Trauma

2 0 0
                                    

Tema: Trauma

Majas: Ironi

Keywords: Tulus Bulus, Ndelik Kaku, Kabur Dapur, Capcipcup Huha, Tebal Bibir

Jumlah Kata: 500-- 2.000

________________________

Terdengar ketukan pintu dari luar membuat seorang gadis bergetar hebat sambil terisak dengan air matanya yang menetes.

Vita menggenggam dan kemudian mengelus tangan guna menenangkan seorang gadis yang tengah dilanda kecemasan itu. "Rileks, Sop. Nggak semua laki-laki sama pengkhianat ada juga yang tulus bulus. Kalau susah, anggap aja laki-laki itu batu, diam nggak bergerak."

Sopi tetap menggeleng, matanya semakin terpejam dan menutup telinga rapat kala Vita membuka pintu dan suara derap langkah yang mengekori.

"Sebentar, aku siapkan minuman dulu."

Lelaki itu mengangguk. Ruangan tamu hanya tersisa dua orang. Atsmosfer tiba-tiba berubah terasa menjadi mencekam. Saking tenangnya situasi seperti ini, membuat Sopi kalang kabut dan teringat akan kejadian tujuh tahun yang lalu, di mana kejadian itulah yang membuatnya mengalami trauma berkelanjutan.

Potongan demi potongan insiden itu terus berputar seperti film yang kembali ditayangkan. Sayang, bukannya Sopi menikmati film itu melainkan malah menderita.

"Udah lama, ya, kita nggak ketemu. Gimana kabarnya?" tanyanya sambil memegang tangan Sopi.

Vita kemudian datang dengan nampan berisikan gelas dan sedikit camilan. "Kalo aku, sih, baik-baik aja." Vita menggerakkan arah pandangnya ke Sopi. "Masih sama."

Jojo yang tersadar dengan sikapnya langsung meminta maaf, "Sorry, gue kira lo udah sembuh. Cepet sembuh, ya, Sop."

Sopi bangkit tanpa permisi dan kabur dapur karena kalut akan pikirannya yang teringat insiden itu. Kepergian Sopi diikuti Vita dari belakang. Diam-diam Vita melihat Sopi yang menenggak dua gelas air putih dengan cepat.

******

Sopi berdiam diri di kamar dengan posisi telentang dan mengadah ke langit. Semilir angin dan daun berjatuhan seolah membantu Sopi untuk menenangkan jiwanya.

Insiden itu berdampak besar bagi jiwa Sopi. Sampai sekarang pun, dia masih belum bisa melupakannya. Kejadian di mana seorang wanita dianggap rendah oleh lelaki.

"Sop, ayo, masuk!"

Sopi mengangguk. Begitu tiba di kamar, dia bertanya, " Van, di mana ibumu yang sakit?"

"Mungkin masih di kamar mandi," ujar Ivan sambil mendekat ke gagang pintu.

Sopi yang sedari tadi mencari keberadaan ibu Ivan tak kunjung menemukannya. Sopi ndelik kaku saat Ivan sengaja mengunci kamar berdua.

"Maksudmu apa, Van? Kamu mau apa?"  Sopi berujar dengan tubuh yang gemetar.

Ivan terus mendekat sampai Sopi terhimpit dirinya dan tembok. Badan sopi terus bergetar dengan air mata yang terus menetes. "Tolong, Van. Please, jangan--"

Ucapan Sopi terpotong saat tebal bibir Ivan bersentuhan dengan bibirnya. Ivan terus melahap bibirnya sampai terdengar suara capcipcup huha. Semakin lama, Sopi merasa Ivan semakin menuntut. Dan dia hanya pasrah saat tubuhnya tak lagi berdaya melawan tenaga Ivan.

[Mahap telat, Om] PseuCom 🙏

Ipen WikenWhere stories live. Discover now