025| Benang Merah

226 62 1
                                    

Masalah hidup itu seperti lingkaran, tidak pernah ada ujungnya. Mungkin akan terputus jika lingkaran tersebut dihapus pada beberapa tempat, yang dapat disebut sebagai penyelesaian masalah. Mungkin di hari ini, masalah-masalah milik Maroona perlahan terselesaikan bersama orang-orang terdekatnya.

“Maafin Mama dan Papa ya, Nak. Waktu itu kita terpaksa memberikan kamu dan juga kakak kamu pada mereka.”

Auxilia mengusap lembut punggung tangan Maroona, ia menatapnya lekat. Ia tidak sendirian, bersama sang suami—Rafadhika—mereka berdua menjenguk Maroona dan bertemu untuk pertama kalinya.

Mata Maroona berkaca-kaca, mereka orang tua kandungnya? Ia menyesal, kenapa baru bertemu sekarang? Ia juga kecewa, kenapa waktu itu mereka dengan mudahnya memberikan dua bayi kandungnya kepada orang lain?

Maroona mendongak, meneliti wajah Ammar dan Ranti—kedua orang tua angkatnya—lalu menangis. Ia teringat lagi dengan Maranatha dan juga teringat kasih sayang kedua orang tuanya. Meski keduanya selalu memaksakan kehendak, tidak pernah sedikitpun mereka menelantarkan anak-anaknya dan selalu memperjuangkan anak-anaknya agar mendapatkan pendidikan yang baik.

Ammar dan Ranti telah berjasa besar dalam kehidupan Maroona dan Maranatha dari kecil hingga sedewasa ini. Mereka adalah orang baik.

“Ayah, Ibu. Makasih selama ini udah rawat Runa, jaga Runa, dan memberi kasih sayang buat Runa juga Mbak Rana. Meski kalian kelihatannya sering memaksakan kehendak, Runa tahu dalam hati kalian ... kalian ingin Runa sukses kayak Mbak Rana ...”

“... Runa ngerti maksud Ayah dan Ibu. Runa ... sayang Ayah dan Ibu.”

Bibir Maroona bergetar, ia langsung mendekap Ammar dan Ranti, menangis bersama dengan kedua orang tuanya. Ammar mengusap puncak kepala Maroona pelan, ia sangat menyayangi Maroona layaknya anak kandungnya sendiri.

“Kita juga sayang sama kamu, Runa. Ibu dan Ayah ... sayang sekali dengan kamu dan juga Rana. Ibu bangga punya anak-anak hebat seperti kalian,” tutur Ranti sambil mengusap-usap punggung Maroona.

“Ayah pun begitu, sekarang ... Ayah akan bebaskan kamu untuk tekuni apa yang ingin kamu gapai, jadilah penulis yang baik dan bijak, ya.” Ammar mengusap air matanya lalu tersenyum ke arah Maroona yang sekarang berada di antaranya juga sang istri.

Auxilia dan Rafadhika ikut terharu melihatnya. Mereka teringat masa lalu mereka dengan sepasang suami istri di sampingnya itu. Mereka—Ammar dan Ranti—dahulu sulit memiliki keturunan, mereka sudah berusaha menjalankan berbagai program kehamilan seperti bayi tabung, suntik sperma, dan sejenisnya. Namun, Tuhan berkehendak lain, keduanya belum diberi apa yang dinanti sejak lama.

Karena Auxilia sangat menyayangi sahabatnya—Ranti—ia dengan kemurahan hatinya itu memberikan 2 bayi kembarnya kepada Ranti. Ia sempat berpesan, jaga dan rawat dua bayi ini, kalau sudah besar nanti dan mereka tahu kebenarannya ... beritahu saja agar keduanya tidak tersakiti lebih lama.

Namun skenario Sang Pencipta luar biasa, banyak hal terjadi selama mereka hidup, baik maupun buruk. Maranatha meninggal, Maroona tertekan karena keinginan kedua orang tuanya yang masih berharap bahwa Maroona dapat menjadi seperti Maranatha, dan masih banyak lagi kejadian-kejadian tidak terduga lainnya.

Pada akhirnya, sampai sinilah terungkap. Benang merah diulurkan. Semua dijelaskan sejelas-jelasnya. Mereka tidak pernah menyangka bahwa akan mengalami banyak peristiwa unik dalam hidupnya.

Seperti Fenly juga contohnya, ia bertemu Maroona dengan tidak sengaja di kafetaria waktu itu. Awalnya Fenly memang mengejar Maroona karena parasnya mirip dengan Macaronia—sang mantan kekasih, seiring berjalannya waktu, Fenly tersadar jika gadis bernama Maroona—yang sekarang menjadi kekasih hati Fenly—adalah sosok yang berbeda. Ia merasakan jatuh cinta lagi, kali ini lebih menyenangkan dan ada hal baru di sini.

CdM 2: Ketik Ketuk Hati || UN1TY [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora