Laparotomi? Apa pun itu, dok ... lakukan yang terbaik untuk anak saya, sebentar lagi saya sampai di rumah sakit—”

“...”

“Saya yakin, dok. Ini darurat!”

“...”

“Apa pun. Untuk anak saya. Segera!”

Rafadhika mematikan sambungan teleponnya dengan dokter, ia menangis lagi karena mendengar Macaronia selalu mengeluhkan perutnya yang nyeri hebat. Sebelum ini, di rumah Macaronia hampir limbung dan selalu mengalami mual.

Auxilia menangis lagi, air matanya terus turun saat menatap wajah Macaronia yang pasi.

“Maaa, s-sakiiit  ... nyeri banget,” Macaronia terus mengeluh dengan keringat dingin membanjiri wajah dan tubuhnya, Auxilia mengusap dahi Macaronia dan menyeka keringat di wajah putri kesayangannya itu.

“Tunggu ya, sayang.. sebentar lagi sampe. Kamu yang kuat.”

💙💜

Berapa menit kemudian, Macaronia, Rafadhika, Auxilia, dan Lovanoga sampai di rumah sakit. Macaronia segera dibaringan di brankar dibantu perawat-perawat untuk menuju ruang bedah. Macaronia akan melakukan operasi pada perutnya.

Tanpa diketahui Macaronia, kedua orang tua Macaronia hari ini memang sengaja untuk memuasakan putrinya, ini penyebab hari ini tidak ada makanan di kulkas. Sebelum ini juga Rafadhika dan Auxilia mewanti Macaronia untuk tidak makan makanan yang berat, dua hari sebelumnya, mereka hanya memberikan Macaronia buah dan sayur yang berserat. Macaronia juga diminta untuk meminum pencahar, untuk membersihkan ususnya.

CdM 2: Ketik Ketuk Hati || UN1TY [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora